Selamat membaca!
°°°
Tin tinn
Abi yang tengah terduduk di ruang tamu itu mendengar suara klakson mobil di depan rumahnya. Ia meletakkan majalah yang tengah dibacanya, lalu berdiri melangkah ke luar rumah. Rumahnya memang tak memiliki penjaga sehingga untuk masuk atau keluar rumah harus membukanya sendiri.
Setelah membuka gerbang rumah, tiga orang berdiri di sana. Tamu yang ia dan Bintang tunggu akhirnya datang. Abi menampilkan senyumnya saat itu juga.
"Ayo, masuk-masuk!" ujar Abi mempersilahkan ketiganya masuk.
"Om, Tante Bi masih tidur?" tanya Jevan yang berjalan dengan santai disampingnya. Sedangkan orangtua anak itu berjalan dibelakang keduanya.
"Masih, tapi sebentar lagi bangun kok." Abi menjawab.
"Itu anak tidur mulu. Hari-hari begitu, Bi?" tanya Ghaza pada Abi.
Kini mereka telah duduk di ruang tamu rumah Abi. Wajah-wajah lelah nampak terlihat pada wajah Ghaza, Kirana, dan Jevan. Abi melirik sekilas barang bawaan Ghaza yang diposisikan disebelah Ghaza.
"Gak hari-hari, Mas. Lagi capek aja kemarin-kemarin dari Yogyakarta," jawab Abi, "Barangnya biar ditaruh kamar, Mas. Oh iya, mau minum apa?"
"Nanti aja, gampang. Duduk dulu aja, Bi" Ghaza menyuruh Abi untuk ikut duduk.
Jevan yang awalnya duduk disebelah Kirana, kini berpindah pada Abi. Anak itu menarik-narik kaos yang dipakai Abi. Sedikit rengekan keluar dari mulutnya.
"Om, bangunin Tante Bi, ya! Ayo, Om!" pintanya.
"Mainnya nanti sore aja ya, Jevan. Istirahat dulu," ujar Kirana.
Abi tersenyum pada Jevan. Ia menatap anak itu, "Jevan tidur aja ya sama Tante Bi di atas. Nanti bangun-bangun baru bisa main."
"Boleh, Om," ujar Jevan setuju.
Abi mengangguk. Lalu, ia mengantar Jevan ke kamarnya. Tapi sebelum menyuruh Jevan naik ke atas kasur, ia menyuruh anak itu pergi ke kamar mandi. Sekedar membersihkan kaki dan cuci muka. Barulah ia mempersilahkan Jevan untuk berbaring disebelah Bintang.
Beberapa menit berlalu, Jevan mulai memejamkan matanya. Abi yang sejak tadi setia menunggu, kini menarik napasnya panjang. Ia turun ke lantai bawah.
"Gimana kalian?" tanya Ghaza setibanya Abi di ruang tamu lagi. Abi tak melihat Kirana ada di sana dan kemungkinan pasti kakak iparnya itu sudah masuk ke dalam kamar untuk istirahat.
Abi duduk, ia menghela napasnya. "Baik-baik aja, Mas."
"Baik-baik kok menghela napas gitu, Bi," heran Ghaza, "Dia masih sering ingat-ingat calon anaknya ya?" tanyanya.
Abi menganggukkan kepalanya, "Ya terkadang, Mas."
"Berat memang jadi kalian. Kalian berdua jangan sama-sama menyesal ya." Ghaza menepuk pundak Abi.
"Gak ada yang perlu disesalin sih, Mas," jawab Abi.
"Bagus!"
____
Pagi ini cuaca terlihat sangat cerah. Matahari di langit sana sudah mulai naik. Dua orang di teras samping rumah itu bahkan menikmati teriknya matahari pagi seraya duduk santai. Terlihat juga di depan sana, seorang anak kecil tengah asyik berenang.
"Jevan, udahan berenangnya, yuk! Tante Bintang udah selesai masakin kamu sarapan," ucap Kirana memanggil sang anak yang tengah berenang tersebut.
"Masak apa, Ma?" tanya Jevan di sana.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dear, Mas Suami Sepupu!
Chick-LitMenikah dengan sepupu sendiri itu merupakan keputusan besar yang dipilih Abi dan Bintang. Dengan segala keyakinan mereka bahwa semuanya pasti akan baik-baik saja, mereka berdua menjalani kehidupan pernikahan yang bahagia. °°° Abi bahagia saja meski...