11. 225

3 0 0
                                    




"Siapa bang?" tanya Zara sedikit penasaran.
"Kita pulang sekarang yuk"

"Tadi siapa yang telpon bang?"
"Penting?" tambahnya.

Zara tidak mau merepotkan seseorang. Ya. Dia tidak mau.

"Sedikit, ayo pulang, gue harus pulang udah ditunggu"
"Ini hp lo udah ada no gue, lo gapapa disini, tapi kalo udah mau pulang, bilang gue, oke?" ujar nya lalu pergi. Tak lupa sebelum benar-benar pergi ia mengusap rambut Zara dan mengecup keningnya.

Ia pun kembali duduk dan makan. Diam. Dan menatap sekeliling. Banyak perempuan seperti dirinya yang sudah memiliki pasangan. Bahkan, salah satu dari mereka sudah mempunyai panggilan, seperti 'ayah' dan 'bunda'. Betapa jijik nya Zara.

Juga sepasang suami-istri tak jauh darinya yang sedang bermesraan dengan anak perempuan nya yang berumur lima tahunan. Sangat lucu. Zara menatap mereka sangat lekat dan tersenyum tipis. Disaat Zara masih menatapnya, anak perempuan itu melihat kearah nya. Lama. Dia kembali menatap Zara. Dengan ramah ia melambaikan tangan ke anak perempuan itu.

"Kakak!" seru anak perempuan itu dengan antusias.

Orangtuanya hanya meringis dan berusaha untuk menenangkan anaknya. Sementara Zara hanya tersenyum manis. Sangat manis. Anak perempuan itu akhirnya tenang dan hanya tersenyum gembira. Jam restoran menunjukkan angka pukul 17.58.

Yah sudah sore. Dengan segera ia membayar di kasir. Tetapi, masa depan tak ada yang tau bukan? Dikasir, ia melihat sepasang manusia berbeda jenis kelamin sedang bergandengan tangan didepannya. Pria memakai jaz hitam dan wanita bergaun putih. Menurut ciri fisik kedua nya, ia sangat mengenali mereka.

"Eh? Kamu di sini ya ra" Zara segera maju melangkah setelah mereka selesai membayar.

"Heh! Ga sopan kamu ya!" gertak Dia yang membuat semua pengunjung menoleh padanya.

"Lo di ajak omong juga! Budek lo?" seru nya dengan kesal.

Namun Zara tak menggubris nya. Ia tetap membayar. Setelah membayar, total semua ialah 120 ribu. Ia segera melangkah keluar melewati mereka. Dengan kesal dan tega, si pria, yang bukan lain disini adalah Ediy, mendorongnya dengan keras.

Brak

Jeritan dari pengunjung disana bersorak-sorai. Zara yang didorong hanya meringis. Langkah Ediy yang masih marah pun mendekati nya dan berjongkok. Ediy segera meraih dagu Zara dan mendongakkan nya dengan keras.

"Kemana saja kamu hah?! Jual diri? sampai sampai pacar kamu ke rumah saya ambil semua keperluan kamu, iya?!"seru nya dengan menatap tajam anak nya itu.

"Itu bukan rumah Anda, Tuan-"

Plak

Tamparan terjadi. Anak-anak yang ada disana pun menangis. Termasuk anak perempuan yang tadi duduk di dekat mejanya, juga menangis.

"Berani sekali kamu menjawab ucapan saya" ujar nya dingin.

"Saya mengucapkan sejujurnya kepada Anda"
"Apakah Anda diajarkan oleh orang tua Anda untuk bicara jujur? " tambahnya.

Bugh

Pukulan yang cukup keras membuat pelipis Zara berdarah. Jeritan pun semakin keras. Masih dengan emosi dan ego nya, Ediy. Tangan nya masih mengepal di udara dan bersiap untuk memukul nya. Zara. Ia hanya mengepal kan tangan sekeras mungkin. Sementara wanita yang bersama Ediy? Ya Winkya. Entah dimana dia sekarang, Zara tak melihatnya.

"Kamu benar-benar–"

"Apa? Papa mau mukul aku? Pukul! Pukul aja! Toh aku kerumah sakit papa ga ngeluarin uang kan? Terus aja pukul pukul! Aku tuh anak papa bukan sih? Kenapa papa bisa sekasar ini? Okey aku akui. Papa ga pernah kasar sama aku, paling cuma nampar. Tapi papa mikir ga? Hinaan yang papa ucapkan buat aku, udah buat aku jatuh pa, ditambah tamparan"

ZalvanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang