15.

4.4K 457 43
                                    

10 menit sesudah bel pulang, Renjun baru keluar dari ruang UKS, beriringan dengan Daehwi tapi dia berbelok ke arah kelasnya dilantai dua, jadi Renjun berjalan sendirian di lorong menuju kelas.

Saat sampai di depan pintu kelas, kelas sudah hampir kosong, hanya menyisakan Siyeon, Woojin dan anak laki-laki lainnya yang sepertinya sedang bermain game.

Siyeon tersenyum melihat Renjun berdiri di depan pintu, ia melambaikan tangannya dan berdiri.

"Ren!" Panggilnya, Renjun yang dipanggil mendekatkan diri ke meja Siyeon, yang ada di depan mejanya.

"Barang-barang lu udah gua kemasin, ini tasnya gua jagain sambil nunggu jemputan" Siyeon menepuk tas berwarna kuning milik Renjun di atas mejanya.

Renjun tersenyum.

"Makasih ya" Renjun kemudian memakai tasnya.

Kepalanya celingak-celinguk mencari keberadaan Jaemin, bangkunya sudah kosong, apa kekasihnya tidak mencari Renjun? Atau malah Jaemin sudah pulang?

"Nyari Jaemin ya?" Tanya Siyeon.

Alis Renjun terangkat kaget, dia tersenyum kecil sebagai jawaban.

"E-eum tadi dia udah pulang, nganterin Ahran" Siyeon menjawab rasa penasaran Renjun dengan ragu, dia menggaruk pipinya saat melihat ekspresi murung Renjun.

"Lu nggak apa-apa, Ren?" Tanya Siyeon saat Renjun menundukan kepalanya, tangan kanan nya mengusap pelan bahu Renjun yang tampak lemas dan tidak bersemangat.

Renjun masih menunduk, menggelengkan kepalanya. Ia tidak baik-baik saja.

"Mau pulang bareng gua aja?" Tanya Siyeon.

Renjun mendongakan kepalanya dan menggeleng lagi.

"Enggak usah, thanks ya udah kemasi barang-barang gua, pulangnya hati-hati" Renjun memaksakan senyumnya, lalu keluar dari kelas mendahului Siyeon.

Siyeon menatap punggung kecil Renjun dengan pandangan sendu, dia kasihan melihat Renjun. Ekspresi yang Renjun tunjukkan membuat Siyeon yakin bahwa Renjun dan Jaemin menjalin hubungan yang serius, tapi disembunyikan.

Renjun berdiri di depan halte bus dengan perasaan yang kesal, sedih, marah, dan kecewa menjadi satu saat melihat pesan yang dikirimkan Jaemin.

jaeminnn
Sayang, maaf yaa hari ini aku nganterin Ahran pulang, kakinya lagi sakit gak bisa jalan karena memar.

Aku harap kamu ngertiin aku.

Kenapa Jaemin ingin dimengerti saat dirinya tidak mengerti apa yang Renjun inginkan?

"Bangsat, bangsat, bangsat, lelaki anjing" kesal Renjun, berusaha menahan dirinya untuk tidak menendang tong sampah yang ada di sampingnya dengan brutal, tapi ia memilih mengumpat.

"Hah..." Renjun menghela nafas, lalu mendongakan kepalanya menatap atap halte bus dengan pandangan kosong.

Jika ini yang Jaemin inginkan, maka Renjun akan melakukan hal yang sama.

Ia tidak akan peduli lagi untuk menjaga perasaan sang kekasih, jika Jaemin bisa seenaknya kepada Renjun, maka Renjun juga akan melakukan hal yang sama, mulai saat ini.

Sudah cukup melakukan hal yang sia-sia.

Mungkin kemarin Renjun masih sabar, tapi tak bisa ditutupi sifat Renjun yang pendendam memberontak ingin membalas perbuatan Jaemin yang membuatnya frustasi.

"Putus gak mau, dilanjut malah makin hancur" gumam Renjun, menyibak rambutnya ke belakang, sedikit basah karena keringat.

"Putusnya kurang tegas" Renjun hampir melompat saat bisikan itu menggelitik telinganya.

Ia membalikan badan, dan melihat ada Mark Lee kakak kelasnya. Pria yang lahir di Kanada itu sedang tersenyum dengan manis menatap Renjun.

Renjun mengangkat sebelah alisnya, menatap Mark dengan pandangan bingung dan bertanya-tanya.

"Sorry ya, gua gak sengaja dengar pembicaraan lu sama Jaemin di rooftop tadi" Mark.

Renjun membulatkan matanya kaget.

Mark mendengar? Semuanya?

"Iya semuanya, dari kalian mesra sampai adu mulut" Mark tersenyum kecil mengingat kejadian yang tidak sengaja ia lihat saat jam makan siang.

"Gak sopan!" Renjun menatap Mark dengan tatapan tajam.

Sedari awal ia memang sedikit tidak suka pada Mark, karena lelaki ini sangat misterius dan terlalu ikut campur.

"Gak sopan? Hei, itu tempat umum. Wajar dong kalau ada yang dengar?" Mark berusaha membela dirinya sendiri.

Benar juga, Renjun berdecih lalu menolehkan kepalanya ke arah lain.

"Tapi kalau boleh kasih saran sih mendingan putus aja, hubungan kalian hampir masuk ke toxic relationship" Mark.

Renjun lagi-lagi menatap Mark dengan tajam.

"Gak usah ikut campur, dan awas aja kalau lo sebar cerita yang aneh-aneh!" Renjun menunjuk Mark tepat di depan wajahnya, membuat lelaki bermarga Lee itu terkekeh.

"Well, let's see" jawaban Mark seolah memprovokasi Renjun.

"Jangan macem-macem, Mark Lee." Tekan Renjun, masih menunjuk wajah Mark.

Mark tertawa melihat wajah serius Renjun, ia merasa itu sangat menggemaskan ketika matanya yang sipit menatapnya dengan tajam, apalagi jari telunjuk Renjun yang ada di depan wajahnya sekarang, ingin Mark gigit.

Tin

Renjun menarik tangannya saat melihat sebuah mobil berwarna putih berhenti di depan halte, itu mobil mamanya.

Tanpa berpamitan Renjun berbalik badan lalu membuka pintu mobil milik mamanya dengan sedikit kasar, dan setelah masuk Renjun menutup pintunya dengan kencang.

Jendela mobil tadi terbuka sedikit, menampilkan jari tengah Renjun yang mengarah ke arah Mark.

Mark lagi-lagi terbahak, itu sangat lucu.

"SEE YOU TOMORROW, LITTLE FOX!" Teriak Mark saat mobil yang Renjun naiki berjalan menjauhi halte bus.

Dia menghentikan tawanya, lalu menggelengkan kepalanya.

"Cute" gumam Mark.

5 menit setelah kepergian Renjun, ada motor besar yang berhenti di depan Mark.

grep

Dengan gesit Mark menangkap helm yang dilempar oleh pemiliknya, itu Jeno.

"Buruan naik! Si Lucas udah nelfon terus" seru Jeno, menyuruh Mark untuk segera naik ke atas motor miliknya.

Mark memakai helmnya, lalu duduk di belakang Jeno, dan memegang bahu Jeno sedikit merematnya.

"JALANNN" Teriak Mark.

Jeno memerah malu karena teriakan Mark, sudah gila lah sepupunya itu?

"Bule stress" gumam Jeno, lalu melajukan motornya dengan kecepatan penuh.

BACKSTREETTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang