Batang hidung laki-laki yang menduduki kursi depan Sullyoon sudah tidak terlihat selama 2 hari berturut-turut. Satu kelas bingung bahkan Junhyeon-sahabat Gyuvin sediri. Tidak ada yang mengetahui alasan Gyuvin tidak masuk ke sekolah sehingga dia dituliskan alpha. Sullyoon sendiri sudah beberapa kali mengirimkan pesan dan membuat panggilan, namun nihil. Lelaki itu tidak menggubris sama sekali.
Terus terang Sullyoon mengkhawatirkan Gyuvin. Apakah dia sakit? Berbagai macam pertanyaan muncul di benaknya. Tidak disangka Sullyoon sadar dari lamunannya setelah memikirkan apakah ketidakhadiran Gyuvin di sekolah ada hubungannya dengan peristiwa beberapa hari yang lalu.
Wonyoung,
Sullyoon berencana untuk pergi ke rumah Gyuvin nanti sepulang sekolah, sendirian.
---
Sullyoon tengah berada di depan gerbang rumah Gyuvin dengan menggenggam sekantong paperbag yang berisi susu kotak berukuran besar. Keputusasaan mulai menyelemuti gadis itu setelah ia berdiri hampir sepuluh menit sembari beberapa kali menekan bel. Pemilik rumah tak kunjung keluar. "Apa ngga ada di rumah ya?". Gadis itu akan pergi jika masih tidak ada seorang pun yang keluar setelah ia menekan bel untuk yang terakhir kalinya. "Tek" Sullyoon menekannya.
"Sullyoon?" seseorang memanggil Sullyoon dari arah samping belakangnya. Yang dipanggil lantas menoleh, mendapati Gyuvin dengan kaos putih lengan pendek dan celana hitam pendek dengan rambut yang cukup acak kadul sedang memegang kantong plastik yang tidak diketahui isinya. "Ngapain ke sini?" Gyuvin bertanya dan dijawab, "Jengukin lo yang udah ngga masuk sekolah 2 hari tanpa kabar, gue kira lo mungkin sakit atau-" oleh Sullyoon namun omongannya terputus. Tentu lawan bicaranya menanyakan kelanjutannya namun gadis itu meminta agar ia dapat menceritakannya di dalam saja.
Keduanya memasuki gerbang kemudian menduduki kursi yang ada di teras rumah bukan di ruang tamu karena Sullyoon yang memintanya. Menurutnya mumpung udaranya segar dan matahari sudah tidak terlalu terik. Gyuvin masuk ke dalam untuk mengambilkan sebuah botol berisi jus jeruk dingin dan beberapa camilan untuknya dan sang tamu.
"Lo ngga ngelakuin apa yang disuruh mama lo waktu itu ya?" Gyuvin mengangguk pertanda pertanyaan itu benar. Ia bercerita bahwa ia tidak melakukan apa yang di minta mamanya waktu itu-meminta maaf ke Wonyoung dan mengajaknya pergi untuk jalan-jalan sebagai bentuk permintaan maaf sehingga terjadi keributan diantara keduanya dan akhirnya Gyuvin memutuskan kabur dari rumah. Sullyoon mendengarkan cerita Gyuvin dengan seksama tanpa mengintrupsi, menciptakan ekspresi yang serius namun justru lucu di mata Gyuvin.
"Kok ketawa?" tanya gadis itu polos. Gyuvin melanjutkan ceritanya kembali, Ia pergi ke rumah salah satu temannya dan bermalam di sana. Gyuvin juga sengaja mematikan ponselnya agar tidak mendengar notifikasi pesan dan panggilan dari orangtuanya yang mungkin akan berjumlah ratusan. Namun di malam ketiga, suatu kejadian membuatnya mau tak mau harus menghidupkan ponselnya. Benar saja, sudah terdapat beratus-ratus pesan dan panggilan dari kedua orangtuanya dan beberapa temannya. Suatu panggilan suara tiba-tiba muncul, ia tidak tega dan memutuskan untuk mengangkatnya. Mamanya menyuruh ia untuk pulang. Gyuvin menurutinya dan pulang ke rumah keesokan paginya yang berarti hari ini.
Sullyoon mencerna cerita itu, ia sengaja tidak menanyakan perihal Wonyoung yang takutnya akan merusak suasana pada saat itu. Gadis itu menyuruh Gyuvin untuk masuk sekolah besok karena jika tidak, maka akan ada panggilan orang tua yang sepertinya akan menjadi drama lain jika hal itu terjadi.
Sedari tadi Sullyoon selalu menatap penuh ke arah Gyuvin. Dengan penampilan seperti itu mengapa Gyuvin semakin terlihat,
Tampan?
"Duh gue males banget renang bentar lagi, takut Wonyoung tiba-tiba nyamperin" Gyuvin tiba-tiba memecah keheningan. "Lo les renang?" Sullyoon bertanya lalu dijawab iya oleh Gyuvin. Beberapa menit berpikir, Gyuvin memutuskan untuk tidak menghadiri les renang sore ini.
---
Nada-nada yang indah keluar dari mulut Sullyoon sedari tadi. Ia keasyikan hingga tidak sadar sudah ada yang menikmati lantunannya dari arah belakang tepatnya di pintu ruang ekskul paduan suara. Sullyoon berhenti bernyanyi untuk meneguk beberapa mililiter air, ia kehausan. Gadis itu tidak sengaja melihat penontonnya, "Ricky? Dari tadi di sini?" Sullyoon sangat malu saat mengetahui bahwa benar Ricky sudah dari tadi berada di belakangnya. Rupanya Ricky akan mengambil speaker yang ada di ruangan tersebut untuk digunakan di kelasnya.
"Lo kok ada di sini? Kelas lo Jamkos?" tanya laki-laki itu. "Iya, gabut juga makanya gue ke sini. Btw lo habis olga ya kok pake singlet aja?" pertanyaan Sullyoon merembet ke topik lain. "Yoi, panas banget, gue buka deh kaos olga gue. Eh lo mau ke kantin bareng ngga? Gue traktir" tanya Ricky kembali sambil mengangkat speaker yang ia cari. "Ayo, tapi gue bayar sendiri aja" Sullyoon menolak satu dari dua tawaran itu. "Udah gapapa santai aja" Ricky masih teguh dengan pendiriannya. Keduanya menuju ke kelas Ricky terlebih dahulu kemudian ke kantin.
"Keringat lo ampe netes-netes gitu, gua ngga bawa tisu lagi" Sullyoon melihat ke arah sekitar untuk mencari keberadaan tisu. Tiba-tiba saja Ricky mengangkat singletnya untuk mengusap keringat di dahi dan lehernya yang tentu saja perutnya akan terlihat oleh orang lain. Gadis itu berusaha bersikap biasa saja setelah melihat perut dan dada laki-laki tampan di sebelahnya. "Gimana?". "U-udah kok udah mendingan" jawab Sullyoon yang tidak berani menatap mata Ricky.
Tidak sampai disitu, Sullyoon dibawa oleh Ricky ke lapangan basket yang awalnya untuk memainkan basket bersama. Rencananya Ricky akan mengajari Sullyoon, namun itu berakhir dengan Sullyoon yang hanya duduk di pinggiran lapangan untuk berteduh karena matahari cukup terik bagi gadis itu. Sullyoon hanya melihat Ricky yang flexing cara bermain basketnya sambil menikmati cemilan dan minuman yang dibelikan oleh Ricky tadi di kantin. Gadis itu 'kalah' di kantin tadi sehingga ia menerima banyak camilan gratis dari Ricky.
"Sullyoon! Tolong lemparin minuman gue dong!" tangan Sullyoon menggapai botol air di sebelahnya lalu berjalan ke arah yang meminta tolong. Gadis itu tidak melempar botol itu karena menurutnya itu sedikit tidak sopan apalagi ke orang yang telah menraktirnya. "Aduh!" lengan Sullyoon terkena bola basket dari anak lain, membuatnya berhenti sejenak dan menjatuhkan minuman Ricky agar dapat memegangi lengan satunya yang terkena bola. "Lo ngga papa kan?" Ricky menghampiri gadis itu. "Gue ngga papa kok, udah jangan dibikin ribut". Ricky tidak menghiraukan dan justru menghampiri si pelaku, "Woy kalo main yang bener! Kena anak orang cok!". "Gue ngga sengaja goblok!" Adu cekcok terjadi, apalagi setelah mengetahui bahwa si pelaku adalah,
Gyuvin.
KAMU SEDANG MEMBACA
brat | Kim Gyuvin x Sullyoon
Fanfiction'𝘸𝘩𝘦𝘯 𝘵𝘩𝘦 𝘸𝘢𝘵𝘦𝘳 𝘢𝘭𝘸𝘢𝘺𝘴 𝘣𝘦𝘢𝘳𝘴 𝘸𝘪𝘵𝘯𝘦𝘴𝘴 𝘵𝘰 𝘸𝘩𝘢𝘵 𝘩𝘢𝘱𝘱𝘦𝘯𝘦𝘥 𝘵𝘰 𝘶𝘴' Kejahilan yang berujung perhatian hingga keduanya saling terjatuh namun dalam masa yang semu. "Aduh!" anak itu terjatuh. Melihat ke belakang...