Semak Belukar Ibuku (2) - END

698 3 0
                                    

CUPLIKAN

Saat aku sudah akan memintanya berbalik untuk melepas behanya, mataku melihat kait behanya ada pada bagian depan, di antara kedua gunungnya, sehingga aku mengulurkan tanganku dan melepaskannya.

Kedua susunya yang sangat indah, putih mulus, penuh berisi, terpapar di depan mataku.

Tanganku lalu bergerak ke celana dalam birunya lalu menariknya turun dari pinggangnya, dan seketika semak belukar jembutnya yang lebat dan tebal menyembul keluar.

Celana dalamnya jatuh ke lantai, dan dia melangkah hingga lepas dari ujung kakinya.

Akhirnya, ibuku sudah telanjang bulat di depanku dan dalam jarak yang sangat dekat.

Astaga Ya Tuhan! Jembut memek ibuku seperti hutan belantara yang masih perawan.

Aku menatap matanya.

"Ma," panggilku sambil meraih tanganku menurunkan tutup kloset.

"Iya?" balasnya pelan.

"Duduk di situ," kataku.

Dia melakukan seperti yang aku minta.

"Kakinya buka," kataku lalu membuka laci meja kamar mandi, mengambil sebuah gunting.

"Harus digunting dulu sebelum dicukur."

Dia mengangguk, tetapi kakinya tertutup.

Aku meraih tanganku ke kedua lututnya dan mendorongnya terbuka.

Tanpa perlawanan, kedua kakinya terbuka mengikuti tanganku, hingga semak belukar liar jembutnya terbentang di depanku.

Untuk pertama kalinya, aku bisa melihat memek ibuku, walau hanya membayang di bawah belukar jembutnya.

Aku sangat ingin bisa melihat memeknya dengan jelas dan mendetail, sehingga aku pun mulai menyibak jembutnya, bagian demi bagian, sedikit demi sedikit, menariknya menjauh dari memeknya dan mengguntingnya.

"Ini paling tidak ada lima senti," kataku.

"Maaf," katanya datar.

"Gak apa-apa, Ma. Gak perlu minta maaf. Ini juga cukup menyenangkan mencukurnya. Nanti Memek Mama pasti akan mulus kalau sudah selesai."

Saya rasa ibuku tersipu karena malu.

Aku terus menggunting jembutnya sebisa mungkin, agar lebih mudah mencukurnya nanti, dan jembutnya yang hitam mulai berserakan di lantai kamar mandi yang putih.

Setelah beberapa lama menggunting dan seiring semakin pendek jembutnya, bentuk dan rupa memeknya pun mulai terlihat, dan aku sungguh-sungguh terpesona melihatnya.

Memeknya mungil menggunduk montok dan cantik dengan belahan simetris yang sempit menyembunyikan semua daging merah muda di dalamnya, dan tanpa gelambir yang menjuntai.

Ya Tuhan, aku sedang menatap memek ibuku, yang sebelumnya aku kira tidak akan pernah akan ada kesempatan untuk melihatnya.

Lewat celah memeknya yang sempit, aku bisa melihat kilauan daging merah muda di dalamnya, memantulkan cahaya kamar mandi.

Tanpa buru-buru, aku terus menggunting sambil memandangi memek indah ibuku yang tidak ada duanya itu.

Sepertinya ibuku juga tidak terburu-buru dan tetap menjaga kedua kakinya terbuka lebar dengan menunduk, mengawasi hasil karyaku.

Pada faktanya, ibuku sedang mengekspos memeknya pada anak laki-lakinya sendiri, dan dia menyukai dan terangsang karenanya.

Dan menyadari dia terangsang, membuat aku juga menjadi semakin terangsang.

Dunia Klasik (Short Stories)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang