CUPLIKAN
Dalam jarak hanya beberapa meter, Jerry mempelajari situasi tersebut dan mendapati kalau dugaannya ternyata salah.
Kini dia sudah bisa melihat dengan jernih kalau bukan ibunya yang mendatangi Mario tetapi sebaliknya Mariolah yang telah merayu ibunya, dan tidak tahu bagaimana caranya dia berhasil membujuknya ke dalam hubungan seks incest tersebut.
Tapi, terlepas dari bagaimana caranya, Jerry yakin itu adalah usaha yang tidak mudah bagi kakak laki-lakinya itu.
Ibunya tampak begitu kaku dan enggan, tetapi juga terlihat sangat birahi. Jerry melihat itu dengan sangat jelas.
Ibunya yang sudah sangat birahi akhirnya menyerah dan membiarkan Mario meremas-remas dan menggosok-gosok memeknya dari luar celana dalamnya untuk membawakannya kepuasan.
Menonton itu, kontol Jerry membengkak hingga terjepit dalam kurungan celana jeansnya yang ketat. Dia merasa sangat iri pada kakaknya itu, dan bersedia memberikan apa saja untuk bertukar tempat dengannya.
Belum pernah ada perempuan yang bisa membuatnya bergairah seperti ibunya, dan dia juga ingin melakukan padanya apa yang sedang dilakukan kakaknya.
"Enak, Ma? Mama suka?" Mario bertanya dengan suara serak sambil meremas memeknya.
"Iya, Sayang! Enak sekali," engah Rosa.
"Tapi Mama tahu ada yang lebih enak lagi kan?" tanya Mario sambil meliriknya.
Wajah Rosa semakin panas dan merah.
"Lupakan, Mario! Aku tidak akan pernah dientot kamu!" kata Rosa.
"Ehm! Bukan itu maksud aku," kata Mario berbohong.
"Aku hanya berpikir mungkin Mama lebih suka kalau aku melakukannya dengan jariku," lanjutnya.
Dan begitu menyelesaikan kata-katanya, dia pun menyusupkan tangan satunya lagi ke balik celananya yang sudah basah kuyup dan menangkup memeknya lalu mulai meremasnya dengan ritme yang menyenangkan.
Memek Rosa yang sudah mendidih pun dengan segera melumuri tangan Mario dengan jus panas yang lebih banyak.
Dia berusaha menahan kenikmatan dalam memeknya hingga jari-jari tangannya mencakar rerumputan, dan mulai mendorong pinggulnya ke atas.
"Sepertinya Mama sangat menyukainya," goda Mario dengan menyeringai cabul sambil menarik tangannya yang meremas memeknya dari luar celana dalamnya.
Jerry akhirnya bisa melihat tangan Mario yang di balik celana dalam ibunya, bergerak-gerak meremas dan memijat memeknya dengan gerakan berirama tetap.
Giginya menggeretak dan darahnya panas mendidih dalam rasa iri dan cemburu. Dia juga ingin bemain dengan memek ibunya seperti itu, dan itu membuatnya semakin birahi.
Dia sudah berulang kali bermain dengan memek gadis remaja semasa SMA, dan juga sudah beberapa kali mengentot sejumlah gadis gampangan di sekolahnya.
Walau menikmati dan berniat untuk terus melakukannya selama mungkin, tetapi tidak ada gadis seusianya, tidak peduli seberapa cantik atau seksi, yang dapat membuatnya bergairah seperti gairahnya terhadap ibunya.
Dia bertekad akan mendapatkan ibunya dan menikmati memeknya seperti yang sedang dinikmati kakaknya itu.
"Ya Tuhan,!" Rosa mengerang keras.
Tangan Mario meremas memeknya yang panas dan basah itu dengan lebih cepat dan semakin cepat, membuatnya semakin birahi, hingga pinggulnya menggeliat.
Wajah cantiknya berkerut karena nafsu.