≼ END ≽

3.7K 524 112
                                    

-   ͙۪۪̥˚┊❛ [ 𝖧𝖺𝗉𝗉𝗒 𝖱𝖾𝖺𝖽𝗂𝗇𝗀 ] ❜┊˚ ͙۪۪̥◌

Tak bisa dipercaya tapi ia harus percaya. Itulah pemikiran seorang (Name) sekarang.

(Name) sedikit tak percaya dengan pemandangan dimana ia dapat melihat banyak laki-laki tampan mengisi ruang kamarnya. Meski tak percaya, namun beberapa kali pun ia menampar dirinya, itu semua terasa sakit. Menandakan jika yang ia lihat memang benar adanya.

"(Name), kok melamun?"  tegur laki-laki bersurai cokelat tua dari samping.

Si gadis mengambil nafas panjang lalu membuangnya. "gimana gak melamun. Orang dari tadi aku mikirin kalian itu beneran manusia cilik yang aku temuin dalam kardus apa bukan," ucapnya dengan nada lelah.

Laki-laki itu, Yukimiya, tertawa pelan. Tangan lelaki itu kemudian terulur dan menyentuh pipi miliknya, lalu berkata, "jangan bengong terus. Kamunya nanti keasikan sama pikiran kamu, terus nanti akunya dilupain sama kamu," ujarnya yang dihadiahi satu jentikan di dahinya.

"Kau ini 💢." Perempatan imajiner tercetak di dahinya. Entah kenapa (Name) sedikit agak kesal dengan Yukimiya.

Tak tahu terkena virus apa, dari tadi pagi laki-laki bermata empat itu tiada hentinya memberikan kata-kata romantis bahkan gombalan maut. Persis seperti Kaiser.

"Jangan ketularan Kaiser deh. Makin kesel aku kalau tiap saat di kasih gombalan terus sama kamu," protes (Name). Gadis itu memalingkan wajahnya dari Yukimiya dan sukses membuat laki-laki itu menggerjab.

Yukimiya diam sesaat mencerna ucapannya. Disaat sadar, laki-laki itu bukannya meminta maaf, tapi justru tersenyum miring. Ia punya kata-kata lagi untuk gadis bersurai biru tua itu.

Ia mengambil nafas dalam-dalam dengan tangannya yang merogoh sakunya dan mengeluarkan sebuah kotak kecil berwarna merah.

"Oke deh. Kali ini aja, aku ada kata-kata serius buat kamu," ucap Yukimiya yang mengundang rasa penasaran (Name). Gadis itu lantas kembali menoleh ke arahnya.

"Apa?"

Ia tak langsung menjawab. Ia memilih untuk menunjukkan kotak merah tersebut ke depan wajah sang gadis. Membukanya perlahan menggunakan satu tangannya.

"Will you mar–"

"Ahh udah-udah drama nikah-nikahannya. Sei mau bobo..."

Belum selesai ucapan Yukimiya terucap, Nagi, pelaku dari perusak suasana yang tengah romantis itu tiba-tiba muncul dan langsung berbaring di atas paha empuk (Name). Jangan lupa satu tangan miliknya yang meraih kotak kecil berwarna merah tersebut dan melemparnya entah kemana.

(Name) terkejut, sedang Yukimiya tersenyum. Berusaha untuk tak emosi dengan perbuatan sahabatnya.

Keterkejutannya itu kini tergantikan dengan ketenangan sang gadis dikala dua netra indahnya menatap wajah tenang laki-laki bersurai salju yang tengah tertidur itu.

Tanpa perintah, tangannya langsung terulur untuk mengelus lembut surai saljunya yang dahulunya begitu kecil.

"Dasar maniak game..." ucapnya dengan pelan. Yukimiya yang di sebelahnya hanya bisa menatap iri kepada Nagi.

Karena tak mau kalah, Yukimiya pun langsung menyenderkan kepalanya di bahu mungilnya. Satu tangannya lalu melingkar pada pinggang ramping miliknya dan sedikit menggesernya agar lebih dekat dengannya.

"Elusin juga," titahnya dengan suara serak tepat pada telinganya.

Terkekeh pelan, (Name) lalu melakukan hal yang sama pada Yukimiya. Walau agak sedikit susah, tapi ia berusaha untuk melakukan sebaik mungkin.

𝐏𝐚𝐤𝐞𝐭 : 𝐁𝐥𝐮𝐞 𝐋𝐨𝐜𝐤 [ 𝐄𝐍𝐃 ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang