Bagian 14 : Diabaikan

3.1K 237 10
                                    

Tangan Maira meraba nakas mencari sumber suara yang membangunkannya. Matanya masih terpejam dengan lampu kamar yang padam lalu menyipit karena cahaya layar ponsel.

Sebuah panggilan masuk dari kontak 'Papa Alisa' ia terima. Di pukul satu lebih lima belas menit dini hari?

Maira mematikan ponselnya, lalu kembali merebahkan diri, berusaha untuk kembali memejamkan mata. Namun suara yang sama kembali terdengar.

Dengan kesal, Maira menerima panggilan itu.

"Assalamualaikum Mama Peliii??"

Suara gadis kecil setengah berbisik dari seberang langsung menyapa pendengaran Maira. Wanita itu langsung membesarkan matanya.
Ternyata bukan pria menyebalkan itu.

Maira segera mengangkat punggungnya lalu bersandar ke dinding. Ia mengucek mata dan berusaha untuk terjaga sepenuhnya. Senyumnya melebar.

Entah kenapa matanya menghangat haru. Ia sangat bahagia Alisa baik-baik saja.

Melihat kepribadian Randy yang baru saja ia tahu, membuat Maira sungguh khawatir. Maira sungguh takut jika pria itu hilang akal karena kebencian pada dirinya dan melampiaskannya pada Alisa.

Sejak kepulangannya dari rumah Randy, Maira tidak tahu keadaan Alisa. Ia hanya menghubungi Bi Minah beberapa kali.

"Melihat Alisa bersedih saja ia tak tega, apalagi memarahinya."

Maira sedikit bernapas lega mendengar Bi Minah. Wanita itu sudah lama bekerja dengan keluarga Randy.

Jadi, Maira sangat mempercayainya. Tapi, tetap saja hatinya masih tidak benar-benar tenang karena belum mendengar suara lucu yang ia dengar sekarang.

"Waalaikumsalam, Alisa. Kamu gak apa-apa kan? Kamu baik-baik aja kan, sayang?" tanya Maira khawatir.

“Alisa baik-baik aja kok.”

Seulas senyum kembali menghiasi wajah Maira.

"Sayang, kamu kenapa bangun?"

"Alisa gak bisa tidul."

"Alisa kenapa gak bisa tidur?"

"Alisa gak ngantuk."

Maira menghela napas pelan. Ini bukan kali pertama Alisa tidak bisa tidur.

"Mama Peli, Alisa minta sesuatu boleh?"

"Minta apa, Sayang."

"Nyanyiin Alisa sholawat Naliyah layak kemalin. Tadi papa juga nyanyiin sholawat naliyah buat Alisa. Tapi sekalang Papanya malah tidul."

Hampir setiap malam Alisa menghubunginya dengan ponsel Bi Minah. Ia akan mengetuk pintu kamar wanita itu dan minta untuk menelepon Maira. Namun kali ini, ia diam-diam mengambil ponsel Randy untuk menghubunginya.

"Sekarang kamu di sayang?"

"Di kamal Alisa."

Maira tersenyum, membayangkan gadis kecil itu mengambil ponsel Randy diam-diam lalu berlarian ke kamarnya.

Maira jadi teringat saat kecil ketika ia melakukan hal yang sama. Hisyam selalu pergi keluar kota, jika ia sangat merindukan Hisyam, ia akan mengambil ponsel bundanya diam-diam dan menelepon sang ayah.

Imam Menuju SurgaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang