9. You're So Mean

244 37 0
                                    

"tek" gadis yang sudah datang beberapa menit yang lalu itu menekan bagian bawah lip balm yang ia bawa sehingga beberapa product keluar dari atasnya. Ia mulai mengaplikasikan itu di atas bibirnya, menggesernya ke kanan dan ke kiri hingga seluruh bagian bibirnya menjadi moist.

Merasa kelas terlalu sepi, Sullyoon berjalan ke luar-duduk di kursi panjang depan kelas. Namun bau yang tidak sedap tiba-tiba tercium olehnya.

Bau kencing kucing.

Gadis itu memutuskan untuk memasuki kelas dan menempati kursinya kembali.

Rasa kantuk mulai menguasai Sullyoon. Ia mulai merebahkan kepala di atas lengannya di meja. Beberapa menit telah berlalu, kelegangan kelas yang hilang menyadarkannya. Gadis itu melihat ke arah sekitar, "Hai," sapa orang baru yang duduk di kursi di depan Sullyoon. "Lo tuker tempat duduk sama Gyuvin?" "Iya, dia maksa,". Mendengar itu, Sullyoon mencari keberadaan Gyuvin yang tau-tau duduk di kursi paling ujung kelas sebelah kanan bersama Junhyeon di sebelah kirinya.

Sejenak gadis itu berpikir, apakah laki-laki itu mengganti tempat duduk karenanya? Meskipun sekarang mungkin pengganggunya sudah hilang, namun Sullyoon mungkin akan sedikit merindukan lelucon yang terjadi diantaranya keduanya.

---

Hari sabtu, Sullyoon pergi ke cafe milik temannya tempat ia bekerja dulu. Ia ke sana bukan untuk bekerja lagi namun hanya untuk menemui temannya serta menikmati minuman dari cafe itu. "Ice cafe lattenya 1" temannya sedang tidak ada di sana sekarang, sehingga yang melayani Sullyoon adalah karyawan cafe tersebut. Gadis itu mengambil pesanannya lalu keluar dari cafe itu.

"Gyuvin?" laki-laki itu berada tepat di sebereng cafe yang dimasuki Sullyoon tadi. Bergegas ia menyebrang untuk menghampiri Gyuvin. Baru saja menginjakkan kaki di trotoar, Gyuvin melihat rupa Sullyoon. Entah mengapa laki-laki itu langsung saja pergi dengan sekaleng cola di tangannya. Tentu saja Sullyoon segera mengejar orang yang ingin ia temui itu. Sullyoon berhasil mendapatkan kaus putih milih laki-laki itu dari belakang. Sontak saja Gyuvin menepis keras tangan Sullyoon yang sedang menggenggam kausnya erat, kaus tersebut tertarik beberapa senti. Sullyoon langsung melepaskan genggamannya.

"Lepasin tolol! Ntar melar!" Bentak laki-laki itu. Sullyoon mengusapi tangannya yang terkena tepisan laki-laki di depannya, itu terasa panas. "Gyuvin, gue minta maaf,". Laki-laki itu tidak menjawab, ia justru meninggalkan Sullyoon sendiri di sana. "Kalo pertanyaan itu masih berlaku sampai sekarang, gue bakal jawab iya!" teriakan Sullyoon ke arah Gyuvin yang sudah pergi beberapa meter di depannya. "Sayangnya udah ngga, dan lo mesti belajar cara ngehargain orang," Laki-laki itu menghentikan langkahnya.

"Ngehargai? Gue cuma butuh waktu vin," ucap Sullyoon sambil masih memegangi lengannya yang kemerahan. "Kalo lo ngehargai effort-effort gue dan momen-momen kita berdua, harusnya lo ngga butuh waktu banyak buat jawab iya. Gue jatuh hati gara-gara lo yoon. Sikap dan perhatian lo ke gue! Jadi gue inisiatif nyatain itu! Kalo lo ngga ngelakuin itu semua, ga akan pernah gue nyatain perasaan ke lo!" jawab Gyuvin dengan nada yang cukup tinggi namun atensinya tidak mengarah ke lawan bicaranya.

Sullyoon hanya terdiam, pikirannya memenuhinya sekarang. Gadis itu tak sadar bahwa Gyuvin sudah berada tepat di depannya sekarang. Laki-laki itu mulai mendekap Sullyoon dan mengelus lengan gadis itu yang ia tepis beberapa waktu yang lalu. "Maafin gue kesulut emosi," sesaat setelah mengatakan itu, Gyuvin sekali lagi pergi meninggalkan Sullyoon.

Sullyoon mengusap linangan air matanya dan mengambil minuman yang ia jatuhkan sedari tadi. Ia mulai meneguk minuman itu, berharap dirinya menjadi lebih tenang untuk saat ini.

---

"Kenapa si harus sekelompok lagi sama dia?" Sullyoon terus mengeluh sepanjang perjalanan menuju rumah orang yang ia bicarakan sendiri. Rupanya sudah ada 2 orang yang datang, sisa Sullyoon yang belum memasuki rumah laki-laki itu dan 2 orang lagi yang belum datang. Gadis itu sengaja duduk berlawanan dengan sang pemilik rumah agar memiliki jarak yang cukup jauh darinya.

Materi telah dibagi dan Sullyoon sedang mengerjakan bagiannya dengan serius sampai tiba-tiba konsentrasinya terganggu. "Gimana pacar baru lo?". "Udah cantik seru lagi cok, nggak pernah belajar dia kayak gue hahaha". "Bangsat, pasangan kehancuran". "Bodo amat lah yang penting dia bisa ngehargain perasaan gue". "Terus-terus". "Dia seru abis, intinya sefrekuensi lah sama gue". Percakapan itu terus berlanjut dan tentu saja mau tak mau Sullyoon harus mendengarkan itu semua.

Entah mengapa Sullyoon seperti ingin mengeluarkan air mata. Ia tidak bisa membendung itu. Akhirnya, sesaat sebelum air matanya jatuh, gadis itu mengambil tisu untuk mengelap matanya kemudian berlagak seperti orang yang sedang mengusap keringat agar ia tidak diketahui teman-temannya bahwa sedang menangis.

Percakapan itu terus berlanjut hingga membuat Sullyoon tidak kuat lagi. Mengapa hatinya terasa sakit? "Guys, bagian gue udah selesai. Gue cabut dulu ya, kucing gue muntah-muntah soalnya di rumah, takut kenapa-napa" tentu itu adalah kebohongan, sejak kapan Sullyoon memelihara kucing. "Yauda gapapa balik aja. Gausa nangis, kucing lo bakal baik-baik aja kok" hibur salah satu teman Sullyoon.

Sullyoon akhirnya meninggalkan rumah Gyuvin dengan mata yang berlinang air dan hidung yang memerah. "Jahat banget lo sat, anak orang sampe nangis" ucap lawan bicara Gyuvin sedari tadi. "Dipikir-pikir kasihan juga ya". "Ya iyalah goblok parah banget lu, mana gue mau-mau aja lagi ikut sandiwara lo". Gyuvin terdiam sesaat lalu ingat akan tugasnya yang belum ia kerjakan sama sekali.

brat | Kim Gyuvin x SullyoonTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang