÷ Rain 17 ÷

125 33 8
                                    

Happy Reading :)

“Aku nggak bisa terlalu lama di sini, Ndy. Aku harus pulang ke Semarang besok. Makasih buat kamu karena udah sepenuh hati jaga Jasmine. Aku berhutang budi banyak sama kamu,” ucap Adara sambil memegang kedua tangan Cindy.

“Kamu baik-baik aja di Semarang kan?”

Adara mengangguk. “Lebih baik. Tapi, Ndy. Aku belum punya keberanian buat bawa Jasmine ke Semarang. Aku harus kerja dan aku juga nggak bisa terus titip Jasmine sama Tante Duwi. Jadi, aku mohon sama kamu. Kamu masih bisa jaga Jasmine untuk sementara waktu kan?”

Cindy mengangguki ucapan Adara. “Iya, ada Laura sama Kina juga. Anak-anak di panti juga banyak. Jasmine aman di sini.”

Adara menghela napas di sebuah kursi taman bermain sembari menatap anaknya. “Aku Ibu yang jahat, Ndy.”

“Jangan bilang gitu.”

“Aku tinggalin dia di panti waktu umur satu bulan. Aku nggak tau harus gimana lagi.” Adara menunduk. Matanya berkaca-kaca ketika ia kembali mengingat malam itu. Malam di mana ia sangat putus asa dengan keadaannya.

“Kamu Ibu yang hebat.”

Adara menghapus air matanya.

Ya, Jasmine adalah anak kandung Adara. Ia menitipkan Jasmine semenjak umur satu bulan setelah lahir di sebuah panti asuhan yang belum terlalu besar saat itu. Jasmine tumbuh sebagai anak perempuan yang cantik, aktif dan ceria.

Ia hadir karena sebuah kesalahan Adara yang bahkan kedua orangtuanya dan seluruh keluarga, kerabat serta teman-temannya tidak tahu bahwa Adara punya anak. Hanya Tante Duwi yang tahu dan menerima keadaan Adara. Ia juga sempat depresi ketika hamil Jasmine.

Diumurnya yang masih 19 tahun saat itu ia terpaksa harus menerima konsekuensi yang telah ia perbuat. Masih sangat muda ketika Adara terpaksa harus mempunyai seorang anak, tanpa seorang suami yang mendampinginya.

Hal itu karena kesalahan Adara bersama seseorang yang Adara yakin adalah dia. Ia pergi ke tempat dengan musik berdentum bersama gengnya. Tanpa ia sadari, ia mabuk dan semua itu terjadi. Lelaki itu adalah lelaki yang telah menyakiti Adara. Yang pergi tanpa pamit, dan Adara membencinya sampai saat ini. Walaupun ia sedikit blur malam itu untuk melihat wajahnya. Akan tetapi Adara yakin.

Ayah dari Jasmine adalah Joshua.

Sebab malam itu ia juga datang bersama Joshua. Dan yang memasuki sebuah kamar di tempat itu hanya ia dan Joshua sebelum Adara benar-benar kehilangan kesadarannya.

Bagian paling menyakitkan. Joshua melupakan hal itu dan ia akan menikah beberapa hari lagi mulai dari hari ini. Seakan tidak ada rasa penyesalan atau bahkan pertanyaan apakah malam itu Adara baik-baik saja. Lelaki paling brengsek di hidupnya akan menyambut sebuah bahtera baru. Itu adalah sebuah lelucon paling lucu dalam hidup Adara.

Maka dari itu, Adara akan mencoba terlihat baik-baik saja. Ia akan menunjukkan pada Joshua bahwa ia bisa lebih bahagia, dengan mengajak Nararya untuk menjadi pacarnya, lalu membawanya untuk menemani Adara datang ke pernikahan Joshua. Setelah pernikahan Joshua selesai, Adara akan memutuskan hubungannya dengan Nararya.

Pandangannya kembali mengarah ke depan, saat Jasmine mendekat dan ia mendatangi Ibunya. “Mama, kemarin salah satu temen aku tanya tentang ayah. Di mana ayahku, Ma?” tanya Jasmine membuat Adara melihat ke arah Cindy.

“Kenapa aku nggak punya ayah?” tanyanya sekali lagi.

“Tapi kan temen-temen di rumah juga nggak punya ayah,” kata Cindy.

“Tapi kan aku punya Mama juga. Mereka kan emang nggak diketahui orangtuanya siapa. Kalau aku kan udah tau siapa Mama aku, harusnya aku juga udah tau siapa ayah aku,” ucapnya begitu dewasa membuat Adara menatap anak itu tajam. “Jangan tanya hal itu. Kamu masih kecil.”

Cindy menahan tangan Adara agar emosinya tidak meluap.

“Jangan pernah tanya tentang ayah kamu. Dia bukan orang baik,” kata Adara.

“Apa dia jahat?”

Adara mengangguk. “Ya. Jadi jangan tanya lagi ya,” suruh Adara.

Jasmine mengangguk dan kembali bermain ke tempat yang ia singgahi tadi. Cindy memegang tangan Adara. “Kenapa kamu jelasin ke dia kayak gitu?” tanya Cindy.

“Aku nggak mau dia terus tanya mengenai hal itu. Karena aku belum bisa jawab.”

“Tapi nggak seharusnya kamu bilang kalau ayah dia orang nggak baik kan?” tanya Cindy sekali kali.

“Dia memang bukan orang baik. Bahkan dia mau menikah beberapa hari lagi sama perempuan lain.” Adara tertawa.

“Kamu udah ketemu sama dia?”

“Ya. Dia jauh lebih bahagia kayaknya. Jadi, buat apa aku harus menjelaskan kalau dia orang yang baik ke Jasmine?”

“Mama! Sini!” Jasmine memanggil dan Adara berdiri untuk menghampiri putrinya. Sedangkan Cindy hanya bisa menghela napasnya.

*****

“Gimana sama Jasmine?” tanya Tante Duwi ketika Adara sudah kembali ke rumah. Ia keluar dari kamar setelah bersih-bersih.

“Dia sehat dan semakin aktif.”

“Nak, bukanlah lebih baik kamu bawa aja Jasmine ke sini? Udah enam tahun kamu titipkan Jasmine di sana,” suruh Tante Duwi membuat Adara meletakkan gelas berisi air minumnya ke atas meja makan.

“Aku bakal bawa dia. Tapi nggak di waktu yang dekat ini. Aku belum bisa urus dia karena aku masih harus kumpulin uang banyak,” balas Adara.

“Tapi, Tante bisa bantu kamu buat rawat Jasmine.”

Adara mendekat ke arah Tante dan duduk di sebelahnya. “Kehadiran aku di sini ngerepotin Tante. Aku nggak mau nanti Tante semakin kewalahan dengan kehadiran Jasmine.”

“Kamu bilang apa sih, Dara? Tante nggak pernah merasa repot. Tante seneng kamu ada di sini, apalagi kalau nanti Jasmine juga tinggal di sini. Rumah ini bakalan lebih hidup dari biasanya,” jelas Tante Duwi membuat Adara menunduk dengan tatapan sendu.

“Aku belum bisa. Tapi aku janji bakal bawa Jasmine suatu saat nanti kalau aku merasa semuanya udah baik-baik aja.” Adara berdiri dan berjalan ke arah dapur.

“Oke, malam ini aku yang bakal masak. Tante mau dimasakin apa?” tanya Adara. Tante Duwi tidak menjawab, ia terus memandangi Adara dengan kedua mata berkaca. Air matanya turun dan ia menghampiri perempuan itu. Menariknya ke dalam pelukan hangat.

Adara terpaku merasakan pelukan Tante Duwi. Bahu wanita paruh baya itu bergetar karena isak tangis. Tangannya yang sudah sedikit menua mengelus punggung Adara dengan begitu lembut.

“Dara, kamu perempuan yang hebat. Kamu Ibu yang hebat buat Jasmine. Tolong tetap bertahan dan selalu bahagia,” ucap Tante Duwi.

Adara membalas pelukan Tante Duwi, kemudian ia mengangguk dengan air mata yang ikut turun.

Ia sudah menjalani kehidupan berat. Setelah ini, Adara akan bahagia. Ia akan bahagia bersama Tante Duwi dan Jasmine. Adara janji akan membahagiakan mereka suatu saat nanti. Dan itu pasti akan terjadi.

*****

Bersambung...

-Day

#day17#tim1#absen32
11.15 WIB
17.05.2023

The Rain In November ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang