Paginya Renjun memasuki kelas, dia sempat bertatapan canggung dengan Jaemin, padahal Jaemin sudah menyapanya lewat senyuman manis, seperti pagi-pagi sebelumnya.
Setelah keciduk Jeno, keduanya berdiri berjauhan lalu mengucapkan salam perpisahan dan Renjun langsung masuk ke dalam rumahnya, begitu juga dengan Jaemin yang langsung tancap gas untuk pulang.
Meninggalkan Jeno yang sedang merokok, menggelengkan kepalanya.
Sekarang ada satu orang yang mengetahui hubungannya dengan Jaemin, semoga saja Jeno tidak bercerita kepada Siyeon.
Baru saja memikirkan Siyeon, perempuan itu masuk ke dalam kelas dengan kantung mata yang terlihat jelas.
"Pagi Ren" menyapa Renjun dengan senyum lebar, tapi mata lelahnya tidak bisa disamarkan, sepertinya Siyeon sangat bekerja keras semalam.
"Pagi juga Yeon, semalem gimana? Kuat ngerjainnya?" Tanya Renjun.
"Kuat dong! Nih" Siyeon duduk di bangku nya yang kebetulan ada di depan Renjun, dia mengeluarkan kertas dari dalam tasnya, dan menunjukan kepada Renjun.
Renjun membuka mulutnya lebar-lebar dan bergumam kata 'bagus banget'.
"Kok lebih bagus Yeon?" Tanya Renjun, dia memperhatikan baik-baik setiap inci cat yang ada di kertas tersebut.
Siyeon tersenyum senang.
"Semalem dibantuin mami" jawab Siyeon.
"Waduh jadi ngerepotin, bilangin makasih dan maaf ya ke mami lo" Renjun menggaruk tengkuknya yang tidak gatal.
Jaemin menghampiri mereka berdua yang sedang berbincang-bincang, dengan alasan ingin melihat kertas kelompoknya, padahal mau modus ke Renjun.
"Liat nih jaem! Bagus kan?" Tanya Siyeon, melebarkan kertas nya lalu diangguki oleh Jaemin, ia bahkan mengacungkan dua ibu jarinya.
"Fix dapet nilai A ini mah! Makasih banyak siyeon cantik" Renjun memberikan love sign kepada Siyeon.
Siyeon pura-pura pingsan karena salting, Renjun tertawa ketika melihatnya.
"Oh iya, gua sengaja bawa buah yang udah di potong buat lo" Renjun mengeluarkan kotak makan dari kolong mejanya, lalu memberikan itu kepada Siyeon.
Siyeon menatap Renjun dramatis.
"Ren..." Pura-pura menghapus air mata imajinasi, lalu mengambil kotak makan yang diberikan oleh Renjun.
"Makasih, hiks... kamu adalah sahabat sejati ku" Siyeon tersenyum senang karena menerima itu dari Renjun, kebetulan dia belum sarapan.
"Sama-sama, dimakan yaa" Renjun.
"Okay papa!" Siyeon.
Renjun tersenyum kecil, Jaemin mendorong pelan tubuh Renjun, lalu ia duduk di bangku yang sama dengan Renjun.
Renjun melototi Jaemin, dia tidak sadar apa jika tubuhnya seperti gapura kabupaten? Renjun hampir saja terjatuh jika tangan kiri Jaemin tidak memeluk pinggangnya. Yang di pelototi hanya tersenyum manis.
Jadi sekarang mereka berdua duduk di bangku yang sama, sangat dekat bahkan tidak ada jarak sedikitpun.
Pinggang Renjun di peluk oleh Jaemin, sesekali dengan lancang tangan besar itu meremasnya, membuat Renjun mencubit paha Jaemin.
Kapan lagi kan bisa seperti ini? Mumpung kelas masih sepi.
"Oh iya Ren!" Siyeon membalikan badannya ke belakang, dan melihat Jaemin duduk di bangku yang sama dengan Renjun, itu membuatnya kaget.
"Jaem! Kasian itu Renjun nya kejepit" Siyeon menunjuk Renjun.
"Gua peluk kok pinggangnya biar gak jatuh" jawab Jaemin.
Siyeon hanya memutar bola matanya malas.
"Kenapa Yeon?" Tanya Renjun.
"Tadi pagi pas mau berangkat, Jeno nanya ke gua. Katanya lu udah punya pacar atau belum?" Jelas Siyeon.
Renjun menggelengkan kepalanya dan melirik Jaemin sekilas, begitupun dengan Jaemin.
"B-belum" Renjun gugup.
"Nah makanya itu! Katanya pas main dirumah Lucas, dia ngeliat lu pelukan sama laki-laki" Siyeon memakan buah semangka yang sudah Renjun potong menjadi kotak-kotak kecil.
Wajah Renjun refleks memerah sampai ke telinga, begitupun dengan Jaemin.
Sialan, baru saja Renjun berharap agar Jeno tidak cepu ke Siyeon.
"Kemarin kan lu pulangnya sama Jaemin ya, apa jangan-jangan kalian bedua yang dia maksud?" Tanya Siyeon dengan pandangan penuh selidik.
"H-hah apaan sih" Renjun berusaha melepaskan pelukan tangan kiri Jaemin di pinggangnya.
"Gua bukannya nuduh ya, tapi kalau semisalkan beneran memangnya kenapa? Kalian cocok kok, serasi" Siyeon mengacungkan jempol tangan kirinya ke arah Renjun dan Jaemin.
Renjun salah tingkah.
Dia mau saja bilang ke Siyeon, bahwa yang dilihat Jeno kemarin adalah dirinya dan Jaemin. Tapi bagaimana jika Jaemin tidak menyukai itu?
"Gua kemarin langsung pulang ke rumah, nggak mampir dulu" Jaemin yang menjawab.
Siyeon mengangguk paham.
"Terus siapa tuh Ren? Kasih tau dong, hehe" Siyeon menatap Renjun dengan tatapan menyebalkan.
Renjun yang mendengar jawaban Jaemin menjadi malas, wajah merahnya sudah tergantikan oleh ekspresi datar.
"Bukan siapa-siapa, semalem gua pelukan sama setan" ucapan Renjun membuat hati Jaemin tertohok.
Jaemin meremas pelan pinggang Renjun.
"Apa sih jaem!" Renjun berusaha melepaskan tangan kiri Jaemin di pinggangnya.
"Kenapa sih? Kok kesel?" Tanya Jaemin.
"Ya elo yang kenapa? Remes-remes pinggang gua kayak orang cabul" ucapan Renjun membuat wajah Jaemin memerah.
"Waduh Jaemin, diem-diem menghanyutkan" ucapan Siyeon membuat wajah Jaemin semakin memerah seperti ceri.
Jaemin kemudian mengelus pinggang Renjun dengan lembut, agar kekasihnya itu diam dan tidak menggeliat seperti cacing.
Renjun masih kesal, dia tidak leluasa jika menjalin hubungan dalam diam.
Menolehkan kepalanya ke arah jendela, Renjun memandang lapangan dibawah sana dengan pandangan sebal, dia membiarkan Jaemin mengelus pinggangnya, karena mau berusaha sekuat apapun tenaga Jaemin jauh lebih besar darinya.
Siyeon memperhatikan keduanya sambil memakan buah yang diberikan oleh Renjun, keduanya terlihat seperti pasangan kekasih yang sedang marahan.
Renjun yang kesal, dan Jaemin yang berusaha membujuknya. Semuanya masuk akal di mata Siyeon, cuman dia ingin mendengarnya secara langsung dari Renjun ataupun Jaemin.
KAMU SEDANG MEMBACA
BACKSTREET
Fanfictionkeluh kesah sepasang kekasih yang menjalin hubungan secara diam-diam.