Selamat membaca!
°°°
"Duh kangennya sama anak Bunda!"
Rumi berseru bahagia seraya merentangkan tangan pada Bintang. Ia terlalu rindu dengan Bintang dan Abi hingga lupa hanya menyebut 'anak' saja. Bintang yang dipeluk Rumi juga kangen dengan Rumi ini. Sedangkan Abi yang tidak dipeluk itu malah memasang wajah tak suka.
"Bun, anak Bunda sekarang dua. Seharusnya anak-anak, bukan anak aja." Abi terdengar protes.
Bintang terkekeh. "Loh iya, Bunda? Mas Abi pengen juga dipeluk itu," ujar Bintang setelah melepas pelukannya dengan Rumi.
Bukannya Rumi langsung memeluk anak lelakinya itu, ia malah mendengus pelan. Sambil menatap Bintang, ia berkata, "Kamu aja yang peluk Abi."
"Bi sih mau-mau aja, Bunda. Tapi Mas Abi nya 'kan kangen Bunda." Bintang terkekeh.
"Iya-iya, Bunda bercanda. Sini, Abi!" Rumi akhirnya mendekati Abi dan memeluk anaknya itu, "Gimana kabar kamu?" tanyanya di sela pelukan.
"Ya, baik, Bun. Kalau gak baik aku gak mungkin jemput Bunda di sini," jawab Abi.
Merasa punggungnya ditepuk oleh Rumi, Abi terkekeh. Tapi bukannya benar ya. Kalau dirinya tidak baik-baik saja pasti tidak akan menjemput Rumi di stasiun.
"Kalian habis dari mana sebelum jemput Bunda?" tanya Rumi.
Kini ketiganya sudah berada di mobil. Abi kembali menyetir dengan Bintang yang terduduk disebelahnya dan Rumi di jok belakang. Sebenarnya Bintang ingin duduk di belakang menemani Rumi, tetapi tidak dibolehkan oleh Rumi. Mungkin kasihan nanti Abi serasa menjadi supir.
Bintang melirik Abi yang meliriknya juga sambil memberi tanda lewat mata agar Bintang saja yang menjawab. "Habis belanja, Bun," jawab Bintang yang dibalas anggukan kepala dari Rumi.
"Tadi sebelum berangkat ke Solo, Bunda ketemu temen kamu. Dia titip salam buat kamu pas tau kalau Bunda mau ke sini ketemu kamu." Rumi memberi tau.
"Oh, Syeira?" balas Bintang.
"Ya. Dia cuma titip salam aja sih, Bi. Bunda buru-buru, jadi gak ngobrol banyak. Dia juga kayaknya lagi ada urusan sama Zikri," jelas Rumi.
Bintang tersenyum, tiba-tiba saja. Kepalanya langsung saja memutar memori ke kejadian dulu. Lalu, menyangkut-pautkan dengan kejadian sekarang. Syeira, sahabatnya, mungkin takdirnya, menikah dengan Zikri. Tebak-tebakan mereka sewaktu dulu seolah menjadi takdir yang begitu nyata. Syeira menikah setelah Bintang menikah. Meski berjarak kurang lebih tiga tahun.
Tak ada yang menyangka hal itu terjadi. Bintang sempat tinggal bersebelahan dengan Syeira sewaktu sebelum pindah ke Solo dan Syeira tinggal bersama Zikri dan Resti.
---
Satu hari ini begitu melelahkan bagi Bintang. Saat ini ia baru memasuki kamar pukul sepuluh malam yang pada biasanya pukul delapan malam. Memang belum begitu larut malam, tapi ia sudah benar-benar lelah dan mengantuk.
Bintang mendudukkan dirinya di kasur sisi sebelah kanan, sedangkan sisi sebelah kiri tempat Abi tidur itu masih kosong. Suaminya itu sedang berada di kamar mandi, terdengar dari suara gemericik air dari sana.
Dengan kondisinya yang mengantuk, Bintang bukan langsung merebahkan diri. Ia malah membuka laptopnya yang sebelumnya ia ambil di atas meja. Hari ini ia melupakan sesuatu tentang apa yang seharusnya ia kerjakan.
Hal yang Bintang lakukan sekarang ialah melanjutkan tulisannya. Memang ia tak dikejar waktu untuk segera menyetorkan tulisannya itu karena memang ia tak ingin membukukan tulisannya nanti. Melainkan banyak ide-ide yang tertimbun di kepalanya. Ia takut besok lupa, jadi ia kerjakan sebisa mungkin malam ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dear, Mas Suami Sepupu!
ChickLitMenikah dengan sepupu sendiri itu merupakan keputusan besar yang dipilih Abi dan Bintang. Dengan segala keyakinan mereka bahwa semuanya pasti akan baik-baik saja, mereka berdua menjalani kehidupan pernikahan yang bahagia. °°° Abi bahagia saja meski...