Inderanya memperhatikan hujan namun dalam isi kepala perempuan yang sedang berdiri sendirian di balkon rumahnya itu justru melalang buana jauh ke sana. Beberapa bulan telah terlewati dengan sangat indah berkat kehadiran sosok pendamping dan penghibur baginya, Kim Gyuvin.
Namun Sullyoon tidak bisa menghentikan waktu. Tidak lama lagi ia harus melangkah ke jenjang berikutnya, perguruan tinggi. Menginisiasi perpisahan dengan seseorang yang ia cintai saat ini, Kim Gyuvin.
..
"Sayang kamu mau ngambil jurusan apa?"
"Farmasi kayaknya, kalo kamu?"
"Pendidikan jasmani dan keolahragaan hehehe"
"Ngga heran sih, emang kamu suka olahraga.
Cuitan Sullyoon tertahan sesaat.
"Eh, berarti kita bakal beda kampus dong?!"
"I-iya sayang"
Keheningan mulai menyelimuti mereka berdua.
--------------
Hembusan angin tak henti-hentinya menerpa telinga gadis berambut hitam panjang yang sedang duduk mengeratkan kakinya di atas rumput di tepian sawah. Menikmati keindahan sawah di sore hari merupakan hal yang menenangkan baginya setelah melewati tahun yang menyenangkan sekaligus melelahkan baginya.
Terhitung sudah hampir 3 jam gadis itu berada di sana, sendirian tanpa benda logam pipih yang menemaninya. Cahaya yang mengenai wajah paripurna gadis itu mulai berubah menjadi keoranyean.
"Kim Gyuvin?"Gadis yang terlihat malang itu akhirnya mengucapkan dua patah kata setelah terdiam melamun sangat lama. Gadis itu melihat seorang laki-laki yang melewati tapak sawah di depannya. Menggandeng seorang gadis dan tertawa bahagia bersama-sama. Gadis yang terduduk mulai mengganti posisinya menjadi berdiri dan buru-buru mengejar kedua sejoli di depannya yang sepertinya akan menuju gubuk di tengah sawah. Entah mengapa ada perasaan cemburu di hati kecilnya.
Sesekali gadis itu terjatuh dan kakinya merusak padi yang ditanam di bawahnya. Tanpa rasa peduli, gadis itu selalu bangkit dari jatuhnya dan terus mendekati dua orang di hadapannya. 20 menit terlalui namun gadis itu belum juga menggapai dua orang yang amat ia kesali.
"Huft" keluh lelah gadis itu sambil menopang beban tubuhnya di lutut dan berhenti sejenak.
"Mau kemana sih mereka kok cepet banget!?" tidak menyerah, gadis itu terus mengejar kedua orang tersebut. Kali ini ia jauh mempercepat langkahnya, tidak peduli dengan lumpur sawah yang sudah mengotori pakaiannya hingga bagian pinggang.
Terlihat gadis itu cukup emosi melihat orang yang dicintainya menggandeng perempuan lain tepat dihadapannya. Tak henti-hentinya gadis itu memanggil nama laki-laki iti namun masih tetap tidak ada respon atau sahutan balik.
"Astaga Seol Yoona!" gadis itu menghentikan langkahnya setelah mendengar teriakan seseorang dari arah belakangnya.
"Mama?" jawabnya dengan kepolosan.
Lampu sorot senter tepat mengenai wajah Sullyoon. Bukan 20 menit Sullyoon berlarian di sawah, namun sudah 2 jam. Bahkan suasana oranye telah berubah menjadi biru tua. Ibu dari anak itu berlari menghampirinya, menggenggam erat tangan putrinya dan air mata turun begitu saja. Prihatin dengan kondisi putrinya itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
brat | Kim Gyuvin x Sullyoon
Fanfiction'𝘸𝘩𝘦𝘯 𝘵𝘩𝘦 𝘸𝘢𝘵𝘦𝘳 𝘢𝘭𝘸𝘢𝘺𝘴 𝘣𝘦𝘢𝘳𝘴 𝘸𝘪𝘵𝘯𝘦𝘴𝘴 𝘵𝘰 𝘸𝘩𝘢𝘵 𝘩𝘢𝘱𝘱𝘦𝘯𝘦𝘥 𝘵𝘰 𝘶𝘴' Kejahilan yang berujung perhatian hingga keduanya saling terjatuh namun dalam masa yang semu. "Aduh!" anak itu terjatuh. Melihat ke belakang...