PE Class.

507 74 4
                                    

Yaka duduk disebelah lapangan, ia menatap teman - temannya yg sedang berlari memutari lapangan sebanyak 5 kali. Itu jumlah yg tidak terlalu banyak, namun mengingat Yaka memiliki penyakit sesak nafas maka guru olahraga tidak memperbolehkan Yaka untuk ikut lari.

Yaka mempout-kan bibirnya ia merasa bosan. Tak lama suara peluit terdengar, Yaka dan semua siswa-siswi yg berolahraga menatap sang guru olahraga.

"Baik. Sudah cukup untuk pemanasannya. Sekarang kembali lah berbaris." Ucap sang guru, seluruh siswa-siswi kelas Yaka langsung berbaris begitupula dengan Yaka.

"Okay, sudah semua?" Seluruh siswa-siswi disana menjawab sang guru. "Baik, hari ini kita akan bermain dodgeball atau bisa dibilang bola tembak lah. Karena jumlah siswa kelas kalian 36 maka kelompok kalian masing - masing adalah 18 orang, paham?"

"Paham pak!" Teriak seluruh murid kelas Yaka.

"Bapak akan pakai nomor urut kalian, jika nomor urut kalian ganjil silahkan kebagian Barat sedangkan yg genap silahkan kebagian Timur." Seluruh murid langsung mencari posisi mereka, bola masih dalam pegangan guru mereka.

Nomor urut Yaka ganjil sedangkan Satria genap, jadi mereka berbeda team. Sangat menyebalkan.

Lebih menyebalkan lagi ketika Yaka tahu bahwa Ren ternyata satu team dengan Satria, lelaki mungil itu bisa aja berlindung dibalik Satria yg tingginya tidak normal itu.

Namun bagusnya, Yaka satu team dengan Fira. Lelaki itu sangat hebat dalam bermain dodgeball, sebuah keberuntungan.

"Semangat Fira." Ucap Yaka sembari menepuk pundak Fira, lelaki itu menoleh lalu tersenyum tipis. "Lo juga." Mendengar jawaban Fira membuat Yaka tersenyum, ia mengangguk lalu mengambil posisinya kembali yaitu dibelakang Fira.

Fira menoleh lagi lalu mendekati Yaka, "kalo sesek napas lo kumat, bilang ya." Yaka terkekeh lalu mengangguk, Fira sangat perhatian kepadanya.

Tentu saja, dulu saat sekolah dasar lelaki itu menggendong Yaka dari sekolah sampai kerumah Yaka yg lumayan jauh, karena guru disana tidak mau mengurusi Yaka yg sedang sesak nafas. Sampai saat itu Fira menjadi sangat perhatian terhadap kondisi kesehatan Yaka, apalagi jika sesak nafas Yaka kumat.

Mungkin Fira lah yg akan benar - benar memperhatikan nya sampai rasa sesak Yaka menghilang.

Okay, enough.

Ren mengangkat tangannya untuk bertanya kepada sang guru, "bagaimana cara bermainnya pak? Ren tidak tahu..." Tanya Ren diakhiri dengan suara yg kecil.

"Kamu hanya perlu menghindari bola itu jika dilempar oleh lawanmu, Ren. Dan jika ada salah satu lawanmu yg terkena bola lalu out maka kau tidak boleh melewati garis ini." Jelas sang guru sembari menunjukkan garis yg berada dibelakangnya.

Ren tersenyum lalu mengangguk semangat, lelaki mungil itu terlihat sangat bersemangat, oh?

Berbeda dengan Yaka yg sedang memukul pundak sahabat semata wayangnya itu, Fira tertawa melihat wajah Yaka yg cemberut.

Tadi, Yaka melamun lalu Fira meniup wajah Yaka. Tentu saja lelaki rubah itu marah, soalnya sedikit air liur Fira mengenai wajah tampannya.

"Maaf Yaka~ ga sengaja gue, seriusan" ucap Fira sembari memberi peace kepada Yaka, lelaki rubah itu mendengus lalu meletakkan kepalanya dipundak sang lelaki tupai.

Fira hanya menatap sahabatnya yg sepertinya ngambek, namun kenapa malah menempel kepadanya? 'Dasar aneh.'

Sang guru mendekati Yaka dan Fira, "Yaka, jika sesak, kamu bisa langsung keluar dari area lapangan. Nanti bapak bawa kamu ke UKS, mengerti?" Pesan guru olahraga Yaka. Yaka tersenyum kikuk namun tetap mengangguk, sang guru olahraga tersenyum lalu meninggalkan Yaka dan Fira.

ɱαℓε ωเƒε. - SOOBJUN Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang