Jika Detektif Bersenjata dan Mafia Pelabuhan adalah Satu

Jika Detektif Bersenjata dan Mafia Pelabuhan adalah Satu [#25]

"Dazai-kun ...."

Mori memijit kening. Entah kenapa kepalanya terasa nyut-nyutan, padahal biasanya kalau dia memikirkan soal Port Mafia, kepalanya baik-baik saja. Namun kala dihadapkan dengan kelakuan nyeleneh mantan eksekutifnya ....

Ah, memangnya, ada orang di dunia ini yang gak sakit kepala gara-gara ulah Dazai?

Elise mengintip, dan responnya adalah tertawa terbahak-bahak.

Ya gimana enggak? Begini ya, tadi pagi Mori membeli chazuke kacang merah, makanan favoritnya, dan chazuke itu hendak dia makan ketika urusannya dengan para eksekutif sore ini selesai, sebagai reward buat diri sendiri --terima kasih kepada bocah harimau yang ngomel-ngomel ke anak buahnya soal menghargai diri sendiri, Mori yang gak sengaja nguping jadi ikut dapat pencerahan--.

Tapi ya, tapi, baru saja Mori mau menyuap chazuke kacang merah tersebut, Kouyo memanggilnya, menyebutkan bahwa Elise sepertinya rewel di lobby. Alhasil Mori terpaksa meninggalkan chazukenya.

Namun ketika ia kembali, hal pertama yang ia notis dari chazuke itu adalah adanya bubuk putih di permukaannya. Sebenarnya Mori sedikit curiga kalau itu adalah racun, namun karena keinginannya untuk menyantap chazuke sudah tidak bisa ia tahan lagi, dirasanya sedikit bubuk putih itu.

Oh, itu ajinopiipto.

Dan satu-satunya orang yang Mori tahu akan melakukan prank semacam ini adalah ....

"Dazai-kun, kamu masuk ke sini lewat mana ...."

"Itu mah gak perlu tahu, Mori-san." Tanpa adanya rasa berdosa di ucapan Dazai, ia kembali berujar, "kalau Mori-san mau aku kembali jadi eksekutif , Mori-san harus makan 30 mangkok manisan pakai topping ajinopiipto!"

Kalau syaratnya begitu sih udah pasti Mori nyerah duluan. Kasihan otaknya kalau harus ngonsumsi micin terus-terusan begitu. Emang cuma otak Dazai mah yang gak eror walau terkontaminasi micin setiap hari.

Oh ralat, memang otaknya gak eror, tapi akhlaknya iya.