Renjun mendengus sebal, kakak kelasnya itu benar-benar tidak sopan, membagikan nomor telepon nya tanpa persetujuan, lihat saja nanti nomor Mark akan Renjun cantumkan di pinjaman online.
Tapi Renjun menatap lama roomchat nya dengan orang yang bernama Lee Jeno itu.
Memangnya ada apa sih? Kenapa Mark tiba-tiba mendatangi nya seperti tadi, lalu memaksa Renjun untuk kenal dengan temannya, si Jeno.
Ia sedikit penasaran juga sih, siapa tau ada rahasia yang tidak Renjun ketahui.
Renjun mendengus sebal saat membaca pesan dari Jeno, mood nya sedang buruk saat ini, tapi kenapa manusia ini memilih jalan yang ribet, kan tinggal jelasin lewat pesan singkat apa susahnya.
Daripada harus menjemput Renjun ke sekolah, ngabisin bensin aja.
Apalagi Jeno membawa nama Jaemin, membuat Renjun tambah penasaran.
Setalah itu Renjun tidak menjawabnya, ia mematikan handphone nya lalu menidurkan kepalanya di atas meja kelas.Tidak Mark ataupun temannya sama saja pemaksa.
Palingan cuman bercanda saja kan? Mana mungkin tetangga nya Siyeon mau jauh-jauh datang ke sekolah Renjun hanya untuk memberi tahu hal yang mungkin tidak penting juga.
"Ren, mau pulang bareng nggak?" Jaemin menepuk pelan punggung Renjun, ia khawatir karena ketika di perhatikan Renjun seperti sedang gelisah.
Renjun kembali duduk tegak, lalu menatap Jaemin jengkel.
"Enggak, gua udah ada janji" jawab Renjun ketus, wajahnya bahkan sengaja ia buang agar Jaemin merasa sakit hati dan menjauh dari Renjun.
"Janji sama siapa?" Tanya Jaemin penasaran, ia menatap Renjun dengan pandangan meminta penjelasan.
"Ada deh pokoknya, lo gak bakalan kenal. Udah sana pergi hush hush" Renjun membuat gestur seperti mengusir anak ayam.
"Aku boleh ikut nggak? Janji nggak bakalan ganggu, aku cuman takut kamu kenapa-kenapa, siapa tau dia orang jahat kan? Nanti kalau kamu di culik terus ginjal nya di jual gimana? Jaman sekarang kan apa-apa butuh uang, aku takutnya kamu jadi sasaran penculik karena kamu luc-" mulut Jaemin langsung di bekap oleh Renjun.
"Lo nggak usah berisik deh, gua udah kenal betul orang nya kayak apa, jadi lo jangan sok tau ya!" Renjun sedikit menepuk mulut Jaemin, membuat lelaki itu meringis pelan.
Soal ucapannya tadi, sebenarnya Renjun berbohong. Kenal betul darimana nya, ia bahkan baru akan bertemu Jeno lagi setelah kejadian di rumah Siyeon.
"Namanya siapa, anak mana?" Tanya Jaemin masih kekeuh agar Renjun mau menjawab pertanyaannya.
"Lo nggak bakalan kenal" Renjun berdecak sebal, ia benar-benar jengkel kali ini.
"Aku nggak bisa biarin kamu ketemu orang lain gitu aja Ren, nanti kalau ada apa-apa gimana?" Tanya Jaemin sambil memegang kedua bahu Renjun, agar lelaki kecil di hadapannya ini mau berbicara sambil menatap matanya langsung.
"Ya itu kan urusan gua, lo gak ada hak buat tanya ini itu, karena itu nggak sopan!" Renjun menepis kedua tangan Jaemin di bahu nya.
Ugh, ingin sekali rasanya Jaemin membalasnya dengan berkata:
"Aku ini pacar kamu Renjun! Eh mantan maksudnya, walaupun udah jadi mantan tapi kamu pernah jalin hubungan sama aku! Jadi aku berhak tau apapun tentang kamu, dan kamu harus izin dulu sama aku."
Tapi sayang, ia hanya bisa menggerutu dalam hati, Jaemin mengepalkan kedua tangannya kesal.
Ia kesal karena tidak bisa mengekang Renjun.
"Duh Renjun! Kamu kok kasar banget sih jadi cowok, kan Jaemin udah tanya baik-baik tapi kenapa malah sewot sih?!" Ahran tiba-tiba menyempil di antara Renjun dan Jaemin.
Kemudian perempuan itu memeluk lengan Jaemin, seakan melupakan kejadian sebelumnya, Renjun berdecih melihat bibir Ahran yang maju beberapa senti.
"Mentang-mentang Jaemin baik, kamu jadi ngelunjak gini ya? Sok banget sih jadi orang" Ahran menatap Renjun dengan sinis.
"Jaemin, aku kasih saran buat kamu berhenti kejar orang gak jelas kayak Renjun, dia kasar terus juga marah-marah terus" Ahran mengusap lengan Jaemin lembut.
"Aku curiga mentalnya nggak stabil" ucapan Ahran membuat darah Renjun mendidih.
Kakinya sudah bersiap untuk maju mendekat ke Ahran, tapi tiba-tiba saja perempuan itu menabrak meja di sampingnya.
Renjun menatap kaget Jaemin yang baru saja mendorong tubuh Ahran sampai membentur meja dan bangku.
"Bangsat, mulut lu di jaga ya anjing" dengan emosi Jaemin menendang meja di sampingnya.
"Sekali lagi gua denger lu jelek-jelekin Renjun, gua gak bakalan segan buat nonjok" setelah mengucapkan itu, Jaemin keluar dari dalam kelas.
Ahran yang masih kaget hanya bisa bengong di meja murid lain, dia memegangi dada kirinya yang sekarang jantungnya berdetak sangat kencang.
Baru kali ini Jaemin bersikap kasar kepadanya, biasanya lelaki itu hanya diam saja menerima perlakuan dan perkataan Ahran, tapi kali ini berbeda.
Jaemin benar-benar marah padanya.
Tiba-tiba saja air keluar dari mata Ahran, perempuan itu menangis.
Bukan karena sakit yang ia rasakan karena di dorong sampai membentur meja, tapi ia sakit hati karena baru saja di kasari oleh orang yang ia sukai.
Renjun sendiri hanya diam, pikirannya masih memutar raut wajah Jaemin yang terlihat emosi itu.
Wah, ternyata Jaemin bisa tegas juga ya?
KAMU SEDANG MEMBACA
BACKSTREET
Fanfictionkeluh kesah sepasang kekasih yang menjalin hubungan secara diam-diam.