Bagian 21 : Pria di Kegelapan

2.8K 216 3
                                    

Bisa bantu aku kan?

Jangan lupa kasih vote ya bestie 🤗


Seorang lelaki dengan pakaian berantakan terlihat sedang menerutkan pelipis dengan tangan kanannya.

Sekali-kali napasnya ditahan sembari memandangi pintu yang tertutup rapat di hadapannya. Sekitar 2 meter dari tempatnya merebahkan diri di kursi.

Perlahan ia pun melangkah ke ruangan yang sedaritadi menjadi sasaran dari ekor matanya untuk terus mencuri pandang.

Bukan, bukan ruangan itu yang menarik perhatiannya, namun sesuatu yang ada di dalamnya.

Ia mengacak-acak rambutnya dan segera berdiri, berjalan menghampiri ruangan itu dengan cepat. Ia benar-benar khawatir dengan keadaan Maira yang ia selamatkan beberapa jam lalu.

Terlebih, gadis itu belum juga siuman dari pingsannya. Ia tidak bisa meminta Lina-sang sekretaris- untuk mengurus gadis itu, karena jarak yang jauh. Akhirnya ia sendiri yang harus menunggu wanita itu hingga sadar.

Matanya langsung menangkap sosok gadis yang terbaring lemas di kasur. Tak seharusnya ia membawa gadis itu ke sana, namun harus bagaimana lagi?

Ia tidak mempunyai pilihan lagi selain membawa Maira kesana, karena tidak tahu tempat tinggalnya

"Jangan ... jangan ..."

Pria jangkung yang sedaritadi memperhatikan dari kejauhan itu semakin bingung. Kakinya maju mundur ragu untuk menenangkan gadis itu atau membiarkannya tetap dalam mimpi buruk.

"Jangan..."

Teriakan Maira kali ini seakan magnet yang membawa kakinya mendekat, meski masih ada ragu yang bergelanyut, namun ia memutuskan untuk menenangkan gadis yang tak dikenalnya itu agar tak lagi ketakutan.

"Maira, tenang, kamu aman sekarang," ujarnya sembari duduk di sofa sebelah Maira.

Mata Maira masih terpejam rapat. Bukannya tenang, yang ada tangannya berkali-kali memberontak. Tak bisa melihat itu terus terjadi, dipegangnya tubuh Maira.

"Maira! Tidak ada yang mengganggu kamu lagi, kamu aman sekarang."

Kali ini, perkataan pria itu berhasil menenangkan Maira, gadis itu membuka matanya dan sorot ketakutan semakin jelas terlihat di kedua mata indahnya.

"Pak Arfin."

"Kamu aman, Ra."

Maira kembali menangis di hadapan mantan bosnya itu. Arfin berusaha menenangkan Maira yang terlihat syok. Tak lama ia sadar bahwa tempat di sekitarnya terlihat asing.

"Saya tidak tahu rumah kamu, jadi saya bawa kamu ke kamar hotel saya."

Maira langsung menjauh dari posisi Arfin.

“Tenang, Ra. Saya tidak akan macam-macam.”

Setelah beberapa saat meyakinkan Maira, akhirnya pria itu mendapat kepercayaannya. Maira langsung beranjak dan hendak pergi, namun ditahan oleh Arfin.

“Sebaiknya kamu tenangin diri kamu dulu disini. Saya sudah membuatkan teh hangat. Saya akan keluar dari sini. Kalau sudah tenang, kamu bisa telepon saya untuk mengantar kamu pulang.”

Maira hanya diam. Selanjutnya, Arfin keluar dari sana yang meninggalkan Maira sendirian.

Wanita itu menangis tersedu, ia begitu ketakutan, hingga tubuhnya saat ini bergetar hebat.

•••

Randy benar-benar tak bisa tidur. Gadis itu benar-benar mengganggunya. Ia berusaha menghilangkan bayangan saat gadis itu menghapus air mata di hadapannya.

Imam Menuju SurgaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang