Chapter 8 | Makan Malam

5 1 0
                                    

Keesokan paginya, saat itu Maryam sedang menyajikan sarapan. Tak lama Ali pun turun untuk menikmati sarapan. Maryam menyajikan sarapan untuk Ali.

"Selamat pagi sayang." Sapa Maryam sambil tersenyum.

"Selamat pagi sayangku, wah sepertinya sarapan hari ini sangat lezat." Puji Ali sambil memeluk istrinya dari belakang kemudian beranjak duduk.

"Tentu, karena masakan Maryam tidak pernah gagal kan hehe. Oh iya abang, kapan mau menjemput Umi dan Abi." Tanya Maryam.

"Sebentar lagi Abang kesana, setelah menjemput Abi dan Umi Abang baru ke kantor." Ucap Ali.

"Baiklah abang." Sahut Maryam mengangguk.

Mereka pun menyantap sarapan. Setelah beberapa menit akhirnya selesai.

"Biar Maryam saja, Maryam sudah menyiapkan teh di ruang tengah." Maryam pun lanjut membersihkan meja makan. Setelah selesai, ia ke kamar menyiapkan beberapa barang yang akan di bawa Ali ke kantor. Kemudian ia kembali ke ruang tengah.

Ali sedang menghubungi Abi untuk mengabari ia akan segera kesana. Tak lupa Ali juga menghubungi keluarganya juga untuk mengadakan makan malam. Maryam sangat bahagia mendengar Abi dan Umi akan ke rumahnya.

"Sayang, Abang berniat untuk mengadakan makan malam bersama keluarga kita. Nanti malam keluarga kita akan berkumpul bersama. Abang juga mengajak Paman Haydar dan Bibi Aynun." Tegas Ali.

Mendengar nama paman dan bibi Maryam terdiam.

"Apakah Aisha akan datang juga?" Tanya Maryam.

"Abang tidak tau, dia akan datang atau tidak itu terserah dia." Tegas Ali sembari memegang pundak istrinya. "Tenang sayang, tidak perlu khawatir." Sambungnya lagi.

Maryam mengangguk mengerti.
"Ya sudah kalau begitu Abang akan menjemput Abi dan Umi dulu. Kunci pintu, jangan dibuka kalau ada orang asing. Kita tidak tau apa yang akan terjadi." Ali mencium kening sang Istri.

"Baik abang, hati-hati." Ucap Maryam.

"Assalamu'alaikum." Ali pun pergi untuk menjemput Abi dan Umi. "Wa'alaikumussalam." Sahut Maryam.
.
.
.
.
.
POV MARYAM
Maryam merasa khawatir, ia takut jika kehadiran Aisha nanti akan menciptakan masalah. Karena selain Ali, Aisha juga tau kalau Maryam pernah keguguran. Ia berharap Aisha tidak melakukan apapun.
.
.
.
.
.
POV ALI
Saat di perjalanan ia sedikit khawatir.

"Aisha, semoga kau tidak membuat masalah yang akan merusak kebahagiaan keluarga kita." Ujar Ali.

Sesampainya ia di kediaman mertuanya, ia mendapat sambutan hangat.

"Assalamu'alaikum Umi, Abi."

"Wa'alaikumussalam nak, ada apa pagi-pagi sekali datang kemari?" Umi sedikit heran.

"Ayo Ali masuk dulu, Umi ini bagaimana menantu baru datang tidak dipersilahkan masuk terlebih dahulu." Sahut Abi Omar.

Ali tersenyum kepada Umi dan Abi. Mereka pun masuk.
"Ayo nak, silahkan duduk, Umi akan membuat teh sebentar." Ucap Umi kemudian beranjak pergi ke dapur.

Ali mengangguk mengiyakan.
"Oh iya Abi, kedatangan Ali ke sini ingin menjemput Abi dan Umi kerumah. Dan Ali berencana untuk mengadakan makan malam. Ayah Ibu sudah Ali kabari." Ucap Ali memberi penjelasan.

"Oh jadi begitu, baiklah nanti ketika Umi ke sini kita beritahukan." Ucap Abi Omar

Tak lama Umi pun datang membawa teh. Lalu memberikannya kepada Ali dan Abi.

"Umi, Ali datang kemari untuk menjemput kita."

"Oh betul begitu nak?" Tanya Umi Khadijah

"Iya Umi." Jawab Ali.

"Ya sudah kalian minum teh saja dulu, Umi akak bersiap-siap mengemasi barang-barang yang akan dibawa." Ucap Umi lalu beranjak ke kamar. Di susul Abi yang juga akan bersiap-siap.

Tak lama Umi dan Abi pun turun sambil membawa koper. Abi pun menghampiri untuk membawakan kopernya ke mobil. Akhirnya mereka pun masuk ke mobil dan pergi.
.
.
.
.
.
Beberapa menit kemudian akhirnya mereka pun sampai dirumahnya. Maryam langsung menghampiri orang tuanya.

"Umiii.. Abiii..." Maryam memeluk Orangtuanya. "Ayo Umi Abi masuk." Lanjutnya lagi.

Mereka semuanya akhirnya masuk. Melakukan aktivitas masing-masing.
.
.
.
.
.
Tak terasa waktu siang kembali malam.

Clekkk...

Ali memasuki kamar mendapati Istrinya tengah membereskan perlengkapan shalat telah selesai menjalankan Ibadah shalat Isya.
"Assalamu'alaikum sayang." Ucap Ali.

Maryam menoleh. "Wa'alaikumussalam, abang sudah pulang." Maryam menatap jam dinding.

"Maryam mau mempersiapkan untuk makan malam abang." Maryam pun beranjak pergi.

"Iya sayang, ayo abang juga akan turun menemani Abi." Mereka pun keluar kamar. Pada saat berjalan menuruni anak tangga handphone Ali berdering. Ia pun mengambil handphone di sakunya dan mendapati nama Aisya tertera di layar hp nya itu.

"Maryam duluan saja, abang angkat telpon dulu." Ucap Ali kemudian kembali ke atas.

Maryam mengangguk mengerti.
.
.
.
.
.
POV ALI
Ia mengangkat telpon.

"Assalamu'alaikum."

"Wa'alaikumussalam, hai sayang, apa kabar aku sangat merindukanmu."

"Aisha apa apaan ini, tolong jaga sikapmu."

"Ayolah Ali, kau pasti juga merindukanku bukan?"

Ali terdiam, tetapi Aisha memanggil membuatnya tersadar. "Ali ada apa, apakah kata-kataku benar hahahah.. Ali.. Ali.. dasar laki-laki munafik. Aku akan datang kesana bersama Ayah dan Ibuku sampai jumpa sayang."

Tanpa menjawab Ali memutuskan panggilan mereka. Ali menghela nafas panjang menghembuskannya dengan kasar. Ia mengusap wajahnya dengan kasar.

"Kali ini rencana apalagi yang akan kau lakukan Aisha." Ucap Ali penuh tekanan.

Ia kembali turun menemui Abi Omar.
"Ada apa Ali, kenapa wajahmu nampak gelisah?" Tanya Abi Omar.

"Tidak ada apa apa Abi, tenang saja." Jawab Ali

Saat itu Maryam datang membawa teh dan menatap suaminya kemudian memalingkan wajah penuh tanda tanya.

"Ada apa dengan Abang, dia terlihat khawatir." Ucap Maryam dalam hati.

"Abang ini teh nya." Maryam menyuguhkan teh kepada suaminya begitu juga kepada Abi Omar. Ia pun kembali ke dapur untuk menyiapkan makan malam.

Ali dan Abi Omar menyeruput teh bersama.

CINTA YANG SESUNGGUHNYATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang