Revisi
.
.
._____
"Bibi saya pamit, tolong segera sampaikan pesan saya tadi setelah mereka pulang kerumah."
Malam ini setelah apa yang terjadi dengan Aruna, Alexa mencoba untuk datang ke kediaman Mahendra untuk memberitahukan keadaan adiknya kepada keempat saudaranya yang lain. Namun yang dia dapat hanya sosok Bi Ina pekerja dirumah itu tanpa keempat sosok yang dicarinya.
"Iya non saya akan segera sampaikan setelah mereka pulang, saya minta tolong jaga Non Runa untuk sementara. Saya akan terus menghubungi mereka setelah ini,"
*****
Seorang Dokter lain tengah mengecek kondisi Aruna saat ini. Gadis yang sebelumnya diperiksa oleh Agusta belum juga menunjukkan kesadarannya setelah 2 hari terbaring dalam ranjang per-sakitannya.
Matanya mulai mengerjap pelan menyesuaikan dengan cahaya ruangan tempatnya kini berbaring. Kala matanya terfokus pada seorang yang tengah berdiri disampingnya. Yang saat ini sibuk membenarkan selang infus ditangan gadis itupun tidak tau akan Aruna yang sudah membuka matanya, Aruna kemudian berteriak.
"Aaaaaaaaaaa pergi!!! Jangan sentuh aku pergiiiii! Kak tolong Runa, kak Naresh tolong Aruna kak!!" Aruna tersentak beranjak untuk bangun. Dia terduduk meringkuk memegangi kedua lututnya tanpa peduli tangannya yang kini berdarah akibat infusnya yang terlepas.
"Jangan mendekattt, menjauh dariku!! Aku sudah minta maaf, jangan pukul aku lagi. Maaf, maaf, maaf, maaf, aku minta maaf," Aruna terus saja berteriak dan bergumam terus-menerus minta maaf.
"Sayang lihat kakak dulu yuk, Runa ngga inget sama kakak hmm? Runa dulu yang nolong mamah kakak, Aruna ketemu lagi sama kakak di taman rumah sakit beberapa hari lalu ngga inget?" Dokter itu mencoba untuk lebih mendekatkan diri pada Aruna, menenangkan dan perlahan membuat Aruna mulai tenang dan mendengarkannya.
"Kak, Kakak," Arunapun kemudian menangis memeluk erat pria yang ada dihadapannya. "Runa takut, Runa takut kak, Runa takut."
"Kakak ada disini sayang, kakak disini." Ucap Dokter dengan nametag bertuliskan Fergino, dia salah satu dokter yang bekerja dirumah sakit yang sama dengan Agusta.
Sadar dengan apa yang dirasakannya dengan bahunya yang kian basah juga gadis yang sebelumnya memberikan pelukan erat kini kian melonggar juga tubuh yang terasa berat disana. Aruna kehilangan kesadarannya dengan hidung yang sudah banyak mengeluarkan darah.
"Perawatttttt!!!!"
Setelah panggilan itu dua orang perawat datang untuk membantu Fergino menangani Aruna yang saat ini dalam penurunan akan keadaan tubuhnya.
Kini sudah banyak kabel yang dihubungkan pada tubuh gadis kecil itu, juga ventilator yang terpasang disana menandakan keadaannya yang terbilang tidak baik-baik saja.
KAMU SEDANG MEMBACA
Trauma Aruna Mahendra
Teen FictionPROSES REVISI "Ayah ayah ayo sehabis makan nanti kita mampir ke tempat ini" kata aruna sambil menunjukkan gambar di ponselnya kepada ayahnya. "Sayang nanti dulu ayah lagi nyetir" jawab sang ayah. "Benar sayang ayah sedang menyetir nanti saja saat ki...