Twenty Four : The Battle (END)

209 13 0
                                    

Pagi datang, cuaca begitu dingin dan udara sedikit berkabut membuat jarak pandang manusia namun tak berlaku bagi vampir. Leo bersama Morgan, Yordan juga Joshua berada di halaman belakang rumah keluarga Ekezeil yang luas.

"Apa yang akan kita lakukan, uncle?" Si kecil bertanya.

"Mari latih kemampuan membaca fikiran-mu, nak" Yordan menjawab.

"Caranya?" Kepala Leo sedikit miring ke kanan.

"Lihat uncle, coba baca apa yang uncle fikirkan saat ini" Morgan bersuara.

Leo mengangguk patuh, ia diam menatap lurus Morgan yang tersenyum. Kening Leo berkerut, tak lama kemudian ia mengerjap dan berakhir dengan decakan kesal.

"I can't read it" keluhnya.

"You can't?" Koor Joshua-Yordan.

"Fokus, boy, i know you can" Morgan berujar.

Lagi, Leo menatap lurus Morgan dan kali ini ia tersenyum kecil. Ketiga paman-nya menaikkan alis kompak, Leo sumringah.

"Aha! Uncle sedang memikirkan aunty Venus saat ini!" Leo berucap penuh semangat dan ucapan-nya membuat Yordan-Joshua tertawa.

"Hahaha, tak bisakah kau memikirkan hal lain, Morgan? Kau malah memikirkan Venus selagi kau mengajari Leo? Ckckck" Joshua menggelengkan kepala, Morgan merotasikan mata.

"Good job, Leo" Morgan tersenyum dan menepuk singkat pucuk kepala si kecil.

"Try me, boy" Joshua menyahut.

"Uncle mengakui kalau aku tampan?" Gumam Leo, Joshua terkekeh dan mengangguk setuju.

"Yes, you are. Kau memang tampan, nak" Joshua senang, Leo membaca fikiran-nya dengan tepat.

"Great, kau cepat belajar" Yordan tersenyum.

Leo tersenyum lebar, ia senang dipuji dan senang karena mahir mengendalikan kekuatan-nya di waktu yang cukup singkat.

"Ayo kembali" ajak Morgan.

"Oh? Where have you been, my boy?" Leo menoleh pada Tina, ia segera mendudukkan diri di sebelah sang mommy di sofa dan memeluknya.

"Di belakang, belajar dengan uncle" jawab Leo, ia benamkan wajah di dada Tina.

"Belajar apa, hm?" Gumam Tina mengelus surai si anak.

"Membaca fikiran" Leo ikut bergumam, ia bergerak menyamankan diri dalam dekapan si mommy.

"Can you?" Tanya Tina, Leo mengangguk tanpa melepas pelukan.

"Anak pintar" puji Tina, ia kecup pucuk kepala sang anak.

"Guys!"

Venus datang dengan wajah panik, semua bingung melihatnya dan di belakang Venus ada Peter-Lucy-Hans. Leo menoleh, ia mengerutkan kening dan mencoba membaca fikiran sang aunty. Ia mengerjap beberapa kali usai membaca fikiran Venus, Leo segera menegakkan tubuh.

"Siapa The Medalion itu, aunty?" Leo bertanya.

Pertanyaan si kecil menimbulkan reaksi kaget dari semua vampir disana terutama Tina dan Hans, kenapa Leo bisa tahu tentang The Medalion? Semua saling pandang, tak ada yang bersuara dan wajah panik Venus menjadi lebih panik setelah Leo bertanya.

"Aunty?" Leo menaikkan alis karena Venus tak kunjung menjawab, ia menatap Tina.

"Mommy, what The Medalion is?" Ia bertanya pada mommy-nya.

"Kuasa hukum dunia vampir, sayang" jawab Tina.

"Kenapa mereka berniat untuk datang dan membunuhku juga mommy?" Leo bertanya lagi, Tina melebarkan mata.

[✔️] ECLIPSETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang