Kapan Resminya?

342 18 0
                                    

Lingga : Gue otw rumah lo. Tungguin, yah?

Laura membaca pesan dari Lingga yang mengatakan kalau cowok itu ke rumahnya. Mata cewek itu melotot tak percaya membacanya. Pasalnya, waktu telah menunjukkan pukul dua belas malam lewat sembilan menit, tetapi Lingga akan ke rumahnya di waktu seperti ini.

Memang, Lingga sering datang ke rumahnya, tapi ke rumahnya tengah malam sama sekali tak pernah. Laura sampai berkali-kali membaca pesan Lingga, barangkali Lingga salah kirim atau mungkin itu pesan yang sudah lama Lingga kirim padanya.

Kemudian di bawah nama Lingga, status cowok itu itu tengah mengetik, barang kali Lingga benar-benar salah kirim, jadinya Laura urung bertanya.

Namun, pesan masuk dari Lingga membuat Laura malah jadi cemas.

Lingga : Belum tidur, 'kan?  Gue kangen sama lo.

Memang, keduanya sudah dua hari tak bertemu. Hari Sabtu kemarin merupakan tanggal merah, Lingga juga tak bisa menemuinya karena sibuk menemani sepupunya jalan-jalan sejak hari Jumat. Tadi hari Minggu, Laura mengajak Lingga jalan-jalan, tapi sayangnya Lingga tak bisa karena kembali menemani sepupunya jalan-jalan.

Lama kelamaan, Lingga jadi jauh dengannya karena sibuk dengan sepupunya. Waktu mereka berdua juga sudah mulai berkurang dan Laura yakin, saat mereka nantinya sudah menginjak kelas dua belas serta sudah mengikuti les sore, mereka berdua bisa saja sudah tak memiliki waktu untuk bertemu.

Terlalu lama melamun, Laura sampai lupa dengan pesan Lingga yang belum dia balas.

Laura : Udah tengah malem, Ngga. 'Kan besok bisa ketemu di sekolah.

Lingga : Kangennya gak bisa ditahan. Tapi kalau lo emang udah mau tidur, gue gak ke rumah lo.

Ya Tuhan, Laura kalau boleh jujur, dia juga merindukan Lingga. Tapi ini sudah tengah malam, bagaimana kalau terjadi sesuatu pada Lingga dijalan? Zaman sekarang, sudah banyak kejahatan yang terjadi, bahkan di jalan pun saat berkendara, tak kenal cowok ataupun cewek.

Laura : Ya udah, tapi hati-hati. Kalau ada apa-apa, telfon gue.

Lingga : Iya, Laura.

Alhasil, Laura pun membiarkan Lingga datang ke rumahnya, walau dalam hati dia kadang cemas memikirkan Lingga yang akan ke rumah.

***

Tak sampai sepuluh menit, Lingga sudah mengirimkan dia pesan dan mengatakan kalau dia ada di depan saat ini. Cukup cepat, padahal jarak antara rumah Lingga dan Laura memakan waktu bisa sampai dua puluh meni.

Laura pun bergegas keluar, menghampiri Lingga yang pastinya sudah menunggu dia keluar. Saat cewek itu keluar dari rumah, dia bernapas dengan lega ketika melihat ternyata Lingga datang bersama Vigo dengan menggunakan mobil Vigo. Syukur, Laura sudah sangat cemas tadi.

Cewek itu berlari, menghampiri Lingga yang tengah bersandar di mobil Pajero milik Vigo.

"Ngga," panggil Laura membuat Lingga tersenyum.

Laura pun langsung membuka pintu gerbang, lalu memeluk Lingga kala gerbang telah terbuka lebar.

Ah, kerinduannya pada Lingga selama dua hari tak bertemu akhirnya terbayarkan.

"Gue kangen," bisik Lingga dengan dia yang masih memeluk Laura.

"Gue tahu lo kangen, makanya peluk yang lama," balas Laura seraya terkekeh kecil.

Lingga tentu saja akan memeluk Laura lama karena dia yang merindukan cewek itu. Dua hari tak bertemu, membuat Lingga gelisah. Kalau saja Karin tak datang ke Jakarta, mungkin waktu dua hari libur dia gunakan bersama Laura. Menghabiskan waktu bersama Laura.

"Gue bakal tebus dua hari kita gak ketemu besok. Besok jalan bareng, ya, pulang sekolah?"

Laura tersenyum mendengarnya, lalu berkata, "Lo sih, sibuk mulu."

"Sepupu gue pengen jalan-jalan, Ra. Nanti kalau gue tolak, dia malah ngadu sama nyokap."

"Iya-iya, tahu. Lo udah bilang sama gue kemaren."

Lingga terkekeh geli mendengarnya, dia kemudian mengacak rambut Laura lantaran gemas melihat Laura. Hal itu jelas saja membuat si empunya rambut mengerucutkan bibirnya kesal lantaran rambutnya dibuat berantakan, padahal tadi sebelum bertemu Lingga, dia merapikan rambutnya agar tak terlihat jelek di mata cowok di depannya itu.

"Berantakan, ih. Gue udah nyisir biar rapi pas ketemu sama lo," protes Laura manja.

Lingga tertawa. Cowok itu niatnya ingin kembali mengacak rambut Laura, tetapi suara decakan dari orang dalam mobil yang kebetulan jendelanya diturunkan membuat Lingga berhenti.

"Bisa gak lo berdua lebih nge-hargain gue?" sindir Vigo.

"Makanya, temen gue jangan dicuekin mulu," balas Laura.

Mendengar perkataan Laura, Vigo berdecak kesal. Cowok itu memang tengah dikejar-kejar Anggi, sudah hampir setahun lebih, tetapi sayangnya Vigo sama sekali tak luluh.

"Udah, Ngga. Udah tengah malam, mending pulang. Besok sekolah! Pacaran mulu lo berdua."

"Belum pacaran, kok," balas Lingga.

Nyatanya, kedua orang itu memang masih belum menjalin hubungan yang pasti. Itu semua karena Laura yang masih belum bisa memberikan kepastian dan Lingga akan menunggu sampai kapanpun Laura mengatakan bahwa dia sudah tak bingung akan perasaannya sendiri.

"Ra, temen gue mending secepatnya diajak pacaran, nanti malah diambil orang, yang ada lo bakal nyesel nantinya," kata Vigo pada Laura.

Hal itu membuat Laura terdiam mendengarnya. Memikirkan perasaannya yang masih dilanda kebingungan.

***

Jangan lupa tinggalkan jejak yah

Bye bye



Ayo Pacaran! (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang