Nasihat

338 15 0
                                    

Anggi meletakkan paper bag bergambar huruf M pesanan Laura di meja dengan sedikit kasar. Cewek itu sejak tadi menggeram kesal kala mengingat apa saja yang dia dengar dari Raga mengenai hubungan tanpa status sahabatnya.

"Udah datang, ya?" tanya Laura malah membuat Anggi semakin menggeram kesal.

Laura malah tak merasakan bahwa Anggi saat ini kesal dengannya. Cewek itu memilih membuka makanan pesanannya tadi dan mengeluarkan isinya. Ada tiga beef burger deluxe, tiga French fries, tiga Mcflurry choco, dan tiga iced lychee tea. Semuanya Laura pesan untuk mereka bertiga yang tengah asik bermain di apartemen Karin.

Saat ini, keduanya berada di apartemen Karin. Mereka menjadikan apartemen Karin sebagai rumah kedua mereka apabila tengah malas pulang ke rumah saat pulang sekolah.

"Gue masih heran sama lo, kok bisa-bisanya lo masih bingung sama perasaan lo sendiri?" tanya Anggi.

Laura tak menjawab, dia sibuk menyantap burger miliknya dan meminum iced lychee tea. Jelas hal tersebut membuat Anggi kesal, sementara Karina yang duduk di depan Laura, langsung menghentikan gerakan tangannya mencatat materi.

"Lingga bisa-bisa mengeluh capek dan jauhin lo," lanjut Anggi.

"Ada masalah sama Lingga lagi?" timpal Karina bertanya.

Anggi menganggap lalu berkata, "Dan gue muak denger curhatan Lingga lewat Raga. Rasa cerita, Laura ragu-in perasaan Lingga sama dia, padahal jelas-jelas Lingga sayang dan suka banget sama Laura."

"Gi," tegur Laura tak suka mendengarnya.

Kemarin cewek itu spontan mengatakan hal seperti itu, dia hanya tak suka dengan sepupunya Lingga itu.

"Kalau lo ragu, biar gue aja yang perjuangin Lingga. Btw, gue masih punya perasaan sama Lingga, Ra," kata Karina membuat Laura menatapnya tajam.

Karina memang terang-terangan mengatakan kalau dia mencintai Lingga, tapi sayangnya dia bukan cewek murahan dan bukan cewek alay yang bertengkar untuk merebut cowok. Yah, walaupun dulu dia pernah bertingkah bodoh agar Lingga tak bersama Laura.

"Nah, bagus, tuh."

"Jahat banget lo berdua!" sentak Laura membuat Karina memutar bola matanya malas.

"Lebih jahat lo," balas Anggi. "Apa sih yang masih buat lo bingung? Bingung gimana nanti hubungan sama Lingga? Jalanin aja, nikmati."

"Sepupu Lingga yang bikin gue kesal. Dia ngaku sama gue kalau dia suka sama Lingga."

"Makanya secepatnya kasih kepastian buat Lingga. Kalau lo hanya diam tanpa bergerak, tuh orang bisa-bisa ngerebut Lingga dari lo," nasihat Anggi membuat Laura terdiam mendengarnya.

Cewek itu juga berhenti memakan burgernya yang baru saja mendapatkan tiga gigitan dari Laura. Laura juga menyimpan burger tersebut dan minum iced lychee tea miliknya. Benar apa yang Anggi katakan. Kenapa dia masih bingung juga dengan perasaannya? Kenapa dia masih takut menjalin hubungan dengan Lingga? Kenapa dia takut semuanya akan berubah setelah dia dan Lingga menjalin hubungan?

***

Sore tadi, Laura pamit pulang lebih dulu. Dia ingin merenungkan semuanya sejenak sebelum nantinya menyatakan perasaannya pada Lingga. Cewek itu bahkan mengurung diri di kamar, memikirkan apa saja yang akan terjadi apabila dia dan Lingga menjalin hubungan.

Oh, ya Tuhan, sayangnya yang terbayang bukan bagaimana hubungannya dengan Lingga nanti saat mereka resmi berpacaran, tapi malah terbayang dengan wajah menyebalkan milik Karin.

Huh, Laura rasanya ingin mencakar wajah Karin. Karena Karin, dia malah jadi seperti ini. Ketakutan tiada tara. Takut Lingga berpaling. Sekalipun Lingga mengatakan dia mencintai Laura, tapi tak menutup kemungkinan Lingga bisa berpaling, apalagi Karin itu sepupu Lingga yang Laura sendiri mengakuinya bahwa Karin cantik.

Pintu kamarnya diketuk, suara maminya membuat Laura yang tadi sibuk memikirkan apa saja yang menjadi kemungkinan di kemudian hari, jadi buyar. Cewek itu melangkah membukakan pintu untuk maminya.

Kala pintu kamar Laura dibuka, Gina tersenyum lembut pada anaknya. Maminya Laura itu tahu kalau ada yang sedang membuat anaknya gelisah dan cemas.

"Ada yang mau diceritain sama Mami?" tanya Gina.

Gina tahu, Laura tak akan mau bercerita padanya apapun masalah yang dihadapi. Dulu saat Lingga menyatakan perasaannya pada Laura, Gina harus extra sabar dan hati-hati dalam berbicara agar anaknya mau bercerita. Laura bukan anak yang langsung menceritakan apa saja pada orang tuanya jika ada masalah.

"Mami tahu anak Mami gelisah," imbuh Gina membuat Laura seketika memeluk maminya.

Laura diam, dia tak langsung menjawab ataupun bercerita, tapi memeluk maminya erat untuk mencari keterangan di sana.

"Masuk, yuk. Cerita sama Mami di dalam, mumpung Lisa lagi sama papi," ajak Gina.

Wanita paruh baya itu pun membawa Laura masuk ke kamar anaknya, kemudian mengajak Laura duduk di karpet yang digelar di tengah-tengah kamar Laura.

"Lingga ada cerita sesuatu sama Mami?" tanya Laura membuat Gina menggeleng. Lingga sama sekali tak bercerita apapun pada dirinya.

"Aku sejujurnya udah gak begitu bingung sama perasaanku, cuma masih takut bilang sama Lingga, Mi. Takut juga nantinya semua akan beda karena kami pacaran," tutur Laura membuat Gina mengelus rambut Laura lembut.

"Memang akan ada yang beda Laura. Hubungan kamu sama Lingga naik satu tingkat dan mungkin apa saja yang terjadi nantinya akan beda saat kamu sama Lingga menjalin hubungan. Kamu jalani saja, semuanya akan indah pada waktunya."

***

Jangan lupa tinggalkan jejak yah

Bye bye

Ayo Pacaran! (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang