The real pendekatan?

661 81 1
                                    

Yaka tertidur nyenyak dikamar nya sebelum suara ibu nya memecahkan
ketenangan tidurnya. "Yaka!! Bangun! Dicari Satria!!!" Teriak sang bunda dari bawah.

Yaka terbangun namun ia malas melihat lelaki tinggi menjulang itu, jadi ia kembali tidur. Ia bisa mendengar suara langkah kaki sang ibu yg naik menuju ke kamarnya, jadi ia buru buru bangun agar tidak dipukul.

"Bangun kamu! Udah jam berapa ini!?" Bentak sang bunda sambil membuka pintu kamar Yaka dengan kencang. Yaka membereskan ranjangnya, ia memandang sang bunda dengan tatapan bingung. "Aku udah bangun?" Ujar Yaka, sang bunda menghela nafasnya lalu menggeleng.

"Cepet mandinya, udah ditunggu Satria dibawah. Katanya mau sarapan bareng." Yaka memutar bola matanya malas, namun ia tetap mengangguk.

Sang bunda keluar dari kamar Yaka, sedangkan Yaka mendudukan dirinya disisi ranjang. Kepala nya pusing setelah bangun dari tempat tidurnya, wajar, soalnya ia darah rendah.

Yaka mengamati kamarnya dengan lama, 'damn, jika udah nikah Yaka gabakal pernah lihat kamar ini lagi.' Yaka menggeleng kecil lalu bangun dari ranjangnya untuk pergi mandi.


.    .    .




Pada akhirnya Yaka tetap turun untuk sarapan bersama Satria, sebenarnya ia malas namun mau bagaimana lagi? Ia bisa melihat lelaki itu memandangi handphone nya dengan sangat serius.

"Hai. Bunda masak apa?" Tanya Yaka sebelum duduk didepan Satria. Satria hanya menatap Yaka sebentar lalu fokus kepada handphone nya lagi, Yaka hanya mendengus.

Ia melihat disekelilingnya, tidak ada tanda tanda sang bunda disini. Dan tidak ada makanan disini, apakah bunda nya sengaja tidak memasak hanya untuk menyuruh Yaka memasak? Sepertinya begitu.

"Lo mau makan apa?" Tanya Yaka, "apa aja, gue bukan picky eater." Yaka memandangi Satria dengan malas, setelah 3 hari pendekatan Satria selalu begini. Ia tidak suka didiami seperti ini.

Bukan nya ia berharap Satria langsung mencintainya, no. Minimal ia mengerti perasaan Yaka. Jika sudah seperti ini, ini bukan pendekatan. Dekat aja engga, kan Satria nya cuek mulu.

"Yaudah, lo masak aja sendiri." Ucap Yaka lalu bangun dari duduknya. Satria menatap Yaka yg pergi dari dapur, ia tidak tahu lelaki kucing itu akan pergi kemana. Ia juga tidak peduli.

"Apaan banget, gue juga bukan picky eater kali. Gue kasih batu sama kayu kira kira dia mau makan ga?" Gerutunya sedari tadi. Ia mengambil dompetnya dikamar lalu pergi keluar rumah untuk membeli bubur.

Tidak lama ia kembali kerumah membawa dua porsi bubur ayam. Ia masih memiliki hati, jadi ia membelikan satu untuk Satria. Saat ia hendak membuka pintu rumahnya Yaka tersentak karena Satria ada didepan pintu rumahnya. "Bangsat! Bikin kaget aja." Satria memutar bola matanya malas, "dari mana?"

"Beli bubur ayam. Udah gue beliin juga lo satu." Satria menjawabnya dengan anggukan, lalu mereka berdua kembali kedapur untuk memakan sarapan mereka.

Pada akhirnya Yaka lah yg mencuci piring, "itu tugas istri, tau kan?" Entah mengapa Yaka merasa kesal saat Satria berbicara seperti itu. "Lah elo nya? Jadi pajangan doang? Ogah kali, lo juga harus kerja." Cibir Yaka, Satria tertawa mendengar ucapan Yaka. Sungguh, mengerjai Yaka itu membuatnya senang.

Yaka selesai mencuci seluruh perabotan yg ia gunakan tadi. Karena masih libur, jadi ia berniat untuk kembali tidur di kamarnya.

"Kata bunda kita harus fitting baju hari ini, siap siap sana." Yaka menatap kesal kearah Satria, "iya." Jawabnya singkat.


.    .    .



Yaka dan Satria berhenti disebuah toko butik langganan ibu Satria, tampaknya seperti butik mewah. "Ayo keluar, nanti kita mampir ke mall." Yaka menatap Satria dengan berbinar, ia suka mall, ia suka berbelanja.

ɱαℓε ωเƒε. - SOOBJUN Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang