Waktu berlalu, tak terasa telah 8 bulan usia kandungan Tina. Veca datang dengan 2 kantong cairan merah kental, memberikan-nya pada Tina. Kalian bertanya apa itu? Darah. Iya. Tina mengonsumsi darah sejak usia kandungan-nya 3 bulan, mungkin karena ia mengandung anak dari vampir yang membuat ia harus men-transfer darah ke calon bayi. Tina dengan terpaksa meminum darah, ia merasa bugar usai menelan cairan merah yang kental itu. Veca tersenyum, membereskan kantong-kantong darah yang telah dihabiskan Tina.
Selama mengandung, Veca selalu berada disisi Tina dan tak pernah meninggalkan si manusia seorang diri kecuali ada Venus atau Lucy. Veca yang paling memperhatikan Tina, memastikan Tina menjaga kesehatan dan selalu menceramahi si manusia sebelum tidur. Tina menyukai-nya namun jujur, ia sangat merindukan Hans. Si pria tak pernah menghampiri Tina selama 7 bulan ini, tega sekali bukan? Malam ini Tina duduk bersandar di sofa dengan tangan yang terus mengusap lembut perut besar-nya, ia tersenyum lirih.
"Tina" panggil Veca.
"Ya?" Tina menoleh.
Manik hazel Tina mengerjap lambat, ia melihat Veca datang namun fokus-nya tertuju pada sosok yang ada di belakang Veca. Hans. Hans datang menemui Tina setelah 8 bulan, untuk pertama kalinya.
"Someone is missing you" Veca bergeser dan mendorong Hans maju.
"Aku tinggal kalian berbincang. Kau, si bodoh! Jangan berani berbuat yang aneh-aneh pada Tina atau kau akan mati di tanganku malam ini juga!" Veca menunjuk tepat ke wajah tampan Hans.
"Aku tak mungkin melakukan itu pada Tina" Hans menyahut.
Veca mengangguk enggan dan tersenyum pada Tina sebelum keluar dari kamar, Hans terdiam di tempatnya berdiri. Bingung harus memulai obrolan, ia berjengit ketika Tina bersuara duluan.
"Hai" Tina menyapa.
"Hai" balas Hans, Tina tersenyum manis membuat Hans berani mengambil langkah untuk mendekat.
"Kau datang juga.. aku fikir kau tak akan perduli lagi padaku" ujar Tina, lirih.
Hans menggeleng cepat dan duduk di sebelah Tina, meraih kedua tangan putih sang istri. Mengecup-nya bergantian, Hans menatap lekat rupa cantik Tina dan tersenyum sendu.
"I'm sorry, Tina.. seharusnya aku tidak mengabaikan-mu, aku mohon maafkan aku" sesal Hans.
Tina tak menyahut, ia hanya tersenyum dan maniknya mulai berkaca-kaca. Hans segera menangkup kedua pipi itu, mengusap lelehan airmata yang mengalir disana sambil menggelengkan kepala.
"Don't cry, please.. i'm so sorry" lirih Hans.
"Apa kau masih mencintaiku, Hans?" Tina bertanya pelan, ia pegangi tangan besar Hans.
"Cintaku tak pernah hilang, i will always loving you no matter what. Maaf, aku mengabaikan-mu selama ini.. i'm so sorry, Tina" Hans menjawab dengan raut penuh penyesalan.
"Aku senang mendengar-nya" gumam Tina. Hans tersenyum, melirik ke perut besar Tina dan menyentuh-nya.
"Bagaimana kabar dia?" Hans bertanya.
"Baik, dia sangat ingin mendapatkan perhatian dari daddy-nya" jawab Tina, Hans menundukkan wajah.
"Hey baby, maafkan daddy-mu ini, hm? I'm so sorry, dear.. please forgive me, keep growing and stay safe.. daddy menunggu kelahiran-mu" Hans berbisik dan menyematkan kecupan sayang disana, ia elus lembut perut besar Tina.
"Shh.." Tina meringis merasa si calon bayi bergerak.
"Dia bergerak, Tina!" Hans heboh, ia pejamkan mata dengan telapak tangan yang masih berada di perut besar sang istri.
KAMU SEDANG MEMBACA
[✔️] ECLIPSE
Vampire"You gave me everything just by breathing, little sheep" . . . A love story about vampire, human and werewolf.