Chapter 3 | Kembalinya Masa Lalu

25 9 7
                                    

Ali dan Maryam tengah menyantap sarapan dengan penuh hikmat. Mereka dikagetkan oleh suara dering handphone di atas nakas. Nama Ayah Osman memenuhi layar bening itu.
Ali pun mengangkat telponnya.
"Wa'alaikumussalam warahmatullahi wabarakatuh. Iya, Ayah? Ada apa pagi-pagi menelpon?" Ujarnya sembari menatap sang istri.

Maryam masih fokus dengan sarapannya.
"Baiklah... Waalaikumussalam warahmatullahi wabarakatuh." Ia mengakhiri panggilannya.

"Ayah mengajak kita makan siang bersama. Mereka juga mengajak Abi dan Umi." ucapnya penuh penjelasan.

"Benarkah?" sahut Maryam semeringah.

Ali mengangguk. Ia terpesona dengan senyuman manis yang menghiasi wajah sang istri. Pasalnya, semenjak mereka pindah ke rumah baru, baru kali ini dia melihat Maryam menunjukkan ekspresi seperti itu.

Setelah selesai sarapan, mereka pun bersiap-siap untuk berangkat ke rumah kediaman Hayyan.
.
.
Akhirnya mereka pun tiba.
.
.
Kedatangan keduanya disambut dengan pelukan penuh kasih. Aneka ragam makanan disajikan. Umi khadijah menatap putrinya teduh. Mereka semua bercanda ria. Ayah Osman dan Abi Umar hanya manggut-manggut disertai kekehan kecil.

"Nak, kamu Jemput Bibi Aynun dan Paman Haydar ke bandara ya? Kemarin malam mereka menelpon akan tiba di Jakarta sore ini." Ucap Wati kepada sang putra.

Nafas Ali tercekat. Maryam menatapnya bingung.
"Mereka adalah saudara dari istri saya, bung Umar." Ujar Osman menimbrung.

Terjadilah perbincangan tentang Aynun dan Haydar.
Ali segera menetralkan pikiran. Dibenaknya hanya ada satu kata, Aisha. Tapi ia mencoba untuk tenang.
Maryam yang sedari tadi memperhatikan gelagat suaminya hanya mengerutkan kening.
Selang berapa lama, Ali pun pamit untuk menjemput orang tua dari mantan kekasihnya itu.
.
.
.
Diperjalanan, Ali berharap Aisya tidak ikut pulang. Ia tak ingin Maryam mengetahui Rahasianya selama ini. Namun dia juga merindukan gadis blasteran Indo-Arab itu. Mereka sudah sangat lama tidak bertemu, bahkan setelah pertengkaran hebat 4 tahun yang lalu.

Setelah setengah jam Ali mengendarai mobil, ia pun tiba di Bandara Soekarno-Hatta. Sesampainya disana, dia langsung bergegas menuju lobby bagian kedatangan dari luar negeri. Tak lama kemudian, tampak sepasang suami istri yang tengah mendorong koper besar, ia pun langsung menghampiri mereka.

"Assalamu'alaikum Paman, Bibi. Apakah sudah lama menunggu? Maaf, tadi macet sekali. " Ucap Ali seraya mencium tangan keduanya.

Ia dapat bernafas dengan lega sekarang, setelah tak menemukan sosok seorang Aisha.
Ketakutannya tak menjadi nyata.

"Wa'alaikumussalam.... Ma Syaa Allah. Keponakan bibi semakin tampan. Tidak sayang, kami baru saja tiba disini." Ujar Bibi Aynun yang membuat Ali jadi salah tingkah.
Tak lupa Haydar memeluk Ali erat.

Ketiganya pun beranjak pergi meninggalkan Bandara.
Di dalam perjalanan pulang, mereka tidak ada hentinya berbincang. Sesekali tertawa. Haydar dan Aynun sudah menganggap Ali seperti putra sendiri. Sebetulnya mereka merasa sungkan kepada keluarga Hayyan, karna perilaku Aisha beberapa tahun silam.

Tak lama kemudian akhirnya mereka sampai.

Bibi Aynun dan suami pun disambut dengan hangat.
Mereka semua duduk di ruang tamu.
Maryam pun datang membawa baki berisi cemilan kecil.
"Silakan!" Ucapnya sembari menaruh piring di atas meja

Aynun tersenyum ramah.
"Apakah ini Istri Ali?" Tanyanya
Maryam tersipu.

"Cantik sekali. Matanya, Maa Syaa Allah... Ali sangat beruntung bisa mempunyai istri seperti kamu" Puji Aynun tiada habisnya.

CINTA YANG SESUNGGUHNYATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang