Bab 11 - Luxury Gank

347 25 0
                                    

Revisi
.
.
.

Bijaklah dalam membaca, bab kali ini mengandung kata-kata kasar yang tidak pantas ditiru!

_____

Tarikan nafas dalam ia raup sebelum kembali ia hembuskan perlahan. Gadis yang nampak siap dengan seragam sekolah barunya dengan satu jepit rambut berwarna pink yang ia sematkan dirambutnya itu menambah kesan segar pada wajahnya.

Langkah riang ia suarakan saat menuruni satu-persatu anak tangga dirumahnya. Namun setiba dilantai bawah anak itu tidak mendapati satu sosok pun kakaknya yang berada disana. Biasana jam segini mereka akan sarapan  bersama, tapi hari ini tidak ada satupun dari mereka yang berada disana juga nampak tak tersaji satu makananpun diatas meja.

"Non Runa mau sarapan?" Suara itu yang tidak lain milik Bi Ina mengalihkan atensi gadis yang masih berdiri mematung disana.

"Maaf bibi ngga masak, tadi aden ngga ngebolehin bibi masak karna mau sarapan diluar katanya non."

"Iya bi, gapapa kok. Nanti Runa beli makan dikantin aja. Runa berangkat ya bi,"

Di hari pertama diawali dengan pagi tanpa adanya keempat saudaranya, diperjalanan berangkat pun bis yang akan ditumpanginya tak kunjung datang yang membuatnya hampir terlambat di persekian detik sebelum ditutupnya gerbang sekolah.

Dengan nafas yang memburu gadis itu mencoba menetralkan kembali nafasnya. Diapun lanjut berjalan menuju kelasnya. Seperti yang kita tau, kemampuan belajar Aruna sangat baik yang membuatnya mudah sekali dihafali oleh gurunya menjadi salah satu murid pintar dikelasnya.

Di kala jam istirahat berbunyi karna melewatkan sarapan saat dirumah tadi Aruna melangkahkan kaki menuju kantin untuk mengisi perutnya yang sudah begitu terasa lapar, belum mengenal siapapun disana. Terlalu sulit baginya untuk berbaur dengan orang baru, gadis itu terlalu pendiam sampai sulit untuk mendapatkan teman.

*****

"Selamat sore kak, saya Aruna yang mulai partime hari ini,"

Salah seorang pegawai yang memang tahu akan kedatangannya sempat melihat jam yang tergantung di dinding sejenak.

"Cepat sekali datang, ini masih jam 3." Ucap Lala disana.

"Iya kak, Runa belajar dulu disana gapapa kan kak?" Tanya anak itu kemudian.

"Oh iya gapapa, duduk aja disana." Jawab Lala sambil menunjuk ke arah tempat duduk kosong di pojok ruangan.

Meskipun merasa sedikit berat karna ini kali pertama dirinya bekerja, Aruna tetap begitu menikmati harinya dengan binar juga senyum cerahnya seperti biasa.

"Aku pulang," seru Aruna mengalihkan atensi keempat kakaknya yang tengah duduk di ruang tamu rumahnya, namun Naresh kembali fokus akan kegiatannya seperti abai akan Aruna yang baru saja datang disana.

"Kemana aja jam segini baru pulang?" Tanya Arga begitu datar.

"Ma-maaf kak Aruna lupa ngasih tau kalau Runa udah dapet kerja, jadi tadi pulang sekolah langsung pergi kerja kak." Jelasnya.

Sesaat Naresh kembali menatap gadis yang merupakan bungsunya itu, tapi kembali lagi dengan ego nya yang masih begitu tinggi melihat adik yang dimanjanya mulai bekerja sempat merasa nyeri pada hatinya namun tetap merasa acuh akan sosoknya yang kini sedang menatapnya.

"Ohhh. Hari ini bibi pulang kampung anaknya sakit, jadi selama bibi belum balik ke sini, lo harus buatin sarapan dan juga makan malam buat kita! Dan besok-- jam 9 lo harus udah pulang buat nyiapin itu!"

"Tapi kak Runa baru masuk 1 hari kerja, masak udah minta pulang cepet," jawabnya cepat.

"Lo mau ngelawan lagi?!" Tanya sarat akan ancaman itu Arga suarakan.

Trauma Aruna Mahendra Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang