Bagian 3 : Bantuan Tak Terduga

3.9K 246 14
                                    

Assamualaikum semuanya...
Kalian apakabar?

Ada yang nungguin CPU update ga nih? Heheee

Selamat Membaca 🤗

Sorry for typo yeaaa




Maira mengendarai motornya perlahan menembus gelap dan dingin malam. Jarak antara kafe dan rumahnya memakan waktu 15 menit jika mengendarai motor. Tapi sepertinya ia harus menambah waktu tempuh perjalanan pulang karena motor yang ia kendarai, tiba-tiba mati diwaktu yang tidak tepat.

Maira menepuk-nepuk kepala motor, meski sebenarnya itu sama sekali tidak memengaruhi apapun, apalagi bisa membuat mesinnya kembali menyala.

Hisyam-Ayahnya- sudah berkali-kali mengatakan untuk tidak lagi memakai motor itu, namun Maira tak mengindahkan perkataan ayahnya dan disinilah ia berakhir. Menghela napas sebelum turun dari sana dan mulai mendorong motor itu sebelum malam benar-benar larut.

Motor itu adalah peninggalan sang bunda, dari awal kuliah bundanya, mencari pekerjaan, hingga sampai Maira berusia 24 tahun saat ini. Ya, motor bebek itu adalah motor perjuangan. Sudah berkali-kali ayahnya ingin membelikan yang baru, namun Maira selalu menolak dengan alasan motor itu masih bisa digunakan.

Maira terus mendorong motornya. Saat diturunan jalan, ia menaikinya sedangkan ditanjakan ia harus mengeluarkan tenaga ekstra agar tidak jatuh atau kembali mundur. Mata Maira menatap tanjakan yang ada di hadapannya, ia tak menyangka, bahwa itu terlihat sangat tinggi saat ia berjalan kaki.

Biasanya juga Maira menancap gas tak terlalu kuat, dan sekarang ia harus menaiki itu sendirian. Tapi, bagaimana lagi ia harus tetap mendorong motornya hingga puncak jika tidak ingin bermalam atau meninggalkan motor kesayangannya di sana.

"Kenapa?" Suara seseorang dari sampingnya membuat kepala Maira sontak menoleh. Sosok yang tak asing itu berjalan dengan langkah lebar mendekat dan menatap motor yang tak ditunggangi pemiliknya.

"Mogok, Pak."

Tanpa diminta, Randy langsung mengambil alih posisi Maira, memaksa wanita itu untuk mundur beberapa langkah tanpa kata. Sedaritadi tak sedikit yang lewat, namun tidak ada satupun dari mereka yang peduli dan berhenti untuk menolongnya.

"Terimakasih," ucap Maira saat ia sudah berjalan beriringan dengan Randy yang mendorong motornya.

"Ada bengkel di depan. Semoga belum tutup."

Maira hanya mengangguk setuju lalu mengekori Randy yang masih menegang kendali motornya. Langkah mereka berhenti saat sampai ke bengkel. Beruntung, bengkel itu masih buka seperti harapan keduanya.

"Ini kerusakannya parah, Neng."

"Gak bisa diusahain sekarang beres, Pak?"

"Harus ada yang diganti, Neng. Kebetulan, barangnya lagi gak ada. Jadi harus dipesen dulu." Maira menghela napas berat.

Setelah mendengar itu, tak lama Randy keluar dan berjalan meninggalkan Maira begitu saja tanpa pamit. Maira hanya melihatnya tak berniat untuk mencegah pria itu pergi. Ia segera mengambil ponselnya di dalam tas, berniat menghubungi Hisyam untuk menjemputnya, berhubung kawasan di sana tidak ada angkutan umum dan sulit mencari ojek online.

Imam Menuju SurgaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang