Bagian 20 : Di Sudut Kota

3.1K 249 24
                                    

Assalamualaikum...

Ada yang kangen Maira, Randy sama Alisa gak nih setelah berabad-abad gak update?

Kasih emot dulu buat mereka dong 😁


"Ya Allah... Jika dia memang bukan takdirku. Bahagiakanlah ia dengan takdirnya. Jika memang dia bukan sosok yang Engkau tuliskan dalam lauhulmahfudz-Mu untukku, ikhlaskanlah hatiku untuk menerimanya. Kuserahkan segalanya pada-Mu. Karena Engkaulah sebaik-baiknya Pembuat takdir."

-Almaira Khanza Hisyam-

•••

Maira menarik lengkungan bibirnya lebih lebar, sembari memandangi kubah besar yang berada tepat di hadapannya.

Melihat masjid itu sangat lekat, bayangan saat bersama Hafis di sana terlihat sangat nyata.

Kini, itu hanya sebuah kenangan yang menyisakan duka. Semakin Maira mengingatnya, semakin ia merasa terluka.

Seketika binar bahagia di wajahnya berganti dengan air mata yang menetes tanpa henti. Rasanya ia tak ingin berpisah dengan Hafis, rasanya ia ingin terus bersama Hafis, bercengkrama dan bersenda gurau seperti dulu.

Namun Maira sadar, sekarang itu hanyalah sebuah angan belaka, yang tak akan pernah terulang kembali.

Setelah menutup kembali jendela kamar, ia segera beranjak untuk memperbaharui wudhu. Namun niatnya terurung kala getaran ponsel mengalihkan perhatiannya.

'Kak Hafis'

Tubuh Maira seketika membeku, ia hanya bisa memandangi nama di layar ponselnya itu cukup lama hingga ia pun memutuskan untuk menerima panggilan.

"Assalamualaikum, Ra."

Suara Hafis seakan meledak di dalam hatinya, seharusnya Maira tidak seperti itu.

Bukannya Allah yang merencanakan semuanya? Kenapa ia malah kecewa? Lalu, kenapa ia tidak terima dengan ketetapan-Nya?

Maira membalas salam Hafis dengan suara lirih.

"Kamu kemana aja, Ra? Kok telepon kakak ngga diangkat-angkat dari tadi?"

Ya, Hafis memang sedaritadi menghubunginya. Entah berapa puluh kali lelaki itu membiarkan panggilan Hafis tak terjawab.

"Maira," panggil Hafis membuat Maira segera menyadarkan dirinya untuk tidak terbawa oleh suasana hatinya.

"Maaf, Kak. Tadi hp Maira ketinggalan pas lagi keluar rumah," bohong Maira dengan suara yang kini terdengar bergetar.

"Ra. Malam ini kamu bisa ikut, kan? Kakak akan ke rumah Hasna malam ini."

Air mata Maira tak bisa lagi ia tahan, dengan hati yang hancur. Ia berusaha agar suaranya tidak terdengar bergetar.

"Ra. Kamu baik-baik aja, kan?"

Mendengar itu, hati Maira serta merta tercabik berkali-kali. Air matanya kembali berjatuhan tanpa penghalang, cepat-cepat ia hapus.

"Maira baik-baik aja, Kak."

"Kalau gitu, bisa kan kamu dateng ke rumah? Nanti kita berangkat bareng."

"Iya kak. InsyaAllah..."

Entah mendapatkan kekuatan darimana Maira menyatakan kesanggupan itu.

"Ya sudah, kakak tutup teleponnya ya. Wassalamualaikum.

Imam Menuju SurgaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang