Bagian 35 : Imam Menuju Surga (Ending)

5.1K 249 12
                                    

Hal yang membuat wanita bahagia adalah sebuah pernikahan. Mereka selalu memimpikan momen yang sakral itu, dengan gaun yang menjuntai indah, menambah keanggunan mereka kaum hawa.

Senyum mereka terus mengembang, berjalan menuju sang mempelai lelaki yang akan menjadi imam hidup mereka. Hati mereka gugup, namun jangan salah, bunga indah sedang bersemai di sana.

"Saya terima nikah dan kawinnya Almaira Khanza Hisyam binti Hisyam AlKarim dengan mas kawin tersebut dibayar tunai!" ucap Randy membuat dada Maira berdegup sangat kencang.

"Sah?"

"SAH!"

Riuhan kebahagiaan itu membuat tangis bahagia Maira berjatuhan. Rasa syukur merebak dalam hatinya. Maira tersenyum lega saat prosesi akadnya lancar.

"Cie resmi jadi istri sultan," goda Risa.

Membuat Maira langsung melayangkan tangan untuk memukul pundak Risa yang duduk di sebelahnya.

Setelahnya, nenek datang dengan senyum sempringah, ia membawa Maira menghampiri Randy yang sudah menunggunya di tempat akad.

Tanpa melepaskan senyumannya sedikitpun, Risa ikut menggandeng tangan sahabatnya itu dengan bahagia.

Semua mata tertuju kearah mereka bertiga. Tatapan kagum terlihat bertebaran dari lantai bawah.

Kagum dengan kecantikan pengantin yang tersenyum malu karena menjadi pusat perhatian. Tatapan Randy dan Maira bertemu.

Senyum mereka pun saling berbalas.

Maira mencium punggung tangan Randy dengan khidmat, kemudian pria itu meletakkan tangannya di kepala Maira dan mulai membaca do'a.

Detik berikutnya, Randy mendekat dan mencium lama pucuk kepala anag istri dengan lembut. Desir darah yang begitu halus membuat napas Maira tertahan.

Sampai Randy melepaskan ciuman, senyum keduanya saling berbalas. Bertatap dengan tangis haru yang tak dapat terbendung lagi.

Randy kembali mendekat, kali ini yang menjadi sasaran adalah pipi kanan Maira, ia merasakan kehangatan menyentuh bagian itu, kemudian lelaki di Randy berbisik.

"Hari ini kamu cantik sekali, Za."

Ucapan Randy langsung membuat pipi Maira menghangat. Randy menjauhkan wajahnya dari Maira dan tertawa kecil saat melihat salah tingkah istrinya.

"Harusnya, aku yang di sana. dampingimu dan bukan dia..."

Lirik lagu Armada berjudul 'Harusnya Aku' itu langsung membuat Randy menjauhkan wajahnya dari Maira. Ia berdehem canggung, sedangkan Maira segera melangkah mundur.

"Ih Arfin apaan sih? Merusak suasana aja!"

Nazwa segera menarik tangan Arfin yang berdiri tepat di hadapan Randy dan Maira.

"Cihuy, akhirnya nikah juga lo, Ran."

Devan mulai merecoki moment indahnya dengan Maira. Tak hanya pria itu, Devan pun sudah berada di sana dengan senyum yang menggoda.

"Ra, kalau nanti Randy galak-galak lagi. Kamu usir aja dia dari kamar, suruh dia tidur di luar. Biar kapok."

Mereka tertawa, tak terkecuali Randy juga ikut dalam bualan Devan.

Sadar diri, kedua pria tersebut pergi dari sana dan tidak ingin mengganggu pengantin baru itu.

Kini, mereka di tinggal berdua dengan tangan yang tidak lepas, masih saling ternyata sejak tadi.

"Za, aku tak sesempurna yang kamu impikan. Namun, sungguh cintaku untukmu sempurna karena Allah. Izinkan aku menjadi imam dalam kehidupanmu, menjadi cahaya dalam kegelapanmu, menjadi warna dalam asa kelabu yang kamu rasa, menjadi orang yang menegakkan dada untuk mengusir ketakutanmu, menjadi sandaran dalam setiap tangismu, menjadi obat dalam setiap lukamu, dan menjadi lelaki yang akan mempertangungjawabkanmu di hadapan-Nya di yaumul qiyamah kelak. Aku mencintaimu karena Allah, Za."

Randy membuat Maira menahan napas dalam bahagia, tetesan matanya semakin deras terasa. Jantungnya berdetak kacau. Abnormal dan napasnya saling memburu.

"Kenapa nangis? Apa kamu sedih karena pria galak ini jadi suami kamu?"

Randy membuat Maira menggeleng kepalanya dan menatap wajah Randy yang serius.

"Tidak, aku bahagia. Karena sekarang, aku bisa balas perbuatan kamu ke aku dulu. Aku bakalan lebih galak dari kamu!"

Maira menciptakan kekehan Randy. Ia mengusap air mata yang berjatuhan daei mata indah Maira.

"Kamu boleh galakin aku, marahin aku, kalau perlu usir aku dari kamar. Tapi aku mohon satu hal, jangan pernah tinggalin aku dan Alisa."

Tatapan keduanya sungguh lekat, hingga Maira tidak sadar sebuah pelukan mendarat di tubuhnya. Segera saja ia mendorong Randy dengan keras.

"Kenapa? Kita kan udah sah?" protes Randy tak terima

"Malu diliatin orang, Pak."

Randy menjauhkan dirinya dari Maira dan menatapnya intens.

"Mulai sekarang, jangan panggil saya dengan panggilan bapak lagi."

"Pertama, karena saya masih muda tidak pantas dipanggil bapak. Kedua, karena saya bukan bapakmu dan ketiga, saya ingin kamu manggil saya dengan panggilan sayang."

Maira memukul pelan bahunya namun Randy tak membiarkan Maira melakukannya lagi.

Randy menatap mata Maira lama, hati gadis itu berdesir, jantungnya berdetak abnormal dan napasnya tak bisa mengawan bebas.

"Za ... Kamu bisa menjadikan saya pelampiasan.... saya tidak peduli. Kamu tidak perlu menyalahkan diri sendiri. Meski dia masih ada dalam hati kamu saat kita satu atap, saya akan tetap bersamamu."

"Tapi saya harus minta maaf untuk satu hal. Maaf, karena saya tidak akan menyerah untuk menggantikan dia di hati kamu, Ra. Karena saya tidak punya alasan untuk berhenti."

Maira tersenyum, ia menatap Randy denga mata yang berkaca. Senyum haru mengembang.

"Kamu tidak perlu menggantikan siapapun di hati aku. Karena saat ini kamulah yang ada disini, Kang."

"Kang? Kamu kira saya tukang apa?"

Maira tertawa.

"Di suku sunda. Kang itu sebutan penghormatan dari seseorang kepada orang yang ia hormati. Sebagai istri, aku akan menghormati dan menaati suami."

"Kang Randy. Bolehkan, aku panggil kamu gitu?"

Randy mengisi lembut pipi Maira dengan senyum mengembang.

"Boleh, sayang." Seketika pipi Maira merona merah saat Randy memanggilnya dengan panggilan sayang.

"Mama Periiii..."

Keduanya teralihkan oleh suara Alisa yang tiba-tiba menyerang mereka dengan pelukan.

"Jadi sekarang kita bisa tidur bertiga?" tanyanya dengan mata yang amat berbinar.

Bibirnya yang bercemotan dengan coklat, membuat gadis itu terlihat sangat menggemaskan.

Maira mengangguk sembari mengusap kepala Alisa, sedangkan Randy mengecup pucuk kepala gadis kecil itu kemudian beralih mengusap lembut pipi Maira.

"Almaira Khanza Hisyam. Terimakasih sudah menjadi wanita saya dan ibu untuk Alisa...."


- The End-

Yeyyyy happy ending 💞


Yuk ucapin samawa buat Maira-Randy 🤗


MasyaAllah tabarakallah, akhirnya Assalamualaikum Pemeran Utama tamat juga. Kecewa sama endingnya? Atau puas banget akhirnya mereka sah jadi pasutri? 🤗

Terimakasih karena udah menjadi saksi kisah mereka. Dengan sepenuh hati, aku juga minta maaf kalau selama ini kalian selalu dibuat kesel nungguin update-an aku yang lama banget 🙏

Maafin yaaaa. hehe...

Yuk kasih kritik dan saran buat author setelah kalian baca kisah 'Imam Menuju Surga' ini 🤗

See you on the my next story 🖤

Cianjur, 19 Juli 2023
Regina Putri

Imam Menuju SurgaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang