Revisi
.
.
._____
Waktu menunjukkan pukul 05.30 pagi. Aruna yang terbangun karna alarm itupun mulai beranjak bangun mempersiapkan diri untuk ke sekolahnya.
"Aaaahmmm," gadis itu masih saja menguap sambil melangkahkan kakinya menuju kamar mandi.
"Woyy Kak!" Teriak Raka dari lantai atas yang mendapati sosok Naresh yang tengah duduk di ruang tamu rumah mereka.
Naresh hanya membalas dengan tatapan tajam lalu kembali sibuk dengan kegiatannya disana.
Raka yang merasa kakaknya tidak memperdulikannya saat itu juga pergi untuk menghampirinya.
"Apa? Gue males teriak," ucap Naresh yang melihat sang adik tengah berdiri dihadapannya.
"Gue udah harus berangkat nih sama kak Arga buat ke kantor soalnya ada meeting penting!" Ucap Raka.
"Berangkat aja gausah berisik!" Jawab Naresh ketus sambil melihat jam yang masih menunjukkan pukul 06.00 pagi.
"Aruna yang nganter siapa? Lo apa kak Dimas? Gue cuma mau nanyain itu." Tanya Raka.
"Gue!" Jawab Naresh singkat.
"Oke kalau gitu gue berangkat duluan."
"Hmm," jawab Naresh.
Arga yang melihat kedua adiknya itu kemudian menghampiri mereka.
"Raka lo dah siap?" Tanya Arga.
"Udah kak," jawabnya.
"Naresh, kakak berangkat dulu ya. Hati-hati nanti anterin Aruna, gue mau pamit tapi dia belum selesai mandi, titip salam aja."
"Ok," jawab Naresh.
Arga dan Raka kini berangkat terlebih dahulu ke tempat kerja untuk mempersiapkan meeting pagi hari ini. Sarapan pagi dengan sepotong sandwich dalam perjalanan mereka menuju kantor cukup terasa nikmat.
Dimas yang saat ini sedang bersiap pun mengambil beberapa barang dan memasukkannya kedalam tas setelah bercermin membetulkan dasinya. Saat hendak ke bawah dia melewati kamar Aruna dan mendengar teriakan dari dalam kamar adiknya itu.
"Aaaaghhhh," teriak Aruna.
Dimas saat itu juga langsung menghampiri asal sumber suara dan mencari keberadaan adik bungsunya.
"Aruna kamu dimana? Ada apa? Apa yang terjadi? Kenapa teriak?" Tanya Dimas dengan sangat khawatir dan mencari keberadaan adiknya itu.
"Awww kak Dimas aku di sini, di kamar mandi," teriak Aruna.
"Aruna ada apa, apa kau terluka?" Tanya Dimas sambil berusaha membuka pintu kamar mandi itu.
"Kak kaki ku sakit sekali." Rengek Aruna dari dalam sana membuat Dimas semakin khawatir dibuatnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Trauma Aruna Mahendra
Ficção AdolescentePROSES REVISI "Ayah ayah ayo sehabis makan nanti kita mampir ke tempat ini" kata aruna sambil menunjukkan gambar di ponselnya kepada ayahnya. "Sayang nanti dulu ayah lagi nyetir" jawab sang ayah. "Benar sayang ayah sedang menyetir nanti saja saat ki...