One : The Beginning

446 41 8
                                    

Sebagai penyuka musim panas, Tina keberatan jika harus bertempat tinggal di daerah yang dingin namun dengan terpaksa ia harus menginjakkan kaki ke kediaman sang ayah setelah sekian tahun tak berkunjung. Kali ini bukan hanya sekedar berkunjung, Tina akan menempati rumah minimalis berlantai 2 itu bersama ayah-nya. Tina telah menghabiskan waktu cukup banyak dengan sang mommy, sejak perceraian resmi mereka 6 tahun lalu dan Tina ikut mommy-nya. Tina menghela nafas, ia masih berdiam diri di dalam taxi memandangi bangunan minimalis di sampingnya. Rumah sang ayah. Rumah yang akan ia tinggali untuk waktu yang tak pasti. Usai menghela nafas beberapa kali, Tina turun dari taxi dan menyampirkan tas jinjing di bahu kanan. Si supir taxi menurunkan koper Tina, meletakkannya di sebelah gadis itu.

"Thank you, sir" Tina tersenyum kecil. Si supir balas tersenyum, ia pamit dan taxi itu pun menjauh dari hadapan Tina. Si gadis melihat sekeliling yang cukup sepi, kaki jenjang itu melangkah perlahan.

Bruk!

"Awh!" Tina tergelincir akibat salju yang mencair.

"Astaga! Tina!" Seorang pria paruh baya yang masih tampak muda tergesa menghampiri dan membantu Tina berdiri.

"Are you okay, honey?" Tanya-nya khawatir.

"I'm just fine" jawab Tina membersihkan sisa salju di belakang celana jeans. Ah sial, celananya lumayan basah.

"Uncle Sean!"

Seorang pemuda mendekat pada keduanya, Sean -ayah Tina- tersenyum pada pemuda itu. Keduanya menoleh pada si gadis yang masih sibuk dengan jeans setengah basahnya, ia misuh-misuh sendiri.

"Aish, i hate wet!" Keluhnya.

"Halo..? Christie?" Si pemuda menyapa.

Si pemilik nama mengerjap, ia menyipitkan mata melihat pemuda itu dari atas kepala hingga kaki. Kenapa pemuda ini bisa memanggil nama depan-nya?

"Kau mengenalku?" Ia bergumam.

"Tina, he is your childhood friend, kau tidak mengenalnya lagi? Ini Jack, dulu kau sering memanggilnya Jackie.. am i right, Jack?" Sean berujar. Jack tersenyum dan mengangguk.

"Ohh.. maaf, aku tak mengingatnya dengan jelas" Tina menggeleng pelan.

"Tak apa, senang bisa melihatmu lagi. Berkunjunglah ke rumah jika ada waktu senggang, teman-teman yang lain pasti akan senang dengan kedatangan-mu" Jack berujar dengan senyuman tampan.

"Okay.." Tina mengangguk bingung.

"Ayo masuk, ganti pakaian-mu yang basah itu" ujar Sean, Tina mengangguk pada Sean.

"See you later, Christie" Jack tersenyum.

"You too, Jack" Tina balas tersenyum.

❄️❄️❄️❄️❄️

Hari ini Tina mulai berkuliah, di kampus baru yang ada di Raindown Village. Ugh! Tina sangat benci beradaptasi, ia tak bisa bergaul dengan mudah mengingat pribadinya yang cenderung lebih ke introvert person. Tina keluar dari rumah dan menemukan Sean di depan rumah, berdiri di sebelah sebuah mobil yang cukup tua. Tina mengerutkan kening namun ia tetap menghampiri sang ayah.

"Ayah, mobil siapa ini?" Ia bertanya.

"Yours" jawab Sean.

"Mine?" Tina mengerjap, ia telisik seluruh sisi mobil lalu menatap Sean yang tersenyum.

"Bagaimana? Kau suka? Maaf kalau tak sebagus pemberian mommy-mu" ujar Sean yang membuat Tina tersenyum kecil.

Sean menghela nafas pelan, ia harus mengakui kalau Irene lebih baik mengurus dan memenuhi segala kebutuhan anak gadis mereka. Irene itu berasal dari keluarga mampu. Sean tersenyum hangat, ia merasa tak layak menjadi ayah dari Tina yang kehidupannya mengukuti gaya Irene. Semua barang branded, memiliki aura yang mewah dan mahal dalam diri masing-masing. Tipikal orang kelebihan uang dan materi.

[✔️] ECLIPSETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang