13.

4.1K 383 8
                                    

Setelah pertengkarannya dengan Jaemin di rooftop saat jam istirahat kedua, Renjun mendiamkan sang kekasih, pura-pura tidak melihat dan tidak mendengar ketika namanya di panggil oleh Jaemin.

Bahkan pesan yang Jaemin kirimkan tidak Renjun baca, membuat Jaemin berdecak sebal.

Jaemin dibangkunya, memperhatikan punggung Renjun yang sedikit membungkuk karena sang empunya sedang menumpukan kepalanya di atas meja.

Matanya tidak pernah lepas dari Renjun.

Renjun sendiri memejamkan matanya dengan erat, mencoba meredakan rasa kesal yang masih berkobar didalam hatinya.

Setelah rasa kesalnya dapat dikendalikan, niat Renjun awalnya ingin tidur sebentar karena bel masuk masih lama, tapi suara rusuh dari luar membuat matanya menyipit kesal.

"Aduhhh! Sakit banget huhuhu" terlihat Ahran memasuki kelas sambil di bantu jalannya oleh kedua teman sekelasnya.

Murid yang sedang makan bekal dikelas memperhatikan mereka bertiga, sepertinya kaki Ahran kesakitan karena terjatuh, terlihat dari lututnya yang memar.

"Air air!" Rusuhnya saat sudah di dudukan dibangkunya sendiri, dengan sedikit mendorong orang yang sudah membantunya.

Kedua orang yang membantu Ahran itu Gaeul dan Eunbin mereka memang teman dekat Ahran di kelas, ah atau Ahran duluan yang mendekatkan diri ke mereka berdua, lalu kedepannya seperti memperbudak Gaeul dan Eunbin.

Ahran meminum air yang diberikan oleh Gaeul dengan rakus, kemudian dia mengusap mulutnya dengan sedikit kasar.

"Kipasin aku dong! Aduh aku gak kuat buat berdiri, huhu gimana dong pulangnya nanti?" Tanya Ahran entah pada siapa, semua orang yang ada dikelas memutar matanya jengah.

"Kipas aja sendiri" dengan kasar Eunbin melempar buku catatan tipis diatas meja Ahran.

"Eunbin! Kamu kok tega sih sama aku? Temannya lagi sakit bukannya dibantu malah dibuat susah, huh!" Bibir ahran sedikit maju membuat Eunbin berdecak sebal.

"Yang sakit itu kaki elo, bukan tangannya!" Kesal Eunbin, cukup sudah ia dibodohi oleh Ahran selama ini.

Eunbin dulunya hanya berteman dengan Gaeul, mereka benar-benar klop seperti perangko. Tapi Ahran mengajak Gaeul berteman, dan Gaeul mulai melupakannya. Lalu tiada angin atau hujan Ahran mengajaknya juga untuk berteman, setelah temenan Eunbin jadi tahu bahwa ia dan Gaeul dibodohi oleh Ahran. 

Mereka berdua dibuat seperti kacung.
Itu yang membuat Eunbin kesal.

"Hiks— aku padahal cuman minta bantuan" Ahran menundukan kepalanya, mengusap air mata imajinasi yang tidak dilihat oleh siapapun.

Jika dilihat dari jauh, Eunbin terlihat seperti peran antagonis yang dibenci semua orang, dan Ahran seperti mahluk halus yang hatinya rapuh dan harus dijaga.

Padahal aslinya tidak seperti itu.

Renjun awalnya tidak memperdulikan drama ketiga orang itu, tapi ketika Ahran berjalan mendekat ke arah Jaemin, lalu menggelayuti lengan kanan kekasihnya, membuat rasa kesal yang sudah padam kembali naik ke permukaan.

"Jaem... Aku habis jatuh, sakit" pipi Ahran dengan sengaja nya mendusal di bahu lebar kesayangan Renjun, sialan.

Renjun mengepalkan tangannya sebal, matanya menatap sinis Jaemin yang saat ini terlihat gugup.

Jaemin menelan ludah dengan susah payah saat melihat tatapan mematikan dari Renjun, dia berusaha menarik tangannya yang digelayuti oleh Ahran, tapi susah sekali. Perempuan ini makan apa sih?

"O-oh ya? Jatuh dimana?" Tanya Jaemin, matanya masih melihat ke arah Renjun.

"Di kantin! Tali sepatu aku lupa di ikat, terus aku jatuh deh, huhh sakit banget" Ahran semakin mendekat kan dirinya ke Jaemin.

Jaemin bisa merasakakan dada berisi perempuan itu menempel di bisepnya, sial. Ia takut Renjun tidak memaafkannya.

"Cie cie Jaemin sama Ahran" Teriak Woojin ketika memasuki kelas lewat pintu belakang, membuat semua mata tertuju pada keduanya, termasuk Renjun.

Ahran yang diteriaki seperti itu menyembunyikan wajahnya di lengan Jaemin, dengan reaksi sok malu nya itu dia tersenyum.

"A-apaan sih!" Ahran menunduk malu.

"Jaemin kok mau sih sama Ahran? Dia kan terlalu rapuh kayak ranting pohon toge" Ucapan Woojin membuat murid di kelas menahan tawanya.

"Toge mana ada rantingnya, tolol" Seungmin yang sedari tadi diam, melemparkan kotak pensilnya tepat di wajah Woojin.

"Terserah gua lah, gengsi amat lu jadi orang" Woojin melempar balik kotak pensil milik Seungmin, dan tepat mengenai kepalanya.

"Woojin jangan kayak gitu! Aku malu tau" Ahran ini tidak sadar atau bagaimana? Jelas-jelas ucapan Woojin seperti sarkas.

Woojin yang tadinya teralihkan karena Seungmin, kini balik melihat Ahran.

"Malu mah kerjaannya kuli, ran" Woojin tertawa karena ucapannya sendiri, dia bahkan memegang perutnya yang sedikit buncit karena habis diberi makan.

"H-hah, apaan sih!" Tanya Ahran.

Woojin menghentikan tawanya, lalu menatap Ahran datar.

"Bolot lu" sebal Woojin, memilih berjalan ke arah bangkunya sendiri.

Renjun masih menatap Jaemin dan Ahran, dia berharap Jaemin melepaskan secara paksa si Ahran itu darinya, karena jika tidak hatinya akan terbakar.

Tapi Jaemin hanya diam, wajahnya memang terlihat risih, tapi jika tidak ada tolakan Ahran akan seenaknya.

Renjun bahkan sudah mengkode Jaemin lewat tatapan matanya, tapi hanya dibalas dengan wajah bingung.

Mendengus sebal, ia memilih bangkit dari duduknya, sedikit berisik karena Renjun memundurkan bangkunya dengan kencang.

DRRTT

Renjun berjalan keluar kelas dengan kaki yang sedikit di hentakan, Jaemin yang melihat itu memejamkan matanya, kemudian ia memijat pelipisnya pusing.

"Loh, Jaemin kamu kenapa? Aku pijitin ya" tangan kanan Ahran dengan lancang memijat dahi Jaemin.

BACKSTREETTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang