32.

3.5K 287 10
                                    

Renjun meremat pinggiran wastafel dengan erat, dia menatap pantulan dirinya sendiri di kaca toilet, alisnya menukik kesal.

Otaknya sibuk berpikir apa yang di rencanakan oleh Jaemin, kenapa ia tiba-tiba bersikap seperti itu?

Tidak munafik bahwa Renjun masih mengharapkan Jaemin kembali, walaupun hatinya sudah di sakiti tapi Renjun tetap berharap mereka berhubungan seperti dulu lagi.

Tapi mengapa kenyataan nya malah seperti ini.

Sudah lima menit ia di toilet, sampai seseorang masuk ke dalam toilet dan berdeham.

"Ekhem" dehaman Jaemin membuat Renjun menolehkan kepalanya.

Otak yang tadinya sudah tenang kini kembali memanas ketika melihat wajah sang mantan kekasih yang terlihat baik-baik saja.

Mulut Renjun berusaha tertutup serapat mungkin agar tidak keluar pertanyaan bodoh dari mulutnya.

Tapi hati berkata lain.

"Kamu pacaran sama dia?" Tanya Renjun, entah setan apa lagi yang merasukinya sampai panggilan lo-gua berubah menjadi aku-kamu lagi.

Jaemin yang sedang mencuci tangannya melirik sekilas ke arah Renjun, lalu menaikan sebelah alisnya.

"Lu nanya ke gua?" Tanya Jaemin.

Deg

Mata Renjun menatap Jaemin tidak percaya, kemarin Jaemin bilang ke Renjun bahwa ia terlalu cepat melupakannya.

Tapi ini malah sebaliknya.

"Iya" jawab Renjun tanpa ragu.

Anggukan kepala Jaemin membuat Renjun tidak bisa menahan tawa pilu nya.

Jaemin mengelap tangannya menggunakan tissue, lalu berjalan mendekat ke arah Renjun yang masih berdiri kaku.

"Seriously jaem, kamu bercanda kan?" Tanya Renjun, ingin memastikan sekali lagi.

Dengan tengilnya Jaemin mendekatkan wajahnya ke depan wajah Renjun, kemudian tersenyum miring.

"Enggak tuh" Jaemin.

Demi tuhan, Renjun terisak.

"Hiks, jahat!" Renjun.

Dahi Jaemin menyerngit bingung, ia heran kenapa Renjun menangis.

Bukan kah kemarin Renjun menolaknya mentah-mentah dan memilih berkencan bersama Jeno?

Berpelukan di taman yang ramai.

Bercanda dan tertawa ria.

"Kenapa nangis? Kita udah gak ada hubungan apa-apa Renjun, lu sendiri yang mutusin kemarin kan? Jangan bikin gua merasa jadi orang jahat disini" Jaemin.

Bukannya menjawab, Renjun malah semakin menangis dan air matanya keluar lebih banyak.

"Emang salah aku yang terlalu berharap"

Setelah mengatakan itu Renjun meninggalkan Jaemin sendiri yang masih berdiri dengan wajah datarnya.

Jujur saja dalam hati Jaemin ribut dengan pikirannya sendiri, ia bingung dan pusing dengan semua situasi ini.

Mengapa Renjun menangis.

"Pfft— ahahaha" Mark keluar dari dalam bilik toilet, kemudian berjalan ke wastafel di samping Jaemin, ia menggelengkan kepalanya.

"Banyak banget dah dramanya" sindir Mark.

"Maksud lu apa?" Tanya Jaemin tidak terima.

"Mantan lu tuh pengen balikan, tapi gengsi nya segede gunung, heran dah gua sama orang yang jalin hubungan tapi kurang komunikasi" Mark.

Jaemin semakin bingung.

"Oh iya, jangan jadiin Ahran sebagai alat ya bangsat, jangan manfaatin perasaan tulusnya buat rencana sampah lu itu" setelah mengatakan itu Mark langsung berjalan.

Tidak lupa menabrak bahu lebar milik Jaemin sebelum keluar dari toilet.

"Apaan sih bangsat" Jaemin menendang tempat sampah yang ada di samping wastafel, lalu berkaca dan melihat dirinya sendiri.

Semua orang hari ini kenapa? Batinnya.

BACKSTREETTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang