Bab 1 - Keharmonisan Sebuah Keluarga

926 35 2
                                    

Revisi
.
.
.

Revisi

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

_____

Layaknya bunga cosmos yang melambangkan sebuah keharmonisan. Kuharap dengan kehadiranku menjadi pelengkap dalam kesempurnaan dan kebahagiaan.

_ Aruna Binar Mahendra _

_____

Gadis yang terlihat begitu lelap dalam tidur itu tidak mendengar alarm yang sedari tadi terus berbunyi diatas nakas samping tempat tidurnya.

Hanna yang saat ini tengah menyiapkan sarapan bersama dengan itupun menatap jam yang melingkar ditangannya lalu beranjak pergi dari sana menaiki satu-persatu anak tangga dirumahnya menuju ke lantai atas.

Tepat di satu pintu kini dia berdiri, tertempel jelas tulisan berwarna biru dan pink dengan nama sang pemilik kamar itu disana, A-R-U-N-A. Hanna kemudian membuka pintu itu dan menampakkan putrinya yang masih saja terlelap dalam tidurnya menghiraukan dering yang berbunyi terus-menerus dari alarm yang sudah diaturnya semalam.

"Sayang bangun udah pagi, Runa harus pergi ke sekolah kan, ayo bangun." Ucapnya sambil mematikan alarm dan kemudian duduk disamping sang putri mengelus pelan surai rambutnya.

"Aruna ayo bangun," ucapnya lagi menggoyang pelan tubuh sang anak yang masih setia memejamkan mata.

Hanna pun beranjak setelahnya, membuka gorden jendela yang membuat sang anak terbangun akibat silau cahaya yang terpancar ke arahnya.

Gadis itupun bangun sambil sibuk mengucek kedua matanya. Sejenak terdiam menunggu nyawanya kembali terkumpul.

"Selamat pagi sayang, segeralah mandi dan bersiap, setelah itu turun kebawah untuk sarapan bersama ya." Tutur Hanna meninggalkan kecupan kecil di kening putrinya.

"Selamat pagi bu, eumn baiklahh." Jawab Aruna.

Hanna pun pergi meninggalkan kamar putrinya diikuti Aruna yang mulai mempersiapkan diri untuk segera mandi dan bersiap pergi ke sekolah.

Dilantai bawah sudah terdapat sang kepala keluarga yang duduk dimeja makan sambil membaca koran juga menyeruput secangkir kopi yang baru saja disiapkan oleh Hanna. Tidak lama setelahnya keempat anak laki-laki mereka mulai menuruni anak tangga dari kamar mereka masing-masing menuju meja makan dimana sudah terdapat kedua orangtuanya yang tengah duduk disana.

"Pagi ayah, pagi ibu." Sapa mereka.

"Pagi nak," jawab keduanya. Mahendra pun lanjut meletakkan bacaannya.

Keempatnya pun mulai duduk disana.

"Wah ayah, kau terlihat sangat tampan dengan setelah itu." Puji Dimas.

"Benarkah?" Mahendra pun melirik istrinya. "Ibumu yang memilihkannya untuk ayah." Lanjutnya.

"Selera ibu memang yang terbaik." Seru Dimas.

Trauma Aruna Mahendra Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang