Selamat membaca!
•••
Abi tengah duduk bersantai di depan televisi. Layar televisi di depannya menampilkan acara komedi yang Abi sendiri tak pernah mengikuti acara tersebut. Ia menyalakan televisi hanya untuk tidak terasa sepi saja rumahnya.
Setelah makan malam beberapa menit lalu, Abi memang beranjak dari ruang makan ke ruang keluarga. Sedangkan Bintang masih berberes di dapur. Seketika ia teringat belum mengatakan soal Ayah Bintang yang sakit. Ia meraih ponselnya di saku celananya, lalu membukanya.
"Bi!" serunya memanggil Bintang di dapur. Baru saja ia menerima foto dari Ghaza, kakak sepupu sekaligus kakak iparnya.
Bintang tak menjawab, hanya saja, beberapa saat kemudian perempuan itu menghampiri Abi dan ikut duduk disana. Tangannya lebih dulu mengambil remote tv dan mengganti tontonan televisi.
"Ada apa, Mas?" ucap Bintang.
"Aku mau ngomong sesuatu." Bintang hanya menganggukkan kepalanya. Namun, ia menatap suaminya lekat.
"Sebelumnya, aku mau tanya sesuatu. Kamu siap gak kalau tinggal lagi di Jakarta? Kita menetap disana lagi?" tanya Abi.
"Kenapa nanya gitu, Mas?" heran Bintang.
Abi tersenyum, "Gapapa. Aku cuma mau bilang, gapapa kalau misal kita tinggal di Jakarta lagi. Kalau perlu, kita mulai dari awal disana."
"Mas, ih, kenapa sih?" Bintang mulai curiga terjadi sesuatu lagi.
Abi mendekatkan dirinya pada Bintang. Ia meletakkan tangannya di atas tangan Bintang. Memegangnya sekaligus memberi kekuatan pada istrinya itu.
"Ayah sakit, Bi. Maaf, aku baru sempat bilang. Tadi siang Mas Ghaza telepon katanya Ayah masuk rumah sakit. Kamu belum sempat buka hp dari tadi, 'kan?" ucap Abi.
"Ayah sakit?" gumam Bintang pelan, seakan tak percaya. Hal itu diangguki oleh Abi dan ia tak henti mengusap punggung tangan Bintang.
"Ayah minta kamu buat ke sana. Makanya aku tanya, kamu gapapa ke sana? Mas siap kok, Bi, kalau kita tinggal disana lagi. Semuanya pasti akan baik-baik aja."
"Kita ke Jakarta ya, Mas," ujar Bintang.
Abi memberi pelukan hangat pada Bintang. Ia tau Bintang ingin menangis tapi perempuan itu tak mau menangis dihadapannya. Abi hanya berharap pelukannya dapat menguatkan istrinya itu.
°°°
"Halo, iya, Bunda. Ini lagi check in."
"Bintang mana? Bunda mau bicara sebentar."
"Ada, ini. Bi, ini Bunda mau ngobrol sama kamu."
Bintang menoleh, kemudian menerima handphone milik suaminya itu. "Halo, Bunda."
"Bunda cuma mau bilang, kamu juga jaga kesehatan. Jangan banyak pikiran. InsyaAllah, Ayah kamu gak apa-apa."
"Iya, Bun. Aamiin."
"Bunda usahain ke sana ya. Sekalian mau ketemu Alna."
Bintang cukup lelah. Ia hanya mengiyakan saja apa yang dikatakan ibu mertuanya itu. Setelah panggilan ditutup, Abi kembali menggengam tangan Bintang dan berjalan memasuki pesawatnya. Mengingat beberapa menit lagi akan berangkat.
Dilain sisi, saat Bintang dan Abi sudah berada di dalam pesawat dan dalam perjalanan menuju Jakarta. Ditempatnya, Ghaza setia duduk di sebelah ranjang pasien rumah sakit yaitu Ayahnya. Ia sendirian, sebab tak tega pula membiarkan Ibunya menjaga yang Ayah. Ia juga tak membiarkan Ibunya sendirian dirumah sehingga meminta Kirana dan anaknya untuk singgah menginap dirumah orangtuanya sejak Ayahnya dirawat.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dear, Mas Suami Sepupu!
ChickLitMenikah dengan sepupu sendiri itu merupakan keputusan besar yang dipilih Abi dan Bintang. Dengan segala keyakinan mereka bahwa semuanya pasti akan baik-baik saja, mereka berdua menjalani kehidupan pernikahan yang bahagia. °°° Abi bahagia saja meski...