Bab 4 : Camellia

396 36 2
                                    


Soojae tahu-tahu saja sudah menikah dengan King. Pernikahan sederhana yang hanya dihadiri seorang pendeta, para jemaat dan keluarga inti sang pendeta. Soojae bahkan tak sempat berganti pakaian, dia benar-benar tidak tahu dengan apa yang sedang dilakukannya.

Setelah mereka bertemu di taman, King nyaris seperti menyeretnya ke mobil dan mereka berkendara selama satu jam menuju desa paling terpencil yang pernah Soojae ingat selama dia tinggal di kota Ulsan.

King sengaja memilih tempat itu supaya kabar pernikahan mereka tidak diketahui banyak orang dan entah berapa kali Soojae telah mengancam King akan melompat dari mobil karena menolak untuk menikah, King terlihat penuh tekad dan terus berusaha meyakinkan Soojae.

Entah bagaimana, setelah perdebatan-perdebatan sengit yang tak terelakan di antara mereka terjadi, Soojae akhirnya kalah. Ia kalah pada kenyataan-kenyataan yang telah diungkapkan King kepadanya, tentang masa depan bayi itu, tentang kehormatan keluarganya. Terlebih lagi, King kelihatan bersungguh-sungguh ingin bertanggung jawab, tapi membayangkan pria itu akan menjadi suaminya membuat Soojae gelisah. Sial!

Meskipun ia tidak tahu seperti apa King di luar sana, tetapi ia tahu dari cerita yang didengarnya melalui Jungkook dan Jimin, bahwa King adalah seorang pemain. Tipe lelaki yang tak pernah tetap dengan satu wanita. Seorang pria petualang yang tidak pernah kehabisan wanita.

Apakah Soojae harus senang dengannya? Tidak, ia justru merasa khawatir. Karena King bisa saja berselingkuh atau mencampakannya suatu saat nanti.

Soojae tidak mau kejadian buruk itu menimpanya lagi, sudah cukup ia memiliki pengalaman buruk dengan Zuho, tapi tidak dengan King.

Ya, tapi seluruh keraguan Soojae telah diyakinkan oleh King dengan jawaban-jawabannya. Soojae merasa rapuh sekali, berpegangan pada sesuatu yang tidak pasti. Namun, pada akhirnya ia menerima lamaran King. Berharap dengan ini keputusannya benar. Berharap dengan hal demikian ia bisa menjauhkan King dari bahaya.

Mengapa ia harus peduli pada King? Ya, karena kalau saja Soojae tidak menggoda King malam itu. King pasti akan baik-baik saja, tetapi ia telah dengan sengaja melibatkan King dalam masalahnya.

Di sinilah Soojae, duduk terikat sabuk pengaman sementara King pergi untuk membeli makanan. Tidak lama menunggu, King sudah kembali. Pria itu membawa makanan yang masih terasa hangat, lalu menyodorkannya.

"Aku membelikanmu Unagi dan telur mata sapi, ada tumisan sayur dan potongan buah. Makanlah, kau pasti kelaparan."

Soojae tidak berani menatap wajah King. Karena kalau ia melakukannya, dia takut jantungnya berdebar terlalu keras, dan ia tak mau merasakan debaran seperti itu, tidak mau.

"Kau tidak makan?"

"Aku juga akan makan."

Mereka makan dari mangkuk restoran sekali pakai. Belutnya empuk dan gurih, kematangan telurnya sempurna dan King memesan satu cup air kelapa dingin untuknya.

"Kau sudah selesai?"

Soojae mengusap sisa air dari sudut bibir dan King tak pernah melewatkan detail kecil itu dari pandangan matanya.

"Ya, sudah."

"Kau tidak keberatan kalau kita istirahat sebentar?"

"Tidak."

Mereka istirahat sebentar sebelum menempuh perjalanan menuju ke rumah. King sengaja memperlambat laju mobilnya dan hati-hati sekali saat mengemudi karena takut mencederai Soojae dan bayinya.

Bayinya.

Bayinya dengan Soojae.

Itu kedengaran gila, tapi juga terasa manis. King akan punya anak, dan itu tak pernah terduga terjadi dekat-dekat ini. Padahal sebelumnya King selalu disiplin dalam setiap tindakan. Dia selalu menggunakan pengaman setiap kali melakukan seks, tapi Soojae membuatnya lupa segalanya. Membuat King keluar dari kebiasaan lama yang selalu menjadi prinsipnya.

WILD FLOWER Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang