ミ Chapter 03 ミ

4K 690 109
                                    

-   ͙۪۪̥˚┊❛ [ 𝖧𝖺𝗉𝗉𝗒 𝖱𝖾𝖺𝖽𝗂𝗇𝗀 ] ❜┊˚ ͙۪۪̥◌

Suara berisik khas dapur di sebuah tempat restoran ramai memenuhi ruangan. Wangi semerbak harum menguar mengisi udara di siang hari.

"Cepat antarkan pesanan ini ke nomor tiga puluh empat!"

"Hey, bergeraklah lebih cepat! Para pelanggan sudah menunggu!"

"(Name)! Cepat antarkan! Jangan lelet!"

"Cepat kemari! Masih banyak pesanan yang belum kau antar!"

Sekitar tiga jam ia seperti itu. Siang hari ini tempatnya bekerja begitu ramai dan membuatnya kewalahan mengantarkan tiap-tiap pesanan para pelanggan.

Kini, ia tengah duduk di sebuah tempat khusus para pekerja disana. Ia duduk dengan kepalanya yang tersimpan di antara lekukan tangannya. Di atas lengannya, ada Sae dan Rin yang tengah sibuk memainkan kedua pipinya.

"Hey, kalian tidak bosan bermain dengan pipiku?" (Name) bertanya, lalu mengangkat kepalanya. Membuat aktivitas Itoshi kembar itu berakhir.

Mereka berdua langsung melayangkan tatapan kesal padanya. "Kembalikan pipimu, aku mau tidur sekarang," ucap Rin dengan ekspresi kesalnya.

"Kemarin pipimu, aku ingin bermain pukul-pukulan lagi. Pipi punya kamu enak dimainin," ucap Sae deng ekspresi datarnya.

Menghela nafas berat, (Name) akhirnya ia kembali menyimpan kepalanya di atas tangannya. Bedanya, kini ia menyembunyikan wajahnya dan membuat mereka hanya bisa memainkan rambut biru tuanya.

Hal itu membuat dua Itoshi menjadi bosan karena hanya bisa memegang rambut lembut sang gadis.

Suara derit pintu kemudian mengalihkan perhatian mereka berdua. Iris senada mereka menatap seseorang yang membuka pintu.

"(Name)?"

Satu panggilan tersebut sukses membuat sang pemilik nama bangun dari tidurnya dan menoleh ke arah gadis yang terdiam di ambang pintu.

"Iya Anri?" tanyanya pada gadis bernama Anri itu.

"Sekarang sudah jadwal mu lagi."

Dan satu nafas pun di buang lelah. Gadis itu kemudian berdiri dari duduknya. Jarinya kemudian mengelus lembut surai berbeda warna manusia chibi itu.

"Maaf ya, aku tinggal dulu," ucapnya sebelum akhirnya pergi meninggalkan mereka bertiga di dalam ruangan.

Sampainya ia di ambang pintu pembatas antara ruangan para pelayan dan ruangan luas yang berisikan ratusan manusia. Melihatnya saja gadis itu hanya bisa membuang nafas panjang dan lelah.

"Gak pa-pa. jalanin dulu," ucapnya sembari mengusap dadanya.

Satu tangan kemudian ia lihat terangkat di udara. Hal itu menandakan jika seseorang membutuhkan bantuannya. Dengan segera ia mendekat ke arah tangan yang tadi terangkat.

"Baik, ada yang bisa saya ban– tu?" Akhir katanya tak terdengar dikala dua mata indahnya menatap pemuda yang tak asing lagi di matanya.

Seorang pemuda bersurai hitam dengan ujung rambutnya berwarna hijau terang. Dia duduk berhadapan dengan seorang gadis cantik yang bahkan cantiknya melebihi dirinya.

'Oliver,' ucapnya dalam hati.

Dua iris hitam itu tak pernah lepas memandangi wajah milik sang kekasihnya. Kedua telinganya ia pasang baik-baik untuk mendengar pesanannya dan tangannya fokus menulis pesanan di atas sebuah kertas.

Selesai mencatat, dengan segera pandangannya beralih menatap arah lain dan pamit pergi meninggalkan meja tersebut.

Energinya yang sebelumnya belum terisi penuh seutuhnya, langsung habis ketika melihat kekasihnya berjalan dengan gadis lain. Ia terpukul melihatnya.

𝐏𝐚𝐤𝐞𝐭 : 𝐁𝐥𝐮𝐞 𝐋𝐨𝐜𝐤 [ 𝐄𝐍𝐃 ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang