Selamat membaca
°°°
Langit-langit berwarna putih, itu yang pertama kali Bintang lihat saat membuka matanya. Bau obat-obatan yang menyeruak tercium oleh hidungnya. Menolehkan kepalanya ke kanan di mana ada segelas air putih di atas nakas dan ke kiri di mana tiang infus ada di sana.
Bintang menghela napasnya, tapi tak lama kemudian ia terisak. Ia tau kenapa dirinya bisa berada di rumah sakit seperti ini. Rupanya, ia telah kehilangan sesuatu yang berharga di hidupnya... lagi.
Pintu ruangan terbuka, seorang lelaki dengan tergesa melangkah menuju ranjang pasien. Abi langsung mendekat pada Bintang, mengusap pucuk kepala Bintang, lalu menggenggam kedua tangan Bintang. Melihat Bintang menangis kecil membuatnya tidak tega. Seharusnya ia tidak keluar tadi, seharusnya ia tetap menemani Bintang di sini.
"Mas, maafin aku," ujar Bintang yang menangis itu.
"Sssstt, gak apa-apa."
Bintang menatap Abi, dibalik kalimat itu pasti Abi merasakan hal yang sama dengan dirinya. "Maaf, Mas. Aku gak bisa jaga anak kita, a-aku keguguran lagi. Maafin aku, Mas."
Tak menjawab Bintang, Abi justru mengarahkan kedua tangan Bintang yang digenggamnya itu ke bibirnya, lalu ia cium dengan penuh sayang. Saat ini, ia hanya ingin Bintang tenang.
"Kenapa dia harus pergi, Mas?" tanya Bintang.
"Karena Allah lebih sayang sama dia," jawab Abi.
"Tapi aku juga sayang sama dia, Mas." Bintang menatap Abi.
Abi terdiam sejenak. Bukan hanya Bintang yang sayang dengan calon anaknya yang sudah tidak ada itu, tapi dirinya juga. Kandungan Bintang yang lemah membuatnya harus kembali merasakan keguguran.
"Denger aku ya, Bi. Aku juga sayang sama calon anak kita, sayang juga sama kamu. Aku juga sedih harus kehilangan dia. Mungkin kamu memang lebih sedih karena kamu yang mengandung. Sekarang kita harus ikhlasin semuanya. Semua yang ada di dunia ini itu bukan milik kita, tapi milik Allah. Jadi, ikhlas ya, Bi."
Kalimat panjang yang keluar dari mulut Abi membuat Bintang meneteskan air matanya. Namun, ia menganggukkan kepala mengiyakan ucapan Abi. Kini melihat Abi tersenyum, membuat dirinya pun ikut tersenyum.
"Istirahat ya, aku di sini kok," ujar Abi seraya membenarkan posisi duduknya di kursi.
"Di sini aja," balas Bintang sambil menepuk ranjang yang di tidurinya.
"Jangan, nanti kamu tidurnya gak nyaman." Abi menggeleng kecil.
"Aku 'kan pengen dipeluk kamu. Masa gak mau peluk pas aku kayak gini," gumam Bintang mengalihkan pandangannya dari Abi.
Jelas terdengar gumaman Bintang di telinganya. Sontak ia berdiri, Bintang yang melihatnya hanya mengikuti gerak-gerik Abi yang melangkah menuju pintu. Tentu saja yang dilakukan Abi baru saja adalah mengunci pintu.
Kemudian ia kembali pada Bintang dan ikut berbaring di ranjang bersama istrinya itu. Saling berpelukan hingga rasa kenyamanan membuat Bintang lama kelamaan tertidur. Hal itu membuat Abi tenang. Ia berharap, semoga saja setelah Bintang bangun nanti, tak lagi larut dalam kesedihan.
----
Huhh, bagaimana prolog ini? Apa kalian penasaran dengan kisah selanjutnya Bintang dan Abi? Semoga sih penasaran.
Vote ya biar rame, ehehe
KAMU SEDANG MEMBACA
Dear, Mas Suami Sepupu!
ChickLitMenikah dengan sepupu sendiri itu merupakan keputusan besar yang dipilih Abi dan Bintang. Dengan segala keyakinan mereka bahwa semuanya pasti akan baik-baik saja, mereka berdua menjalani kehidupan pernikahan yang bahagia. °°° Abi bahagia saja meski...