15. Di rumah Ardo

2 0 0
                                    






░░

Happy reading guys! ✨

"Ayo pulang"titahnya.

"Ada jadwal"

"Kemana?"

"Ardo"ucap nya malas, lalu pergi.

"Gue anter"

"Ojek?"

Tak paham. Lelaki itu, lebih tepat nya-Alvan, dia tak paham dengan pertanyaan nya. Ojek? Dia ingin naik ojek, begitu?

"Maksud lo?"

"Lo ojek?" ulang nya, dengan sabar.

Alvan pun ber-oh pelan dan menggeleng. Tak lupa senyuman manis nya. Astaga, apa dia tidak sadar? Jika mereka masih berada di dalam kelas? Bagaimana jika ada rumor menyebar tentang Zara?

Ya, walaupun Zara tak ambil pusing, tapi itu sedikit menyebalkan. Ditambah senyuman manis dari nya membuat seruan para siswi bertambah lima kali lipat.

☆☆☆

Akhirnya, Zara pun mengalah. Ia diantar Alvan, dengan mobil merah nya. Selama di perjalanan, hanya ada bunyi gesekan ban, juga klakson. Tak ada yang berbicara. Alvan, dia terfokus pada menyetir, dan Zara, dia terfokus pada buku biologi nya.

Di lampu merah, mobil Alvan pun berhenti. Dia menoleh ke arah Zara. Yang sedang membaca buku biologi. Dengan kepala sedikit menunduk juga rambut panjang nya yang di kuncir satu. Itu sangat indah!

"Mau makan dulu?" tanya nya, basa-basi.

Zara menggeleng, lalu melanjutkan membaca nya.

"Ganti baju dulu? Gue bawa ganti di jok belakang" ujar nya, basa-basi lagi.

Zara pun menggeleng, lagi.

"Atau-"

"Langsung ke rumah Ardo" ujar nya dengan nada dingin, tatapan tajam, dan melanjutkan aktivitas nya.

Alvan yang sedikit ngeri sendiri. Dengan cepat ia melajukan mobil nya dengan cepat. Hanya membutuhkan waktu 10 menit saja, mereka sudah sampai rumah Ardo.

Zara pun segera keluar dari mobil merah nya dengan membawa tas ransel nya juga handphone yang sudah tersambung di earpod nya.

"Nanti pulang jam berapa?" tanya Alvan dengan menahan lengan Zara yang akan melangkah keluar.

"Enam"

"Jam lima" sela Alvan.

"Enam" kekeh nya dengan wajah datar.

"Jam lima atau gue lapor ke Bara"

Parah. Ancaman yang membuat Zara bungkam. Bara. Satu kata, yang membuat dia bungkam dan menurut. Dan ya, dia hanya pasrah mendapat ancaman itu.

"Ya" balas nya dengan pasrah lalu pergi.

Tak lupa, Alvan mengusap rambut nya dengan lembut dan mencubit pipi nya yang chubby, kurang lebih seperti Bara

ZalvanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang