Revisi
.
.
."Dua diantara kalian memiliki sumsum tulang yang cocok, Naresh juga Dimas mana diantara kalian berempat?" Tanya dokter Candra pada keempat pria dihadapannya. Naresh dan Dimas lalu menjawab setelahnya.
"Salah satu dari kalian berdua siapa yang akan mendonorkannya?"
"Saya saja dok," ucap keduanya bersamaan.
"Kak biar gue aja ya," pinta Naresh pada Dimas yang kemudian mendapat anggukan sesaat kemudian dari kakaknya itu.
"Oke mari bersiap," ucap dokter Candra.
"Dok tunggu, bisa jelaskan pada kami apa yang sebenarnya terjadi? Kita tidak tahu apapun, ada apa dengan Aruna sampai membutuhkan donor sumsum tulang belakang? Separah apa sampai harus operasi? Memang apa yang terjadi padanya tolong jelaskan pada kami," pinta Arga.
"Aruna mengidap leukimia, sudah beberapa waktu sebenarnya. Kedua orangtua kalian yang membawa Aruna kemari saat itu. Sudah direncanakan dengan baik tanggal operasi dan perawatan Aruna setelahnya, tapi kedua orangtua kalian kembali untuk meminta pengunduran jadwal selama sehari untuk operasinya. Mereka bilang anaknya ingin bersenang-senang sehari saja, hari itu saat hari kelulusan adik kalian. Setelahnya saya menunggu kedatangan mereka namun tak kunjung kembali juga, nomor mereka dihubungi juga tidak bisa. Jadi saya hanya bisa menunggu, entah akan datang atau tidak mereka untuk kembali kesini. Tapi beberapa waktu lalu Aruna kembali dengan keadaannya yang semakin parah, dan dia juga masih meminta sedikit waktu lagi untuk pengobatannya dan berjanji akan kembali kesini. Saya sendiri ngga akan tau dia akan datang dalam kondisi buruk yang ngga pernah saya pikirkan samasekali. Setelah operasi ini berjalan dengan lancar, masih banyak proses panjang yang harus Aruna lewati untuk kesembuhannya, entah fisiknya atau mentalnya juga. Traumanya saya berharap bisa disembuhkan, itu terlalu berat untuk gadis sekecil dia untuk menerima. Dokter Fergino akan menjelaskan lebih detail nantinya, kita harus segera memulai proses operasinya. Mari,"
Panjang kalimat yang dokter itu ucapkan tentu membuat keempatnya tercengang dengan fakta pahit yang baru saja mereka dengarkan. Bahkan sikap kejam yang selama ini mereka berlakukan pada adiknya itu Aruna hanya menerimanya dengan diam tanpa keluhan. Dalam sakitnya pun adik yang seharusnya mengeluh akan dirinya yang rapuh masih saja tersenyum cerah seperti layaknya tidak terjadi apa-apa pada tubuhnya.
"Tuhan tolong selamatkan adikku. Berikan kami kesempatan untuk memperbaiki semuanya." Batin Arga yang masih mondar mandir menunggu adiknya selesai menjalankan proses operasi.
"Bagaimana hasilnya? Bagaimana keadaannya? Apakah operasinya sukses? Apakah dia baik baik saja?" Banyak pertanyaan disana setelah melihat dokter keluar dari ruang operasi.
"Semua baik baik saja" jawab Fergino.
Ketiga kakak Aruna itupun sangat lega setelah menunggu sangat lama.
"Selanjutnya Aruna akan dipindahkan ke ruang pemulihan. Kita akan terus mengawasi perkembangan kondisinya dan menunggu untuk kesadarannya, untuk Naresh dia akan dipindahkan ke ruang rawat."
"Apakah kita bisa menemuinya sekarang?"
"Bisa. Tapi setelah dia dipindahkan, nanti bergantian masuk 1x masuk 2 orang selama 10 menit saja, agar pasien bisa beristirahat dengan tenang," Fergino kemudian pergi meninggalkan mereka setelah Dokter Candra selesai mengurus beberapa hal didalam.
Arga menatap wajah pucat Aruna lewat kaca bulat yang ada di pintu. Perasaannya hancur melihat keadaan adiknya yang terbaring lemah disana.
Tak lama dari itu, para perawat mulai mendorong bed hospital keluar dari ruang operasi. Melihat itu ketiga kakak Aruna mulai mengikutinya keruang PACU. Sesampainya disana mereka masih menunggu arahan diperbolehkannya masuk.
KAMU SEDANG MEMBACA
Trauma Aruna Mahendra
Fiksi RemajaPROSES REVISI "Ayah ayah ayo sehabis makan nanti kita mampir ke tempat ini" kata aruna sambil menunjukkan gambar di ponselnya kepada ayahnya. "Sayang nanti dulu ayah lagi nyetir" jawab sang ayah. "Benar sayang ayah sedang menyetir nanti saja saat ki...