Happy Reading :)
Malam ini Adara memutuskan untuk pergi ke Kos Nararya. Ia membawa totebag berisi kemeja untuk Nararya yang senada dengan dress-nya yang akan dikenakan ke pernikahan Joshua. Sampai di sana, ia membunyikan bel, tapi belum mendapat tanda-tanda orang yang keluar dari dalam. Malah ia mendengar suara gesekan biola dari jendela atas.
Schumann: Dichterliebe, Op. 48 - I. Im wunderschönen Monat Mai
“Permisi,” panggil Adara sembari membunyikan bel lagi.
Sampai seorang lelaki jangkung berkulit tan keluar membukakan pagar. “Iya, cari siapa ya?”
“Ah, Nararya ada?” tanya Adara.
“Oh ada, sebentar aku panggilin.” Dia adalah salah satu penghuni baru. Arez namanya. Lelaki itu masuk untuk memanggilkan Nararya. Namun, ketika Arez hendak membelok pada kamar Nararya, Reksa menghentikan langkahnya.
“Jangan diganggu dulu, dia lagi kacau,” ucap Reksa membuat Arez bingung. “Ada yang cari dia, Bang.”
“Siapa?” tanya Reksa.
“Nggak tau, perempuan,” jawab Arez. Reksa memilih untuk turun dan melihat siapa yang datang dan ingin menemui Nararya.
“Mbak Adara?”
“Reksa, Nararya ada?”
Reksa berjalan keluar pagar dan bilang kalau Nararya sedang ada urusan di dalam. “Dia lagi nggak bisa diganggu. Ada yang mau disampaiin sama dia, mbak?” tanya Reksa. Lelaki itu memang paling tahu tentang Nararya, walau Nararya tidak pernah bercerita padanya.
“Oke, aku minta tolong kasih ini ke Nararya.” Adara memberikan totebag tersebut pada Reksa.
Nada yang ditimbulkan dari gesekan biola membuat Adara menatap ke atas lagi. Agaknya itu bersumber dari kamar Nararya. Apa iya itu adalah suara dari alat musik yang Nararya mainkan? Adara ingin bertanya pada Reksa. Akan tetapi ia sungkan.
Menyadari apa yang dipikirkan Adara. Reksa terkekeh, “Dia emang berbakat di bidang itu, mbak. Tapi, aku lebih suka dia main gitar dari pada mainin biola,” kata Reksa.
“Nararya yang mainin biola?” Adara bertanya demikian dan Reksa mengangguki pertanyaannya.
“Bagus banget, aku suka,” tutur Adara dan ia terus menatap ke jendela atas.
“Awalnya aku juga suka. Apalagi setiap lagu yang dia mainkan selalu menghipnotis aku. Menenangkan jiwaku juga. Tapi di sisi lain, setiap gesekan yang ia mainkan malah merepresentasikan sebuah perasaan yang membuatnya,”
“Siapa, Sa?” sahutan suara di belakang membuat Reksa menghentikan ucapan. Dia Nararya. Lelaki itu keluar ketika melihat Reksa berbicara dengan seseorang dari atas jendela. Ia menghentikan memainkan biola itu dan memilih turun ke bawah.
“Mbak Adara.” Reksa memberikan totebag kepada Nararya, lalu ia masuk meninggalkan mereka berdua.
“Kamu keren,” puji Adara dengan senyuman lebar. Senyuman Adara dan nada suaranya terdengar lebih tenang. Suara lembut yang jarang Nararya dengar menghipnotisnya malam ini. Hatinya terasa lega.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Rain In November ✓
Fanfiction[TELAH TERBIT] Adara Isvara Nareswari sangat membenci bulan kelahirannya. Sebab di bulan itu, Ayah, Ibu, dan Kakak perempuannya dibunuh oleh dua orang teroris dan meninggalkan luka teramat dalam bagi Adara. Bahkan, luka tersebut belum sembuh sepenuh...