Thailand

403 44 9
                                    

Lisa POV.

Tepat sehari setelah kembalinya dari Oxford bersama Roseanne, mommy langsung memboyong ku ke Thailand guna mempersiapkan pernikahan.

Disinilah aku berada di rumah mewah milik orang tuaku.

Aku sedang berdiri sekarang di depan cermin sambil sesekali desainer pribadi keluarga ku meneliti gaun pengantin yang sedang ku coba.

Pikiranku tidak fokus akan hal-hal yang berkaitan dengan pernikahan ini.

Hanya satu nama sekarang yang terpatri di benakku.

Roseanne.

Bagaimana kabarnya?. Setelah pernyataan cintanya padaku dan juga sikapku yang menolaknya secara halus,kami tidak pernah komunikasi lagi.

Sebenarnya aku takut menghubunginya lagi, walaupun sebenarnya ingin.

Ya,hatiku ingin tahu kabarnya.

Aku hanya berharap, Roseanne tidak memblokir nomor telepon ku.



Pikiran ku melayang dan hatiku terasa sangat kosong begitu bangun di pagi hari ini.

Aku merindukan Roseanne.

Aku menggeliat bangun dari ranjang dan mataku tertuju pada naskah tulisan Roseanne beberapa waktu lalu.

Aku sempat meminta salinan padanya dan membawanya ke Thailand.

Sebagai bentuk permintaan maaf?. Atau agar rasa rinduku terobati?.

"Ya Tuhan! . Aku masih disini". Suara Jisoo mengagetkan ku.

Dengan helaan nafas kecil,aku memasukkan naskah tersebut ke dalam laci.

"Tak seharusnya 2 wanita cantik terlihat secantik ini,di jam 6 pagi". Ucap pacarnya Mina.

Mina dan pacarnya tinggal bersama di rumah besar ku. Jika hanya Mina,aku tidak keberatan tapi pacarnya? Bukankah itu keterlaluan?.

Ini alasan ku mengapa tidak betah berlama-lama di rumah masa kecil ku dan lebih memilih mengasingkan diri ke negara lain.

"Tuan raja datang untuk sarapan?". Ucapku tanpa melihat wajahnya.

"No. Aku akan ke bandara. Sam , adikku datang untuk menghadiri pernikahan mu nantinya". Pacarnya Mina menjelaskan.

"Sudah lama aku tidak ketemu adikmu. Dia masih suka acara musikal?". Tanya Jisoo berusaha ramah.

Aku tidak tahu. Tapi aku yakin,dia sangat ingin bertemu dengan mu".

"Why?". Jisoo mengernyitkan dahinya.

"Kami akan kembali tepat waktu untuk sarapan bersama orang tuamu". Dia segera berlalu dari hadapan kami berdua.

"Bukankah seharusnya dia mencari tempat tinggal untuk Mina, 4 tahun yang lalu?". Jisoo bertanya padaku yang sedang membaca koran di sofa.

"Apa kau mau tinggal di hotel terbaik di kota ini,jika kau bisa mendapatkannya gratis?. Aku mendelik ke arahnya.

"Dia benar-benar benalu". Ucap Jisoo jijik.

"Aku merindukan Jung Hae in". Jisoo terdengar sedih.

"Tapi dia sudah memutuskan ku".

"Benarkah?aku ikut sedih". Kataku prihatin.

"Dia ingin membesarkan anak-anaknya di Korea dan tidak di negara manapun, termasuk Thailand". Jisoo berdiri dengan wajah frustasi.

Aku mengusap lengannya dan tetap membiarkan Jisoo melanjutkan ceritanya.

"Kami pikir,kami bisa memulai"proses perdamaian kecil"kami sendiri. Dia sangat terikat dengan budayanya".

"Mengapa dia tetap menjalin hubungan dengan mu?". Aku penasaran.

"Maksudku orang macam apa yang membiarkan mu terjerat dalam cinta, padahal tahu tak ada masa depan?".

"Aku butuh kopi". Jisoo mengelak dari pertanyaan ku.

"No. Kau perlu berhenti membina hubungan jangka pendek". Aku mencoba memberi pengertian padanya supaya tidak berharap pada pria yang tidak jelas komitmen nya.

" Terkadang kau tak bisa berhenti, memikirkan semua dengan rasional. Tak pernah kah kau hanya ingin melakukannya?. Meski kau tahu itu akan jadi bencana?".

Aku terdiam mendengar semua ucapan Jisoo.

Dan pada detik ini juga,aku teringat pada Roseanne.



"Aku punya perasaan aneh, semacam Dejavu". Ayah ku bersuara setelah mendengar langkah kaki ku.

"Aku minta maaf ,dad". Ucapku menunduk.

"Sudah beritahu Jungkook?". Ayah menoleh sebentar ke arahku.

"Aku tak tahu harus mengatakan apa. Kecuali aku tahu ini takkan adil untuknya jika meneruskan pernikahan".

"Kau tahu apa yang di inginkan seorang ayah untuk putri mereka?". Beliau menggenggam tangan ku dengan hangat.

"Agar mereka bahagia. Anak laki-laki pergi, mereka bisa memilih. Tapi anak perempuan butuh uluran tangan baik sekarang atau nanti". Beliau berkata tulus.

"Apa yang akan Daddy lakukan dengan semua ini?". Tanya ku sambil mengusap air mata yang menetes akan kebesaran jiwanya menerima keputusan ku.

"Oh aku tidak tahu. Mungkin kita mengadakan pesta saja".

"Temui Jungkook. Bersiaplah. Semua akan baik-baik saja". Beliau mengusap kepala ku dengan sayang.

"Thank you dad". Aku memeluk erat tubuhnya.



Sesuai permintaan ayah, akhirnya aku memberanikan diri menemui Jungkook.
Tanpa mengulur banyak waktu,aku melepaskan cincin pertunangan kami dan mengatakan padanya bahwa tidak bisa menikah dengannya.

Awalnya Jungkook masih bersikeras akan tetap menunggu sampai aku benar-benar siap tapi setelah
mengatakan padanya bahwa ada seseorang yang ku cintai di luar sana, akhirnya ia menerima keputusan ku dengan sedikit keberatan.

Dan terjadi lagi.

Aku membatalkan pernikahan untuk yang ketiga kalinya.

Setelah perkataan Jisoo kemarin,aku memantapkan diri untuk melakukan apapun yang di inginkan oleh hatiku tanpa memikirkan apapun.

Hatiku menginginkan Roseanne.

Hanya Roseanne!.

***

Kalau author jadi Roseanne ga akan semudah itu menerima Lisa lagi.

Lisa labil ih.

I CAN'T THINK STRAIGHT [CHAELISA] ☑️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang