Revisi
.
.
.Naresh nampak tersenyum memperlihatkan bagaimana sang adik yang saat ini tengah terlelap dalam tidurnya selepas meminum obatnya.
Hatinya sempat nyilu sebelumnya melihat sang adik menangis kesakitan, tapi sekarang melihat adiknya yang kini nampak tenang dan baik-baik saja cukup menyenangkan hatinya.
Ia raih jemari kecil sang adik, ia genggam, ia elus dengan lembut seraya berkata dalam hatinya.
'Kakak akan selalu ada dan menjaga mu sayang'
Naresh merapikan selimut sang adik sebelum meninggalkan kamar bernuansa pink biru itu.
Dilihatnya dari atas kakaknya Dimas nampak terduduk di sofa ruang tamu, kakinya mulai berjalan menuruni anak tangga menghampirinya. Naresh pun duduk disebelah Dimas, sesegera mungkin menyandarkan bahunya yang cukup terasa lelah disana.
"Lo gapapa?" Tanya yang disuarakan Dimas membuat Naresh membuka matanya yang ia pejamkan untuk sejenak.
"Emm," jawabnya singkat.
"Aruna gimana?" Tanyanya lagi.
"Gue suru istirahat, sekarang udah tidur."
Notif pesan dari kedua ponsel yang berbunyi secara bersamaan mengalihkan atensi keduanya. Dilihat pesan dari kedua orangtua mereka yang menanyakan keadaan Aruna juga memberi kabar mereka dalam perjalanan pulang dan mungkin akan sampai pada esok pagi.
Dalam pesan itu Naresh menjelaskan keadaan Aruna memang sudah cukup membaik dan sekarang sedang beristirahat. Sebuah pesan juga untuk tidak terlalu khawatir karna Aruna sudah baik-baik saja sekarang.
Meeting yang dilakukan Arga dan Raka baru saja usai, keduanya menuju keruangan Dimas untuk membahas pekerjaan lanjutan mereka namun sosoknya tak terlihat diruangan, juga dengan ruangan Naresh yang nampak kosong tak berpenghuni.
Arga yang kini ingin menghubungi mereka lebih dahulu dikagetkan dengan sebuah pesan dalam group keluarga yang mengabarkan mengenai kondisi adik bungsunya.
"Raka ayo pulang sekarang!" Ajak Arga panik.
"Kenapa kak, kak Dimas dirumah? Kita kan mau ngebahas proyek lanjutan tadi." Ujarnya.
"Ada kabar di group kalau Aruna tadi sempat dibawa kerumah sakit, jatuh di kamar mandi tapi sekarang udah dirumah. Gue mau ngeliat langsung gimana keadaannya sekarang," jelasnya.
"Yaudah ayo kak cepet!" Serunya.
Keduanya pun bergegas mengendarai mobilnya menuju jalan pulang. Meski sudah dipastikan adiknya dalam keadaan baik sekarang tetap tidak menghilangkan kekhawatiran keduanya akan sosok adik bungsu kesayangan mereka. Tidak akan lega rasanya kalau belum melihat dengan kedua mata mereka secara langsung.
Suara langkah kaki yang terdengar tergesa memasuki rumah itu mengalihkan atensi kedua sosok pria yang kini tengah duduk bersandar di sofa menikmati kegiatan masing-masing mereka.
"Gimana Aruna?" Tanya yang pertama kali disuarakan Arga setelah menghampiri kedua adiknya.
"Tenanglah dia baik-baik saja, dia tidur di kamarnya." Jawab Dimas.
Arga langsung menuju ke kamar sang adik setelah mendengar jawaban dari Dimas tadi. Tidak lupa Raka yang mengekor dibelakangnya.
Dibukanya pintu itu perlahan. Kedatangan keduanya pun tak membuat Aruna yang saat ini terlelap merasa terganggu.
Dipandangnya kaki sang adik yang nampak dibalut oleh perban coklat itu membuat keduanya merasa perih, sedari kecil pun mereka berusaha sebisa mungkin untuk melindungi malaikat kecilnya itu. Goresan sekecil apapun sebisa mungkin tidak melukainya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Trauma Aruna Mahendra
Ficção AdolescentePROSES REVISI "Ayah ayah ayo sehabis makan nanti kita mampir ke tempat ini" kata aruna sambil menunjukkan gambar di ponselnya kepada ayahnya. "Sayang nanti dulu ayah lagi nyetir" jawab sang ayah. "Benar sayang ayah sedang menyetir nanti saja saat ki...