CUPLIKAN:
Setelah sekitar satu bulan pernikahanku, terjadi suatu peristiwa luar biasa, yang tidak pernah aku duga sebelumnya.
Waktu itu, setelah membersihkan rumah, aku kemudian mencuci pakaian, sebagaimana biasanya aku lakukan dua hari sekali, walaupun jumlah pakaian kotor tidak begitu banyak.
Berhubung tidak ada orang lain di rumah, tanpa berpikir lagi, aku melepas pakaian yang aku kenakan, untuk ikut dicuci sekalian.
Saat aku membungkuk untuk memasukkan pakaianku ke dalam mesin cuci, dengan hanya mengenakan beha renda dan celana dalam tipis, ayah mertuaku yang seharusnya sedang berada di kantornya, tiba-tiba muncul di ambang pintu ruang tempat mencuci pakaian yang berukuran sekitar dua kali tiga meter tersebut.
"Oh kamu di sini," katanya.
Terkejut mendengar suaranya yang berat, aku refleks menegakkan badanku dan menoleh ke belakang.
Menyadari kalau aku hanya mengenakan beha dan celana dalam, wajahku seketika terasa memanas karena malu.
"Ak-aku mencuci pakaian, Yah! A-ayah kok sudah pulang?" kataku tergagap dengan posisi masih tetap membelakanginnya, tidak berani membalik badanku.
Untuk beberapa lama dia tidak bersuara, tetapi matanya lekat menatap pantatku.
"Pantatmu bagus sekali," gumamnya tanpa menjawab pertanyaanku.
Walau aku senang dengan pujiannya itu, tetapi karena kata-kata tersebut keluar dari mulut ayah mertuaku, aku menjadi merasa bersalah, sehingga aku hanya diam saja.
Tetapi ketika mataku tanpa sengaja tertuju pada selangkangannya, terlihat jelas tonjolan yang kentara mencuat di depan celananya.
"Berbaliklah," katanya lagi setelah hening beberapa lama.
"Biar aku lihat depanmu," lanjutnya.
Aku merasa ragu, tapi karena kata-katanya terdengar lebih menyerupai perintah daripada permintaan, aku pun berbalik menghadapnya dan menyandarkan pantatku ke mesin cuci.
Matanya menatap susuku yang terbungkus beha, lalu tersenyum menyerigai.
Perlahan, tatapannya bergerak turun ke selangkanganku, memandangi memekku yang membayang di balik celana dalam nilon tipis.
"Kamu sangat cantik. Melihatmu seperti ini kontolku jadi ngaceng," katanya dengan suara serak.
Tidak menduga kalau ayah mertuaku akan berbicara padaku, menantunya, menggunakan kata 'kontol' dan 'ngaceng', aku terkesiap, tetapi anehnya juga merasa bergairah.
"Terima kasih, Yah," kataku gugup.
"A-aku berpakaian dulu," lanjutku sambil melangkah maju untuk meninggalkan ruangan tersebut, tetapi dia tetap berdiri di ambang pintu menghalangi jalanku.
Aku menatapnya dan menunggu bergeser.
"Lepaskan behamu. Biar aku lihat susuku!" katanya lagi, dengan nada memerintah, bukan meminta.
"Aku rasa itu pantas," kataku sekenanya.
"Kalau ketahuan orang, bisa jadi masalah besar," lanjutku lagi memberi alasan.
"Hanya kita berdua di rumah. Siapa yang akan tahu?" balasnya denga lugas.
"Tapi..."
"Lepaskan behamu, atau kita akan berdiri di sini terus," katanya memotong kata-kataku.
Mengerti kalau dia tidak akan membiarkan aku berlalu sampai aku menuruti kemauannya, aku pun menyerah.
Lagi pula, dalam hatiku aku juga ingin mendengar dia memuji susuku lebih jauh lagi setelah melihatnya.
Aku melangkah mundur ke mesin cuci, lalu meraih tanganku ke belakang melepaskan kait behaku, kemudian menarik talinya turun dari bahuku dan membiarkan behaku jatuh ke depan, mengekspos kedua susuku kepadanya.
Tonjolan kontol di bagian depan celananya terlihat semakin membesar dan ada titik basah kecil di tengahnya.
Berdiri telanjang dada seperti itu di depan ayah mertuaku yang ngiler menatap kedua susuku, membuat aku mulai kepanasan dan memekku terasa mulai mengembang.
"Susumu montok sekali. Sangat kencang dan mulus. Puting susumu merah muda sangat indah," katanya dengan mata tak berkedip.
Walau aku sudah tahu dia akan memuji susuku seperti itu, tetapi tetap saja aku merasa senang.
"Ayah sudah melihat susuku, sekarang bisa ijinkan aku lewat?" kataku tidak tahu harus berkata apa lagi, walau aku tidak yakin dia akan membiarkan aku berlalu.
"Sekarang lepas celana dalammu. Aku juga ingin melihat memekmu," katanya lagi dengan suara parau karena birahi, sementara matanya tertuju pada selangkanganku.
Kata-katanya 'ingin melihat memekku' itu seketika membuat aku menjadi semakin panas, sehingga aku menjadi tidak lagi peduli dengan apa yang akan terjadi.
Aku menatap matanya dalam-dalam lalu tersenyum nakal memutuskan untuk memenuhi keinginannya.
"Ayah ingin melihat memekku?" tanyaku dengan gaya nakal, kemudian menyusupkan jari tanganku ke pinggang celana dalamku dan mendorongnya turun ke pahaku.
--oo0oo--
Baca cerita ini selengkapnya di:
https://karyakarsa.com/teteknakal/aku-ayah-mertua
https://karyakarsa.com/abearang/aku-ayah-mertua-414143