÷ Rain 30 ÷ [Selesai]

346 37 8
                                    

Happy Reading :)

Sepulang Adara dari Salatiga untuk mengantar Jasmine. Ia langsung menemui Nararya di Kota Lama. Katanya lelaki itu hendak memberi Adara sebuah hadiah.

Awalnya Adara menolak. Tapi, yang namanya Nararya Chandrawinata adalah seorang paling cerewet di dunia. Ia terus membombardir telepon serta chat pada nomor Adara. Sudah Adara blokir, ia bisa mengirim pesan dengan nomor baru. Sampai Adara heran, Nararya punya nomor berapa sih?

“Kamu di mana?” tanya Adara ketika malam ini celingukan mencari Nararya di tempat biasanya mereka duduk. Di dekat gereja blenduk Taman Srigunting. Tapi, lelaki itu tidak menunjukkan batang hidungnya di sana.

“Arah jam tiga.”

Adara memutar tubuhnya. Ia menghela napas lelah. Ternyata Nararya ada tepat di belakangnya. “Aku pukul ya kamu.”

Lelaki itu tergelak dan memasukkan ponsel ke dalam sakunya. Ia tampak membawa sebuah kue dan dua bubble tea .

“Ada acara apa?” tanya Adara.

“Lagi pengen aja.”

“Kamu mau buat aku lebih gendut lagi?” tanya Adara kesal. Mana kue dan bubble tea itu terlihat menggiurkan baginya.

“Enggak, Kak. Ini tulus dari hati yang paling dalam. Anggap aja ngedate.”

“Ngedate gigimu.”

Mereka duduk di tempat biasanya.

“Maaf, tadi nggak bisa antar Kak Adara ke stasiun.”

“Nggak masalah. Eh, ini Kak dimakan aja jangan sungkan,” suruh Nararya sambil mengeluarkan insulin pen dari dalam tas kecil yang ia bawa.

“Mau disuntikkin nggak?” tawar Adara.

“Boleh banget. Soalnya kalau disuntikkin Kak Adara nggak berasa sakit.”

“Sini,” minta Adara pada Nararya.

“Kak Adara beneran pengen jadi dokter ya?” tanya Nararya.

“Iyalah! Kalau nggak beneran, ngapain aku sampai ikut banyak olimpiade biologi waktu di SMA?” sembur Adara.

“Wah kerenn,” puji Nararya.

Lelaki itu terus saja bergerak sampai membuat Adara kesal.

“Diem!”

“Galak banget.” Ia mengerucutkan bibirnya.

“Kalau nggak bisa diem, aku suntikkin ini ke jidat kamu,” ancam Adara membuat Nararya menatap dengan kilah ketakutan. Galak juga Adara. Memang galak sejak awal sih.

“Iya, sayang. Aku diem.”

Hal itu refleks membuat Adara tidak jadi menyuntikkan insulin. Malah Nararya mendapat pukulan di lengannya kirinya.

“Aduh, nggak sakit kok.”

Memang Nararya suka sekali menggoda Adara sejak mereka masih SMA. Setiap hari, Adara tidak pernah tidak dibuat kesal dan marah-marah oleh Nararya. Dasar annoying boy.

“Kenapa kamu nggak beli yang pompa aja, Na?” tanya Adara setelah selesai menyuntikkan cairan tersebut.

“Apa ya? Aku cuma nggak mau nunjukkin ke banyak orang ketidaksempurnaan aku aja,” balas Nararya.

The Rain In November ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang