Bab 7 - Pupa
- - -
Fajar
Fajar yang terikat seperti mumi latex di tengah kegelapan itu dipasangi berbagai peralatan pada tubuhnya, dua selang cairan infus tertancap di tangan kiri dan kanannya, sebuah selang untuk menampung pembuangannya dan selang untuk menampung kencingnya yang terhubung dengan sebuah botol yang akan dialirkan ke mulutnya kembali untuk ia minum.
Gelap, dingin, sempit, nafasku sesak, sel-sel tubuhku serasa terbakar, tapi yang kurasakan hanyalah rasa dingin dan sepi. Entah sudah berapa lama aku terjebak di dalam kegelapan ini, hal terakhir yang kuingat adalah lonjakan nikmat bagai surgawi yang memenuhi otakku. Seluruh tubuhku tak dapat bergerak, dari seluruh tubuhku yang menderita rasa perih dan sakit berasal dari puting dan kontolkulah yang menjagaku agar tetap terjaga. Mengapa aku seperti ini? Mengapa Mas Galih melakukan ini padaku? Kenapa aku harus menderita seperti ini? Kenapa?? Kenapa????
Ditengah kecemasanku, aku pun menyadari, aku tak dapat lagi menghirup aroma Mas Galih dari masker ini, AKU TAK BISA!! AKU TAK BISA!!! AKU MEMBUTUHKAN AROMA MAS GALIH!!! Seluruh sel tubuhku bergetar hebat dan pori-poriku mengeluarkan butiran keringat yang mengucur deras, seluruh tubuhku serasa pecah, nafasku seakan-akan akan berhenti kapan saja, AKU MEMBUTUHKANNYA!! AKU MEMBUTUHKANNYA!!! AKU MEMBUTUHKANNYA!!!! AROMA MAS GALIH!!!! AROMANYA!!!!!!! AKU BENAR-BENAR MEMBUTUHKANNYA!!!!! MATI.......AKU BISA MATI.....AKU MAT.......
Fajar yang kehabisan dosis aroma dari Galih pun tumbang dengan mulutnya yang mengeluarkan busa putih, alat pengukur jantung yang memperlihatkan aktivitas jantungnya mengeluarkan bunyi yang datar, ia sudah berhenti bernafas, pemuda malang itu sudah meninggal. Mendadak sebuah bunyi mesin menyala dan memberikan kejutan listrik pada puting dan alat yang tertancap di dadanya, sebuah tabung udara pun kembali dialirkan ke paru-parunya. Ya, udara itu adalah aroma tubuh Galih yang sudah bercampur narkoba. Fajar yang sudah tidak bernafas tiba-tiba bernafas lagi, berkat kejutan listrik di puting dan dadanya serta pasokan aroma tubuh Galih yang baru, Fajar bernafas terengah-engah, ia sadar sudah mengalami mati shock selama 5 detik tapi dibangkitkan kembali.
Fajar semakin paham, kalau kini ia sudah tidak dapat lagi hidup normal karena ia membutuhkan udara khusus yang memiliki aroma tubuh Mas Galih, ia tidak dapat lagi melawannya atau berpisah dengannya, karena jika ia berpisah dengan Galih, ia akan langsung mati. Pikirannya dipenuhi dengan keputusasaan dan rasa takut akan kehilangan Galih, ia yang sudah hidup kembali bisa kapan saja mati jika tidak ada Galih di dekatnya. Dari kejauhan Fajar dapat mendengar suara pintu dibuka, dan ia dapat mencium aroma yang datang walau wajahnya ditutup masker, itu adalah aroma segar dari Galih. Secara reflek, ia menjulurkan lidahnya dan menjilat-jilat maskernya, butir butir embun air karena nafasnya dapat terlihat dibalik masker itu, ia benar-benar ingin Galih saat itu juga. Galih kemudian mendekatinya dan membuka penutup mata Fajar, tampaklah sepasang mata yang bergerak tak beraturan dengan kantung mata hitam dan pupil tak fokus yang menatap Mas Galih seperti mengharapkan sesuatu. Galih mengelus-elus rambut milik Fajar seperti mengelus anjing.
"Anak baik, kamu hebat bisa tahan sebulan tanpa saya, kamu berhak mendapat hadiah"
Fajar pun terengah-engah dan kepalanya berusaha dengan keras maju seperti ingin menjilati kontol Galih
"Kamu mau kontol saya?"
Fajar mengangguk berulang kali
"Oke, sebagai hadiah karena kamu sudah patuh akan kuperkosa kamu malam ini dengan brutal sampai kamu tak sanggup lagi berdiri, siap?"
Fajar mengangguk dengan cepat dengan lidahnya terjulur dan terengah-engah seperti anjing.
- - -
KAMU SEDANG MEMBACA
Pabrik Laki-Laki (On going series)
Художественная прозаMenceritakan Fajar, seorang pemuda lugu dari kampung yang pergi ke Ibukota untuk menafkahi keluarganya di kampung sebagai kuli sekaligus mencari tempat dimana ia seharusnya berada. Pemuda lugu yang tidak pernah mengenal kerasnya kota Jakarta secara...