Renjun bangun pagi seperti biasa, ia akan berusaha menjalani hari ini dengan baik. Bagaimanapun juga Renjun harus tetap sekolah walau hatinya sedang sedih.
Ia tidak bisa lepas dari tanggungjawab nya begitu saja.
Renjun mencabut handphone nya yang sudah terisi penuh, lalu keluar dari kamar dan turun ke lantai bawah karena sudah di tunggu oleh papanya untuk berangkat bersama.
Omong-omong mama dan papa Renjun sudah pulang kemarin malam, eh dini hari maksudnya.
Setelah mengucapkan perpisahan pada sang mama, Renjun langsung masuk ke dalam mobil milik papa nya, dia mengambil nafas dalam-dalam untuk mempersiapkan dirinya kemudian mengangguk.
"Berangkat ya?" Tanya papa Renjun.
"Iyaa" Renjun mengangguk setuju,
Sang papa hanya tertawa gemas melihat tingkah lucu dari anaknya.Tidak ada pembicaraan selama di perjalanan, mobil hanya diisi oleh suara lagu dari radio, sesekali Renjun bersenandung mengikuti alunan musik.
Renjun memilih untuk tidak bermain handphone, karena demi tuhan itu sangat memusingkan jika sedang naik mobil.
Sekitar lima belas menit mobil yang Renjun naiki berhenti di depan gerbang sekolah nya, Renjun tersenyum kecil lalu mengecup pipi papa nya.
"Makasih ya, aku masuk dulu" Renjun membuka sabuk pengaman lalu mengambil tasnya yang di simpan di kursi belakang.
"Sama-sama sayang, belajar yang pintar ya" papa nya mengusak gemas rambut Renjun sambil tersenyum.
"Iya, papa hati-hati di jalan" setelah perpisahan singkat Renjun membuka pintu mobil dan turun dari mobil.
Ia melambaikan tangannya saat melihat mobil sang papa berjalan menjauhi area sekolah.
Setelah mobil milik papa nya sudah tidak terlihat, Renjun membalikan badannya dan segera berjalan memasuki area sekolah.
Sangat malas untuk sekedar berbasa-basi, tapi kenapa semua mata tertuju kepadanya?
Renjun tersenyum canggung saat beberapa murid tersenyum ramah kepadanya, bahkan ada yang berbisik terang-terangan di depan dirinya.
Hei ini masih pagi, ada apa?
Ia memilih untuk tidak menghiraukan, mempercepat langkahnya menuju kelas agar bisa duduk, walau sepanjang jalan menuju kelas Renjun merasa tidak nyaman.
Sesampainya di kelas, Renjun langsung duduk di bangkunya dan mengeluarkan handphone dari saku celana nya, ia memperhatikan sekelilingnya yang ramai dan lagi-lagi melihat kearah Renjun.
Sial, ada apa sebenarnya. Dalam hati Renjun terus menggerutu karena semua orang pagi ini sangat aneh.
"Ren!" Panggilan dari Siyeon membuat Renjun menghentikan jari nya untuk mengetikan kata sandi handphone.
Renjun mengangkat kepalanya dan melihat Siyeon yang sedang berjalan dengan tergesa-gesa ke arahnya, apalagi kali ini?
"Ren, lu harus liat twitter nya Jaemin" Siyeon menunjukan handphone nya sendiri.
Renjun menyerngit kan dahi nya, sedetik kemudian matanya melotot karena postingan yang ada di akun milik Jaemin.
Hampir saja ia tersedak air liurnya sendiri.
Bagaimana tidak? Jaemin memposting foto mereka berdua dengan caption yang membuat Renjun kesal bukan main, apa-apaan sih mantan nya itu?
Kemarin kan Renjun sudah memutuskan Jaemin, tapi mengapa lelaki itu malah memposting sesuatu yang membuat perasaan Renjun campur aduk?
Selama dua menit Renjun hanya diam sampai bahunya di tepuk oleh Siyeon, Renjun bingung harus memberikan reaksi seperti apa, haruskah ia senang?
Tidak.
Renjun tidak boleh seperti itu, ia semalaman sudah berjanji untuk tidak luluh dan kembali jatuh kepada Jaemin.
Renjun harus kuat iman.
"Beneran, Ren?" Tanya Siyeon dengan
"Enggak!" Jawab Renjun cepat, ia berusaha untuk menghilangkan perasaan senang di hatinya, sudah cukup Renjun menangisi hubungannya yang kandas bersama Jaemin malam tadi, dia tidak boleh jatuh ke dalam lubang yang sama.
Siyeon mau membuka mulutnya kembali untuk memberikan pertanyaan yang sudah ia susun sedari awal melihat postingan Jaemin, karena demi tuhan ia sangat-amat penasaran dengan jawaban dari Renjun.
Tapi, tiba-tiba Ahran datang dan mendorong pelan bahu nya Renjun.
"Eh apaan sih lu!" Siyeon membalikan badannya dan menatap Ahran dengan pandangan geram, ia berdecak kesal karena pembicaraannya di potong oleh perempuan itu.
"Aku nggak nyangka kamu orangnya kayak gitu Ren, bisa-bisanya kamu rebut crush aku!" Ucapan Ahran membuat Renjun membulatkan matanya.
Rebut apa sih, sialan?
"Kamu udah tau aku suka sama Jaemin, tapi kenapa kamu rebut dia? Bukannya kita temenan ya Ren? Tega banget ya kamu rebut crush temennya sendiri" Ahran menundukan kepalanya.
"Semua orang tau kalau aku deket sama Jaemin, aku cuman nggak nyangka aja Ren. Kamu yang keliatannya polos, ternyata busuk ya?" Suara Ahran terdengar bergetar, kemudian ia terisak.
Tuhan, tolong. Ini masih pagi, tujuan Renjun hanya sekolah, belajar, istirahat, lalu pulang. Tapi kenapa ia malah di hadapkan dengan drama pagi hari setiap harinya.
Kepala Renjun tiba-tiba sakit, ia memegangi kepalanya, membuat Siyeon menatapnya iba.
Perempuan itu kemudian melangkahkan satu kakinya ke hadapan Ahran, lalu berkata
"Apaan sih! Buta ya mata lu? Liat coba caption postingan nya Jaemin, 'hari jadi pertama kita', itu artinya Renjun sama Jaemin udah jadian dari lama!" Siyeon sedikit mendorong bahu Ahran menggunakan telunjuknya.
"Harusnya Renjun yang nggak nyangka sama kelakuan lu, gatel ke cowok orang, mau jadi pelakor lu?" Tanya Siyeon.
Ahran mendongakkan kepalanya, menatap Siyeon yang lebih tinggi darinya, matanya sudah merah, sepertinya perempuan itu beneran menangis.
"Udahlah Yeon" Renjun menarik lengan Siyeon agar mundur.
"Gua sama Jaemin emang pernah pacaran, tapi kemarin udah putus kok. Jadi terserah lo mau ambil Jaemin, atau deket-deket sama dia lagi" Renjun menepuk pundak Ahran.
Semua orang yang sedang mengelilingi mereka terkejut.
Kerumunan itu terjadi saat Ahran menghampiri Renjun.
"Makasih ya udah buat hubungan orang lain rusak" kalimat selanjutnya yang keluar dari mulut Renjun benar-benar membuat orang lain terkejut.
Ahran mengepalkan tangannya, bisikan buruk dari teman-teman sekolahnya kepada dirinya membuat ia marah kepada Renjun.
KAMU SEDANG MEMBACA
BACKSTREET
Fanfictionkeluh kesah sepasang kekasih yang menjalin hubungan secara diam-diam.