30.

2.6K 254 18
                                    

"Jadi gimana?" Tanya Renjun, dia kesal sekali karena sejak datang ke taman Jeno malah memberi makan burung merpati.

Sebenarnya Renjun tidak jauh berbeda sih, dia sudah memakan dua cone eskrim.

"Habisin dulu eskrimnya" jawab Jeno, dia masih asik menabur biji jagung tepat di depan mereka duduk.

"Gua udah abis dua cone Jeno, kalau ini juga habis berarti jadi tiga!" Sebal Renjun.

"Terus mau di apain Renjun? Lu mau buang gitu aja eskrim yang masih banyak?" Tanya Jeno, ia mengikuti nada bicara Renjun.

"Enggak" gumam Renjun, kemudian ia menjilati eskrim nya lagi.

Hening, mereka berdua fokus pada kegiatan masing-masing, Renjun memakan eskrim sambil memperhatikan sekitar, dan Jeno memberi makan burung sambil bengong.

"Lu pasti bakalan kaget" Jeno.

"Apa?" Tanya Renjun penasaran.

"Gua sendiri juga kaget" lanjutan Jeno membuat Renjun naik pitam.

Tidak ada yang peduli bagaimana reaksinya, yang sekarang renjun butuhkan adalah mulut Jeno terbuka lebar, menjelaskan apa maksud dan tujuan dia memberi pesan kepada Renjun.

"Ya apaan Jeno!" Renjun memukul kepala belakang Jeno sedikit kasar, kemudian ia mendengus.

Jeno tertawa dibuatnya.

"Mark suka sama Ahran" ucapan Jeno membuat mata bulat Renjun semakin membulat.

"Hah?" Tanya Renjun memastikan.

"Kaget kan?" Tanya Jeno sambil terkekeh geli.

"Ya iya lah!" Renjun memukul bisep Jeno sedikit kencang, pemuda itu meringis pelan karena pukulan Renjun sakit sekali.

"Kok bisa sih?" Tanya Renjun lagi.

"Enggak tau, tapi yang jelas pertemuan kita hari ini sengaja disuruh Mark biar Jaemin marah" Jeno.

"Terus kalau udah marah, mau ngapain lagi?" Tanya Renjun.

"Otomatis Jaemin bakalan fokus ke elu lah, dia nggak bakalan ngeladenin si Ahran lagi" Jeno.

Renjun menyerngit, ini benar-benar aneh!

Bagaimana bisa seorang Mark Lee menyukai perempuan haus akan perhatian dari orang-orang, kejam, berisik, dan tukang mengusik hidup orang lain?

Pertanyaan nya hanya satu:

Pelet apa yang di pakai oleh Ahran?

"Ini gak masuk akal, Mark itu lumayan loh ya walaupun nyebelin, tapi gua masih gak habis pikir apa yang disukai dari seorang Ahran?" Tanya Renjun sambil menatap Jeno tidak percaya.

"Justru itu ren, setelah diceritain Siyeon tentang kelakuan minus nya Ahran, gua jadi bertekad buat bawa Mark ke ustadz biar di ruqyah" Jeno berdecak sebal.

"Gak gitu juga lah, emangnya si Ahran setan apa?" Renjun.

"Lu pikir aja sendiri" Jeno.

Renjun salah menilai Jeno, lelaki ini lebih random dan aneh dari yang ia pikirkan. Awalnya ia mengira Jeno adalah lelaki yang dingin dan misterius, tapi ketika berhadapan langsung dengan lelaki ini ternyata...

"Oh iya, terlepas dari suruhan Mark atau bukan, gua tetap tertarik sih sama lu" kini Jeno menatap Renjun serius.

Renjun yang sedang memakan eskrim yang sisa sedikit itu mengerutkan dahinya bingung, tiba-tiba sekali? Perasaan sedetik yang lalu masih biasa saja.

"Tertarik karena apa? Nggak ada yang bisa di banggain dari gua" Renjun menunduk lesu.

Setelah putus dari Jaemin, mungkin dia tidak akan menjalin hubungan dengan siapa-siapa lagi, lagian siapa yang mau dengannya? Walaupun Renjun merasa dirinya baik, tapi cuman Jaemin yang bisa membuatnya nyaman.

Gitu-gitu juga Renjun sayang banget sama Jaemin.

Dia bahkan ragu bisa move on dari Jaemin.

Jeno mengangkat bahu nya acuh.

"Nggak tau, mungkin cinta pada pandangan pertama? Lu juga menarik perhatian gua, terserah sih kalau lu mau percaya atau enggak, tapi yang jelas tolong terima perasaan gua ini ya?" Jeno memandang Renjun dengan penuh harap.

"Kalau cuman tertarik lebih baik nggak usah Jen, suatu saat nanti lo bakalan bosen dan nemuin seseorang yang lebih menarik" Renjun tersenyum kecil.

"Kita juga baru banget kenal, makasih udah tertarik sama gua, tapi gua gak mau berharap sama orang lain" Renjun.

"Lu masih sayang sama Jaemin ya?" Tanya Jeno.

Renjun diam sebentar, dia menghela nafas panjang sebelum menjawab pertanyaan Jeno dari hati yang paling terdalam.

"Iya, gua gak bisa bohong kalau gua masih sayang sama dia. Jaemin itu baik, bisa di bilang dia itu tipe gua banget. Tapi setelah kejadian kemarin-kemarin gua udah terlanjur capek, persetan sama tipe ideal, gua gak mau terus-terusan sakit hati" Renjun menunduk lesu, dia membuang cone eskrim ke tempat sampah di samping bangku taman tersebut.

"Tapi gua sayang banget sama dia, gua berharap kita balikan" ucap Renjun dengan mata yang berkaca-kaca, mungkin jika ia berkedip sekarang air matanya akan luruh.

Dengan perasaan kasihan Jeno mendekat kepada Renjun, lalu menarik bahu lelaki yang lebih kecil agar bisa ia rengkuh.

"Sorry..." Jeno berucap pelan sekali.

Renjun tidak menolak saat Jeno merengkuhnya, ia sedang butuh sandaran.

"Nggak apa-apa" jawab Renjun.

Disisi lain, Jaemin melihat semuanya.

Ia melihat dari awal, saat mereka berdua duduk di bangku taman, saat mereka tertawa, dan yang terakhir saat Jeno merengkuh Renjun.

Dia mengepalkan tangannya sampai urat-urat itu menonjol.

"Fine, kalau gini caranya aku juga bisa ren" Jaemin berbalik badan, kemudian berjalan dengan perasaan emosi ke ke arah parkiran.

Ia merasakan hatinya sakit ketika melihat Renjun pasrah saja di peluk oleh Jeno, harusnya Renjun menolak.

Harusnya Renjun mengerti perasaan Jaemin.

Jaemin dan otaknya berpikir segala cara untuk membuat Renjun balik lagi kepadanya bagaimanapun caranya.

Jaemin memang melihat semuanya, tapi sayang sekali karena dia tidak mendengarkan apa yang Renjun ucapkan.

BACKSTREETTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang