2. Patience Limit

424 52 4
                                    

Sullyoon berangkat sangat pagi agar mendapat tempat duduk yang paling diinginkannya sekaligus tempat duduk di sebelahnya untuk Bae.

Melewati lorong yang masih cukup gelap membuatnya sedikit takut. Kenyataan bahwa sepanjang lorong hanya ada Sullyoon seorang membuatnya berpikir bahwa dialah yang datang paling awal.

Gadis itu mulai membuka pintu kelas barunya. "Em? Udah ada yang dateng ternyata" ujarnya saat melihat sudah ada 3 orang duduk di kursi yang mereka pilih. Melihat tempat duduk incarannya masih kosong, Sullyoon segera mengambil alih. Tempat duduk itu berada di sebelah tembok yang sama dengan pintu, nomor 3 dari belakang. Sullyoon juga tidak lupa menaruh totebag di kursi sebelahnya sebagai tanda tempat duduk untuk Bae.

Tidak tahu harus melakukan apa selama menunggu bel masuk yang masih cukup lama berdering membuat Sullyoon hanya mengotak-atik ponselnya. Tepat 10 menit ia memainkan ponselnya, tiba-tiba seseorang memasuki kelas. Tentu Sullyoon langsung mengubah pandangannya dari ponsel menuju rupa laki-laki itu.

"Lah lo lagi" ucap lelaki itu saat melewati tempat duduk Sullyoon. Rupanya ia datang pagi untuk mengamankan 2 tempat duduk paling belakang. Untuknya dan untuk temannya, Kum Junhyeon.

Ini masih pagi, Sullyoon tidak ingin ada perdebatan sama sekali. Ia memutuskan untuk hanya melihat wajah orang itu sebentar kemudian memainkan ponselnya kembali. Namun mengapa lelaki bernama Gyuvin itu tidak kunjung pergi dari samping Sullyoon.

"Apa lagi?" Sullyoon terpaksa mengeluarkan kata. Gyuvin tidak menjawabnya, ia justru menaruh tasnya di kursi depan meja gadis itu. Sullyoon kebingungan, bukannya anak laki-laki biasanya akan mengambil kursi paling belakang. Lantas mengapa Gyuvin justru memilih tempat duduk di depan dia.

Sangat mungkin jika Sullyoon memiliki prasangka buruk atas hal apa lagi yang akan dilakukan orang di depannya. Lelaki itu akhirnya pergi keluar kelas, mungkin ia menuju temannya yang berada di kelas lain. Seperginya Gyuvin, Bae datang dan langsung saja Sullyoon mengangkat tangannya-pertanda bahwa ia sudah memilihkan kursi untuk Bae yang berada di sebelahnya.

---

Waktu istirahat telah tiba. Bae mengajak Sullyoon untuk pergi ke kantin bersama. Namun yang diajak masih sibuk menyelesaikan catatannya. Dia anak yang cukup rajin, berkebalikan dengan teman dekatnya itu. Sullyoon menyuruh Bae untuk pergi ke kantin terlebih dahulu serta meminta Bae untuk memesankan mocha coffe untuknya. Bae menyetujui, ia kemudian berjalan meninggalkan Sullyoon terlebih dahulu.

Catatan Sullyoon diselesaikan, segera ia menutup bukunya dan bergegas menuju ke kantin.

"Dug!" anak itu terjatuh. Melihat ke belakang untuk menemukan penyebabnya, Sullyoon justru melihat kaki Gyuvin yang direntangkan.

"Ga sengaja" ucap pelaku tanpa rasa bersalah sambil masih memainkan ponselnya. Tentu saja itu adalah kebohongan, Gyuvin sengaja merentangkan kaki saat Sullyoon lewat sehingga membuat gadis tersebut terjatuh.

Sullyoon beranjak dari duduknya. Ia merasakan perih pada lututnya. Ternyata terlihat sedikit darah di sana setelah ia periksa. Sullyoon mendengus pelan lalu mengusapnya kasar. Takut Bae menunggu terlalu lama, ia langsung pergi dari kelas untuk mencari wastafel guna membersihkan lukanya yang ternyata disebabkan oleh kerikil lancip kecil yang mengenai lututnya saat ia terjatuh.

Sullyoon tidak bodoh, tentu ia tahu bahwa Gyuvin sengaja melalukan itu. Namun sekali lagi, ia sangat malas untuk beradu argumen terutama dengan Gyuvin.

Sullyoon sudah membasuh lukanya. Ia bergegas menuju kantin, tak sabar menikmati mocha coffenya.

"Lama banget yoon" kesan pertama Bae saat gadis yang lututnya terluka itu menemuinya. Sullyoon berbohong, ia mengaku bahwa catatannya masih banyak yang belum ditulis dibalik kecelakaannya. Lawan bicaranya hanya menggelengkan kepala saat tahu bahwa ia tidak mencatat sama sekali sedangkan temannya itu harus merelakan beberapa waktu istirahat untuk melengkapi catatan. Memang persahabatan harus saling melengkapi.

Bel masuk sudah berdering tadi, Sullyoon menuju bangkunya dengan setengah mocha coffe yang masih ada di genggamannya. Saat melewati bangku Gyuvin, laki-laki itu langsung merebut mocha coffe Sullyoon kemudian meneguknya dengan cepat hingga tidak bersisa.

"Apaan sih?! At least ngomong kalo mau minta!" Sullyoon memiliki batas kesabaran. Setelah mengucapkan itu, ia langsung duduk di kursinya dengan rasa sebal yang memenuhi dirinya.

"Segitu doang kocak, gue beliin lo sama penjualnya juga bisa" balasan pelaku tanpa menatap ke arah gadis di belakangnya.

"Bukan tentang mampu nggak mampu, tapi attitude" jawab Sullyoon tegas dengan nada sedikit tinggi berharap lawan bicaranya dapat menatapnya.

"Attitude attitude tai ayam. Sok banget lo nyeramahin gue?" ucapnya setelah memutar badan ke arah Sullyoon. Menurut Sullyoon ini sudah cukup, ia tidak membalas perkataan itu-beralih memberikan tatapan tajam ke arah Gyuvin.

Gadis itu sangat menyayangkan minumannya. Ah siapapun boleh mengambilnya asal jangan lelaki usil itu.

brat | Kim Gyuvin x SullyoonTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang