Cemburu

381 20 0
                                    

Laura sejak tadi istirahat memasang wajah ditekuk lantaran kali ini janjinya dengan Lingga kembali batal karena sepupu Lingga meminta Lingga untuk ditemani ke Gramedia.

Hei, apa cewek itu tak bisa ke Gramedia sendirian? Lama kelamaan, sepupu Lingga itu menjadi pengganggu di hubungan mereka.

Hingga mereka pulang sekolah, di mana Lingga menemani Laura menunggu papinya menjemput, Laura masih saja memasang wajah kesalnya. Dia serasa dibohongi seperti ini. Cewek itu melirik pada Karin yang hanya diam di samping Lingga, tapi tangan Karin memeluk lengan Lingga erat. Sepupunya Lingga itu tadi datang di sekolah mereka saat mereka pulang sekolah dengan ojek online, seolah-olah dia tahu pukul berapa mereka pulang sekolah.

Laura rasanya ingin mengumpat pada Karin, tetapi berusaha ditahan, mengingat kalau Karin adalah sepupu Lingga.

"Ini beneran kita batal jalan-jalan?" tanya Laura lagi, barangkali Lingga tadi salah bilang.

Pasalnya, Lingga sudah janji semalam saat datang ke rumahnya, tapi kini batal lagi karena sepupu Lingga ini minta ditemani ke Gramedia.

"Maaf, ya. Janji, deh, besok kita jalan-jalan sepuas lo."

"Ck, padahal lo udah janji," balas Laura seraya berdecak kesal.

Cewek itu mendelik tajam pada sepupu Lingga. Ah, kalau saja tak ada Lingga, sudah sejak tadi Laura memaki-maki cewek itu.

"Karin baru pertama kali ke Jakarta, jadinya dia pasti gak berani. Cuma gue yang bisa temenin dia ke mana-mana."

Laura memutar bola matanya malas. Ke Gramedia yang lokasinya dilewati saat ke sekolah mereka tak berani, tapi ke sekolah mereka yang melewati Gramedia berani. Sepupunya Lingga ini agak lain.

"Padahal Gramedia cuma dilewatin, kok gak singgah aja? Kenapa ke sekolah dulu?" sindir Laura membuat Karin seketika melepaskan pelukannya di lengan Lingga.

"Maaf, Kak, bukannya gak mau mampir, tapi emang aku gak berani sendirian ke Gramedia," timpal Karin.

"Tapi lo berani ke sekolah gue sendirian?" balas Laura menyindir.

"Ra," tegur Lingga karena tak suka mendengarnya, apalagi nada suara Laura yang cukup tinggi dan terdengar sinis.

"Iya, tahu, Ngga. Gue 'kan buka siapa-siapa lo."

"Jangan belagu, Kak. Kak Laura 'kan belum tentu jadi pacarnya Kak Lingga. Kasihan Kak Lingga. Kak Laura terlalu toxic," timpal Karin lagi.

Toxic? Laura kesal mendengarnya, tapi dia mungkin memang toxic, sampai Lingga dekat dengan sepupunya saja tak boleh. Kalau boleh jujur, Laura kesal melihat Lingga dekat dengan cewek lain, melihat Lingga dekat dengan sepupunya saja dia kesal.

"Ya udah, kalau gitu. Have fun, ya."

Daripada harus berdebat dengan Lingga dan mendengar Karin yang terus saja menimpali perkataannya, Laura memilih untuk meninggalkan Lingga dan Karin di halte depan sekolah. Kalau tahu seperti ini, cewek itu tadi memilih membawa motornya daripada harus diantar papinya ke sekolah.

***

"Gue bilang juga apa? Lo itu harus secepatnya tetapkan perasaan lo, lo suka gak sama Lingga," omel Anggi.

Cewek itu tadi niatnya akan pulang, tapi urung karena Laura meneleponnya dan minta dijemput di warung makan sampai sekolah mereka. Bersyukur Anggi belum jauh dari sekolah, jadinya dia bisa kembali ke sekolah untuk menjemput Laura.

"Gue masih bingung, Gi. Gue benaran suka sama Lingga atau enggak."

Anggi menghela napasnya lelah mendengar balasan Laura. Cewek itu yang tadinya mengaduk-aduk es tehnya, pun pindah untuk duduk di samping Laura. Anggi kemudian memegang bahu Laura, membuat Laura menghadap padanya.

"Gue tanya sama lo, gimana rasanya pas tahu Lingga batalin janji kalian karena cewek lain?"

"Itu sepupu dia," sanggah Laura.

"Gak peduli, Ra. Mau sepupu ataupun teman. Sepupu aja bisa suka sama sepupu sendiri, apalagi teman. Lo gak bisa terus-terusan bilang kalau lo masih bingung sama perasaan lo. Kita gak tahu gimana perasaan sepupu Lingga itu sama Lingga. Gimana kalau dia ternyata suka sama Lingga?"

Laura terdiam mendengarnya, dia tak pernah berpikir jauh seperti yang Anggi katakan, yang Laura tahu, Karin adalah sepupu Lingga yang hanya meminta Lingga untuk menemani jalan-jalan selama di Jakarta. Laura sama sekali tak berpikir sampai ke Karin yang menyukai Lingga.

"Ra, banyak kasus di mana sepupu suka sama sepupu sendiri bahkan ada yang sampai pacaran," lanjut Anggi. "Jadi, gimana perasaan lo kalau Lingga batalin janji kalian karena cewek lain?"

"Kesal, lah."

"Kesel, 'kan? Itu namanya lo udah benar-benar suka sama Lingga."

"Namanya juga orang janjian, terus kalau dibatalin, ya pastinya kesal," elak Laura. Cewek itu tak mau langsung menyimpulkan bahwa dia menyukai Lingga.

"Tapi lo kesalnya gak kayak orang biasanya, yang hanya diam. Lo bahkan sampai bujuk-bujuk Lingga untuk gak batalin janji kalian. Apa itu namanya kalau bukan cemburu?"

"Gi, kok gitu sih?"

"Ra, coba lo renungkan. Perasaan lo sama Lingga ini apa. Jangan sampai Lingga malah bosan dan milih untuk menyerah nungguin lo."

***

Jangan lupa tinggalkan jejak yah

Bye bye

Ayo Pacaran! (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang